Segar banget

Segar banget
bangett

Kamis, 01 September 2011

Jangan Remehkan Kebiasaan Membaca....




Apa saja yang telah Anda baca akhir-akhir ini?
Kapan terakhir kali Anda membaca buku?

Pernahkah Anda mendengar ungkapan yang berbunyi “the readers of today are the leaders of tomorrow”? Ya…. Kata-kata bijak tersebut menyatakan bahwa orang-orang yang saat ini suka membaca akan bisa menjadi pemimpin di masa depan. Jadi, jangan remehkan kebiasaan membaca :)

Orang yang suka membaca biasanya bisa berpikir dan berbicara dengan baik. Selain bisa memperluas wawasan, membaca juga bisa menjadi aktivitas yang menyenangkan, lho. Mengapa? Karena membaca melibatkan kegiatan fisik sekaligus mental.

Aktivitas mental adalah kegiatan utama yang terjadi ketika Anda membaca. Ketika Anda membaca buku, terutama buku fiksi, tentunya imajinasi Anda akan bekerja. Anda bisa membayangkan apa saja yang tertulis menjadi suatu “kenyataan”. Anda bisa menggunakan pikiran Anda untuk merasakan apa yang dirasakan tokoh-tokoh dalam buku yang Anda baca. Jika Anda sedang membaca buku atau eBook pengembangan diri, maka Anda bisa menerapkan berbagai ide dan argumen oleh sang penulis buku.

Selain itu, dengan membaca, Anda akan mendapat berbagai kosa kata baru. Akan timbul juga rasa ingin tahu akan berbagai pengetahuan baru. Pikiran Anda akan menjadi lebih terbuka dan terlatih. Bahkan, sebuah penelitian di Amerika pernah menunjukkan bahwa orang yang memiliki kebisaan membaca untuk mengisi waktu luangnya ternyata lebih bahagia dibanding dengan mereka yang hanya menonton televisi.

Dalam bukunya yang berjudul Million Dollar Habits, Brian Tracy mengungkapkan bahwa orang-orang yang berhasil di masa depannya adalah orang yang suka membaca biografi atau autobiografi dari orang-orang lain yang telah sukses.

Untuk bisa mendapat hasil yang lebih baik dari membaca, Anda perlu menjadi pembaca yang aktif, bukan hanya pasif. Menjadi pembaca yang aktif berarti bisa berpikir dengan aktif untuk bisa menarik kesimpulan sendiri.

Bagaimana cara menjadi pembaca yang aktif?

1) Coba membaca lebih sering. Kalau pemain bola sering berlatih untuk bisa menendang bola dengan lebih baik, maka Anda juga bisa membaca lebih sering untuk bisa menjadi pembaca yang aktif.

2) Biasakan mengambil gagasan atau ide utama saat membaca. Maksudnya, jangan memusingkan kalimat-kalimat yang tidak penting :)

3) Belajar membaca dengan lebih berkonsentrasi. Jangan biarkan pikiran “berkelana” ke tempat lain ketika membaca.

4) Berlatih membaca dengan lebih cepat dan efektif. Untuk bisa membaca lebih cepat, mungkin Anda bisa mempertimbangkan untuk “mendengarkan” buku. Anda bisa menggunakan audio book, yaitu buku yang telah dibaca dan direkam dalam format audio. Jadi, Anda bisa melakukan hal lain sembari mendengarkan audio tersebut. Gunakan waktu yang kurang efektif, misalnya saja ketika sedang naik kendaraan umum, menunggu antrian, dll.

Mungkin saya belum cukup meyakinkan Anda bahwa membiasakan membaca sangatlah bermanfaat. Bagaimana kalau Ray Bradbury dan W. Somerset Maugham yang berbicara?


“ Anda tak perlu membakar buku untuk menghancurkan sebuah budaya. Buat saja orang-orang berhenti membaca. “
Ray Bradbury

“Membiasakan diri untuk membaca berarti menjauhkan diri Anda sendiri dari hampir seluruh penderitaan hidup.”
W. Somerset Maugham

--

"Mustahil hanyalah sebuah kata besar yang dikeluarkan oleh orang kecil yang merasa lebih mudah untuk hidup di dunia yang telah diberikan daripada menjelajah kekuatan yang bisa mereka gunakan untuk mengubahnya. Mustahil bukanlah sebuah fakta. Mustahil hanyalah sebuah opini. Mustahil bukanlah deklarasi. Mustahil adalah tantangan. Mustahil itu potensial. Mustahil itu sementara. Mustahil itu bukan apa-apa.


- Muhammad Ali -

--

Dua Jalan dalam Kehidupan
Post under Cerita Motivasi, inspirasi dan motivasi di Jumat, April 01, 2011 Diposkan oleh Elsa

J.S. Adams pernah menceritakan di dalam bukunya, “Allegories of Life” tentang dua orang pria yang akan menuju sebuah lembah yang indah dan subur, namun mereka harus melalui sebuah hutan yang sangat lebat untuk sampai ke sana. Orang-orang mengatakan bahwa jalan yang harus ditempuh gelap dan penuh halangan, tapi jika sampai maka semua akan terbayar.

Maka, kedua orang pria tadi pun memulai perjalanan secara bersama-sama di pagi hari. Lama kelamaan, pria pertama menjadi semakin tidak sabar karena susahnya medan yang ditempuh.

Pria pertama memutuskan untuk secepat mungkin sampai ke lembah. Ia tak peduli semak belukar atau tanaman-tanaman tajam yang harus ia hadapi. Ia terus saja menerjang, meskipun semua badannya menjadi sakit.

Ia pun berlari secepat mungkin, sehingga temannya tertinggal. Setelah perjuangannya menembus hutan, ia pun akhirnya sampai di lembah tujuannya, meski sekujur tubuhnya sakit. Orang-orang di sekitar lembah pun memutuskan untuk menolong dan merawatnya.

Ketika pria pertama tadi sudah sampai di lembah, pria kedua masih berada di belakang.

Apa yang dilakukannya? Ternyata ia menggunakan kampak untuk memotong semak belukar dan tanaman yang mengganggu di sepanjang jalannya menuju lembah. Meskipun butuh waktu lebih lama, ia memilih untuk mempermudah jalan untuk dirinya sendiri sekaligus bagi orang lain yang nantinya ingin menuju ke lembah.

Hari demi hari ia lewati, dan akhirnya ia sampai ke lembah yang dimaksud. Sesampainya di sana, ia pun bertemu temannya yang masih terbaring sakit.

Keesokan harinya, pria yang membuat jalan di hutan tadi kemudian langsung bisa bekerja bersama penduduk di sana, sementara temannya masih tak bisa berbuat apa-apa.

Dan setelah itu, banyak orang mulai berdatangan ke lembah yang indah tersebut melewati jalan yang telah dibuat oleh pria kedua tadi.

Dari cerita ini, J.S. Adams menekankan bahwa ada dua jalan mengarungi kehidupan. Pertama seperti yang dilakukan pria pertama tadi yang hanya memikirkan diri sendiri untuk sampai ke tujuan dan kemudian perjalanannya berakhir, atau seperti pria kedua yang mau membuka jalan untuk orang lain, sehingga mereka mendapat berkah dan manfaat dari apa yang telah ia lakukan.


--

Mencapai Sasaran Hidup Anda
Post under Pengembangan Diri di Selasa, November 10, 2009 Diposkan oleh Elsa

Apakah Anda memiliki rencana jangka panjang, namun tindakan Anda hanya berlaku untuk jangka pendek saja?

Jika ya, maka Anda sedang menempuh jalan menuju kehancuran (bahasanya serem banget ya…).

Jika misalnya Anda memiliki sasaran atau target bahwa Anda harus berolahraga untuk bisa turun berat badan, maka Anda harus menjadikan olah raga sebagai kebiasaan. Jika Anda punya rencana untuk menurunkan berat badan, namun Anda hanya melakukan tindakan untuk jangka pendek saja, seperti olah raga yang hanya sekali-sekali, maka ini sama saja. Anda bisa saja turun berat badan, tapi tak lama lagi berat badan Anda akan kembali seperti semula.

Seperti halnya contoh di atas, perubahan dalam karir juga perlu waktu dan perencanaan, karena sasaran Anda kemungkinan besar tak akan bisa tercapai dalam waktu singkat.

Sekarang ini, dunia kita telah bergeser. Kita sekarang sudah bisa menikmati teknologi voice-mail, e-mail, telepon genggam, dan berbagai teknologi lain yang membuat waktu “menunggu” kita menjadi hampir tak ada lagi. Semua berjalan dengan lebih mudah dan cepat.

Dengan kemudahan akses informasi, maka orang juga banyak yang berharap bahwa kemudahan dalam mewujudkan sasaran hidup juga bisa meningkat. Di media elektronik misalnya, kita bisa melihat berbagai acara reality show atau kuis yang bisa mewujudkan “mimpi” seseorang dalam waktu singkat. Di internet juga begitu, ada banyak sekali situs yang menawarkan peluang bisnis cepat kaya.

Padahal, tidak selalu demikian adanya. Berbagai hal di zaman sekarang memang sudah menjadi semakin mudah dan cepat, namun segala usaha tetaplah butuh komitmen dan waktu. Mungkin waktunya tidak selama bertahun-tahun lalu seperti ketika sebelum internet ditemukan, tapi tetap butuh komitmen dan waktu.

Pada awalnya, orang harus memiliki komitmen untuk mencapai sasaran, karena tanpa komitmen sasaran hidup tidak akan berpengaruh pada tindakan (Locke & Latham, 1990)

Misalnya, sasaran Anda saat ini adalah untuk melatih kucing Anda agar menjadi lebih patuh. Dalam proses pelatihan tersebut, tentu Anda tahu bahwa Anda akan membutuhkan waktu dan usaha yang tidak sedikit. Dalam kasus ini, Anda sudah siap menerima risiko itu karena Anda ingin agar kucing Anda bisa menurut pada Anda. Jika memang Anda bisa sabar dan berkomitmen terhadap kucing Anda, bisakah Anda juga bersikap sabar terhadap diri sendiri?

Atau kalau Anda tidak punya kucing, ketika Anda menanam pohon, maka Anda tentu akan menyiramnya secara teratur, dan memberikan perawatan-perawatan lain agar pohon tersebut bisa tumbuh besar dan akhirnya menghasilkan buah. Apakah Anda merawat diri Anda sendiri, seperti ketika Anda merawat pohon tersebut?

Usaha yang tepat disertai dengan kesabaran tentu akan berbuah manis.

Nah, selain hal-hal tersebut di atas, hal lain yang bisa Anda lakukan untuk bisa melangkah lebih dekat pada sasaran dalam kehidupan adalah dengan memecah sasaran jangka panjang Anda menjadi suatu sub-sasaran.

Misalnya, Anda ingin mendapatkan penghasilan sebesar Rp 40 juta per bulan. Anda bisa memecah-mecah sasaran Anda tersebut, seperti Rp 10 juta per minggu, lalu 1,5 juta per hari, dan seterusnya. Jadi, untuk bisa mencapai Rp 40 juta per minggu, maka Anda bisa tahu berapa produk yang harus Anda jual tiap harinya, tiap bulannya, dan seterusnya.

Pemecahan sasaran menjadi sub-sasaran yang lebih spesifik seperti ini akan bisa lebih meningkatkan regulasi diri (self-regulation) dan mengaktifkan evaluasi diri (self-evaluation) daripada sasaran yang lebih luas, seperti misalnya “saya akan melakukan yang terbaik" atau "saya akan berusaha keras" (Locke & Latham, 1990)

Jadi, pecah-pecahlah sasaran Anda. Kalau diibaratkan, hari ini Anda menyiapkan tanahnya dahulu, besok baru menanam benih tanaman Anda.

--

Memaknai Kejadian Buruk dengan Reinterpretasi Positif
Post under inspirasi dan motivasi, Pengembangan Diri di Sabtu, Mei 02, 2009 Diposkan oleh Elsa

Ketika saya masih berada di bangku kelas satu SMP, seorang guru bahasa Indonesia pernah menceritakan bagaimana ia mengartikan sebuah puisi.

Puisi tersebut sangatlah singkat. Bunyi dari puisi tersebut seperti ini:

”Bulan di atas kuburan”

Guru saya lalu menceritakan bagaimana ia menginterpretasi atau mengartikan puisi tersebut. Beliau pun menceritakan betapa rumitnya interpretasi beliau, dengan berbagai pemikirannya yang ”njlimet”.

Nah, daripada guru saya tadi penasaran sendiri, maka beliau pun bertanya langsung pada si pengarang puisi tadi. Ternyata, jawaban si pengarang puisi sangatlah berbeda dari apa yang telah guru saya pikirkan.

Si penulis berkata,

”Ya, karena waktu itu saya sedang berjalan melewati kuburan, dan di atasnya ada bulan.”

........................

Ternyata pemikiran kompleks guru saya sangat jauh dari maksud si penulis puisi.

Ini sama halnya dengan kejadian yang kita alami dalam kehidupan ini.

Semua peristiwa bisa kita maknai sendiri, seperti halnya bagaimana guru saya tadi memaknai puisi yang sebenarnya sederhana, namun ia justru membuatnya menjadi rumit.

Kita pun kadang memaknai sesuatu yang sebenarnya berdampak positif, menjadi sesuatu yang berdampak negatif, sehingga hal tersebut justru benar-benar menjadi negatif karena bagaimana cara kita memaknai hal tersebut.

Anda pasti pernah mendengar kata-kata ini:

”Apakah Anda percaya bahwa Anda bisa atau tidak bisa, Anda benar.”

Dalam artikel sebelumnya mengenai Sam Walton (juga dalam salah satu eBook Fokus: Kunci Anda Menuju Sukses), saya mengatakan bahwa semua orang yang sukses dalam kehidupannya melakukan apa yang dinamakan ”reinterpretasi positif”.

Artinya, ketika menemui hambatan atau kegagalan, mereka akan menginterpretasikan ulang tentang apa yang sebenarnya mereka dapat. Dengan kata lain, mereka selalu mengambil hikmah atau sisi positif dari suatu kejadian yang menghambat mimpi mereka.

Contohnya sederhana.

Jika ada seorang pengusaha yang terpaksa menutup usahanya karena merugi sebesar 500 juta rupiah, maka ia akan berkata.

”Syukurlah usaha itu saya tutup. Sebab, kalau saya lanjutkan terus, kerugian saya justru akan semakin bertambah banyak. Bisa-bisa saya rugi 1 milyar. Nah, sekarang saya tahu kalau usaha tersebut tidak cocok untuk saya. Saya akan menjalankan bisnis lain yang lebih cocok dan lebih saya kuasai”

Contoh lain, Tung Desem Waringin juga pernah berkata, bahwa ketika ia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya sebagai karyawan untuk mengejar mimpinya yang lebih tinggi, ia menggunakan kata ”memajukan diri”, bukannya ”mengundurkan diri” dari pekerjaan.

Ia mereinterpretasikan atau memaknai kembali sesuatu yang bersifat negatif menjadi positif.

Wow, itu bagus sekali, bukan?

Nah, ada lagi pengalaman dari Joe Vitale, yang pernah dipecat dari salah satu pekerjaan yang pernah ia jalani dahulu. Ketika ia dipecat, ia lalu berpikir bahwa justru itu adalah hal yang baik bagi dirinya. Mengapa? Karena ia bisa memiliki waktu lebih banyak untuk menulis, yang sebelumnya hanya bisa ia lakukan di sela-sela pekerjaannya.

Ternyata memang benar.

Sekarang Joe Vitale telah menulis banyak sekali buku, dan banyak dari buku-bukunya itu yang telah menjadi best-seller dan sekaligus dapat mengubah hidup jutaan orang di seluruh dunia menjadi lebih baik

Kemudian, kisah yang mungkin sudah tidak asing lagi datang dari Thomas Edison.

Ketika Edison diwawancarai tentang betapa banyaknya ”kegagalan” yang ia alami ketika membuat lampu pijar, ia justru mengatakan bahwa ia tidak gagal. Ia justru mengatakan bahwa ia berhasil mengetahui cara-cara yang tidak berhasil untuk membuat lampu pijar.

Mungkin kalau Edison berpikir bahwa ia telah gagal, ia akan berhenti dan menyerah, dan ia tak akan pernah bisa menjadi penemu lampu pijar.

Jadi, saya ulangi sekali lagi,

”Apakah Anda percaya bahwa Anda bisa atau tidak bisa, Anda benar.”

Cobalah gunakan reinterpretasi positif dalam setiap kejadian yang Anda alami. Saya tahu Anda bisa

--

Pengatur Uang yang Baik Vs Pengatur Uang yang Buruk
Post under inspirasi dan motivasi, Mengatur Keuangan, Pengembangan Diri di Minggu, Maret 15, 2009 Diposkan oleh Elsa
Baik buruknya kondisi keuangan seseorang akan sangat ditentukan oleh bagaimana orang tersebut mengatur uangnya sendiri.

Meski Anda punya banyak uang, kalau Anda tak bisa mengaturnya dengan bijak, maka sangat mungkin bahwa ada banyak kebutuhan yang tak bisa terpenuhi, apa lagi jika uang Anda pas-pasan.

Karena itu, Anda perlu menjadi seorang pengatur keuangan yang baik. Lalu, apa beda pengatur uang yang baik vs yang buruk? Berada di golongan manakah Anda?

Berikut adalah perbedaan dalam bentuk tabel, yang saya adaptasikan dari buku What I Didn’t Learn at School But I Wish I Had (by the way, panjang banget yak, judulnya...) karya Jamie McIntyre:

Pengatur Uang yang Baik Pengatur Uang yang Buruk
1.Menyisihkan 10% dari pendapatan

2. Meminimalisasi pembelanjaan
untuk barang yang nilainya
menurun dan berinvestasi.

3. Mempunyai tujuan yang jelas,
misalnya ingin menjadi kaya
dalam 5 tahun.

4. Punya rencana sendiri dan
bisa menerapkannya

5. Bergaul dengan para pengatur
keuangan yang baik

6. Tahu bahwa ia perlu strategi dalam
mengatur pengeluaran
(termasuk dari nasihat orang lain)

7. Mencari pembimbing dalam
keuangan, atau mencari sumber-
sumber pengetahuan tentang
mengatur keuangan.

1. Langsung membelanjakan pendapatan

2.Harus membeli barang apapun yang
mereka inginkan sekarang juga, walau
akan sulit pembayarannya.

3. Tak punya tujuan dan rencana, kecuali
ingin menjadi kaya raya ”suatu hari nanti”

4. Selalu ikut-ikutan orang lain


5. Selalu bergaul dengan orang dengan
masalah keuangan yang sama

6. Percaya bahwa ia tak perlu nasihat
orang lain


7. Tak punya minat untuk menambah
pengetahuan tentang keuangan.


Sebelum Anda membelanjakan uang, ingatlah salah satu pepatah yang mengatakan:

”A fool and his money are soon parted”

Orang yang bodoh akan mudah sekali kehilangan uang. Nah, termasuk pengatur uang yang bagaimanakah Anda?

-

Kebahagiaan Adalah Pilihan
Post under inspirasi dan motivasi, Pengembangan Diri di Minggu, Maret 01, 2009 Diposkan oleh Elsa

Apakah Anda merasa bahagia saat ini?

Bahagia atau tidak, itu semua adalah pilihan Anda sendiri. Hidup adalah pilihan, dan Anda bisa mengendalikan kehidupan Anda karena Anda lah yang membuat pilihan. Tentu saja maksud saya bukan kendali penuh, karena masih ada Allah yang menjadi penentu atas rencana dan pilihan Anda.

Kebahagiaan itu sendiri adalah hal yang subjektif bagi setiap orang. Ada orang yang merasa bahagia ketika mereka punya uang banyak, punya jabatan tinggi, punya banyak teman, punya anak, punya istri, suami, dan sebagainya.

Semua hal tersebut bukanlah hal-hal yang membuat Anda bahagia.

Kenapa?

Ya, karena seperti yang saya katakana tadi, kebahagiaan adalah pilihan. Jadi, jika Anda sekarang sedang tidak punya uang, Anda bisa memilih untuk bahagia, atau memilih untuk tidak bahagia.

Ada banyak orang yang punya banyak uang, tapi hidupnya tidak tenang. Mungkin karena mereka tidak mempunyai pasangan hidup, tidak punya anak, dan sebagainya. Tapi, banyak juga orang-orang berduit yang hidupnya bahagia karena mereka selalu senang membantu sesama dengan harta dan tenaganya.

Kebahagiaan datangnya dari dalam.

Mungkin, orang-orang kaya yang tidak bahagia tadi di dalam dirinya merasakan benci akan pekerjaan atau profesinya sekarang, namun mereka punya kemampuan bagus untuk mencari uang. Di dalam diri mereka terselip ketidaknyamanan akan pekerjaan, walau di luar mereka kelihatan mempunyai banyak uang.

Jika Anda merasa sedang tidak bahagia, Anda bisa mengubah cara berpikir Anda, sekaligus mengubah tidakan Anda.

Dalam berbagai buku pengembangan diri, telah diungkapkan bahwa salah satu cara untuk menjadi bahagia adalah dengan bersyukur pada sang pemberi kebahagiaan, yaitu Allah. Selain itu, menjaga kondisi fisik juga perlu lho. Jangan sampai Anda mengorbankan kesehatan dengan tidur yang tidak teratur.

Pilihlah untuk menjadi bahagia, ok?


"Tindakan tidak selalu membawa kebahagiaan, tapi tak ada kebahagiaan tanpa tindakan."
~ Benjamin Disraeli ~

--

7 Obat Mujarab untuk Dompet Kosong
Post under Mengatur Keuangan, Pengembangan Diri di Kamis, Februari 05, 2009 Diposkan oleh Elsa

Dalam buku fenomenalnya yang berjudul The Richest Man In Babylon, George S. Clason memberi pelajaran-pelajaran berharga dalam hal keuangan.

Salah satu bab yang layak untuk saya bagi pada Anda ada pada halaman 35, di mana Clason memberi tujuh poin berharga yang ia sebut sebagai “Seven Cures for A Lean Purse” atau “Tujuh Obat untuk Dompet yang Tipis”.

Apa saja ketujuh obat tersebut?

Sebenarnya tips berikut hampir sama dengan apa yang disebutkan oleh Robert Allen, tapi ada beberapa perbedaan - dan yang ini lebih original, karena Clason lebih dahulu menulis tentangnya.

Berikut saya beri ringkasannya untuk Anda:

Obat #1: Simpan 10% dari Penghasilan Anda

Mungkin Anda sering mendengar prinsip ini. Artinya, prinsip ini memang berhasil jika diterapkan :) Anda harus menyimpan 10% dari penghasilan Anda untuk diri sendiri. Jangan berikan 10% tersebut pada saya, penjual mobil, supir taksi, tukang bakso, dan lain lain. Sebagai gantinya, Anda bisa menggunakan 90% dari pendapatan Anda untuk itu semua.

Obat #2: Kendalikan Pengeluaran Anda

Jika Anda bertanya, “bagaimana jika saya tak punya cukup uang untuk ditabung?” Clason memberi jawabannya pada obat kedua: Anda harus membedakan antara keinginan dan kebutuhan.

Dalam bukunya, Clason menyebutkan bahwa apakah seseorang itu penghasilannya tinggi atau rendah, semuanya bisa memiliki dompet yang sama-sama kosong. Karena itu, masalahnya ada pada mengendalikan pengeluaran secara bijak.

Obat #3: Lipat Gandakan Penghasilan Anda

Menyimpan 10% saja tidak cukup. Anda juga perlu melipatgandakan atau meningkatkan pendapatkan Anda. Anda bisa melakukannya dengan melakukan investasi pada bisnis yang Anda suka. Mungkin saja investasi deposito, real estate, bisnis afiliasi, atau hal-hal lain yang mampu Anda lakukan. Intinya adalah, Anda harus memiliki pemasukan yang terus mengalir.

Obat #4: Jaga Uang Anda

Jangan biarkan hasil kerja keras Anda hilang begitu saja. Jika Anda ingin meminjamkan uang, pastikan bahwa orang yang akan Anda pinjami mampu membayar hutang tersebut. Kemudian, jika Anda ingin melakukan kerjasama bisnis dengan orang lain, pastikan ia tahu apa yang ia lakukan. Artinya, jangan bekerjasama dengan orang yang salah atau tidak ahli dalam bidangnya.

Oh ya...dalam salah satu eBook saya, Aturan-Aturan Emas Sukses Finansial, Anda juga dapat menemukan konsep ini. Kunjungi targetpositif.com jika Anda ingin melihat konsep-konsep lain.

Obat #5: Buat Rumah Anda Sebagai Investasi yang Menguntungkan

Clason merekomendasikan Anda untuk memiliki rumah sendiri. Rumah Anda adalah harta yang berharga, yang bisa memberi perlindungan untuk Anda, keluarga, dan juga harta Anda yang lain. Jadi, buatlah rumah Anda sebagai investasi yang berharga, sehingga rumah tersebut dapat memberi Anda kenyamanan dan rasa percaya diri dalam usaha Anda.

Obat #6: Amankan Masa Depan Anda

Amankan masa depan Anda sehingga Anda dan keluarga mendapat perlindungan finansial di masa depan. Lakukan yang terbaik pada hari ini untuk mempersiapkan segala kebutuhan masa depan.

Obat #7: Tingkatkan Kemampuan Anda untuk Mencari Uang

Jangan pernah berhenti belajar, selalu tingkatkan keahlian dan pengetahuan Anda dalam bidang Anda saat ini. Dengan begitu, maka pendapatkan Anda juga bisa meningkat, karena Anda akan berkembang menjadi orang yang lebih bijaksana, dan Anda juga akan mampu untuk bekerja dengan lebih baik dalam bidang Anda saat ini. Saya percaya Anda telah melakukannya, karena Anda sedang membaca artikel ini :)

--

Jangan Sampai Berakhir Seperti Adolf Merckle, atau Bagaimana Menghindari Stres
Post under Intermezzo, Pengembangan Diri di Sabtu, Januari 24, 2009 Diposkan oleh Elsa

Tragis….

Adolf Merckle, salah satu orang terkaya di dunia dari Jerman, mengakhiri hidupnya sendiri di minggu kedua bulan Januari 2009 lalu. Ia tewas setelah menabrakkan diri ke sebuah kereta api yang melintas di dekat rumahnya.

Menurut laporan dari situs berita www.telegraph.co.uk, Adolf kemungkinan bunuh diri karena kerugian yang dialaminya ketika kehilangan uang sebesar £400 juta.

Kemungkinan lain, pria berusia 74 tahun itu mengakhiri hidupnya karena ia merasa gagal mempertahankan perusahaan keluarganya. Ia merasa bahwa anaknya, yang akan mewarisi perusahaan, tak akan bisa mempertahankan perusahaan seperti ketika mereka dahulu bisa bertahan di era Great Depression.
Apa penyebab pasti mengapa Adolf bunuh diri tidak begitu jelas, karena ia hanya meninggalkan tulisan yang isinya ”Aku minta maaf”.

Pengusaha yang masuk jajaran 100 orang terkaya versi majalah Forbes tersebut nampakya ikut menjadi salah satu dari banyaknya korban akibat krisis keuangan global yang saat ini sedang ramai diperbincangkan.

Sebelumnya, beredar juga berita yang heboh diperbincangkan ketika Thierry de la Villehuchet mengakhiri hidupnya sendiri setelah terkena penipuan investasi oleh seseorang bernama Bernard Madoff.

Krisis ekonomi memang bisa membuat orang menjadi depresi. Kalau sudah begitu bukan hanya diri sendiri saja yang rugi, tapi orang-orang terdekat juga akan merasakan dampak negatifnya.

Hidup ini adalah tentang menang dan kalah, sukses dan gagal, kaya dan miskin, dan lain-lain. Itulah dualitas hidup yang harus kita hadapi selama kita ada di dunia. Meski kegagalan tak akan bisa terelakkan dari kehidupan, jangan sampai mimpi-mimpi kita hilang di tengah jalan.

Untuk menghindari depresi sebagai dampak buruk yang mungkin Anda alami selama krisi keuangan ini, coba lakukan tips sederhana berikut:

1. Melakukan aktivitas religius.

Misalnya saja melakukan perkumpulan dengan jamaah masjid, gereja, dll. Atau, bisa juga dengan melakukan ibadah individu seperti membaca Al-Qur’an atau berdzikir di tempat yang sunyi dan tenang.

2. Bersyukur.

Ada banyak hal yang bisa Anda syukuri. Berterimakasihlah pada supir taksi yang mengantar Anda, pada satpam yang selalu menjaga komplek rumah Anda, berterimakasihlah pada Tuhan atas hidup Anda.

3. Jangan terlalu sering menonton / membaca berita.

Kurangi mengekspos diri Anda sendiri pada berita. Mengapa? Karena media suka dengan berita buruk. Sebagian besar berita yang ada adalah tentang bencana, perang, korupsi, dan hal lain yang bisa membuat stres.

Salah satu prinsip dari Joe Vitale yang saya percaya adalah ”the less you watch, the happier you are”. Makin sedikit Anda menonton berita, maka Anda akan menjadi makin bahagia.

Tidak percaya? Percayalah, karena saya telah membuktikannya

4. Tersenyum & tertawa

Awali hari dengan senyum, dan berbagilah hal-hal lucu dengan teman atau keluarga. Kalau bisa, tertawalah pada masalah yang sedang Anda hadapi..hehe

Ingat kata-kata ”Don’t Worry, Be Happy” seperti yang ada dalam lirik lagu Bob Marley berikut:

”In every life we have some trouble. When you worry you make it double. Don’t worry, be happy.”

Dalam kehidupan selalu ada masalah. Kalau Anda terlalu khawatir, maka Anda justru menambah masalah yang sudah ada. So, don’t worry, be happy

--

Apakah Anda Melihat Peluang?
Post under Bisnis Online, inspirasi dan motivasi, Pengembangan Diri di Jumat, Januari 09, 2009 Diposkan oleh Elsa

Mungkin Anda sering mendengar ”rumus” seperti ini:

Luck = Opportunity + Preparation ( Keberuntungan = Peluang + Persiapan)

Rumus tersebut menunjukkan bahwa seseorang baru bisa dikatakan beruntung jika ia menemukan suatu peluang, dan ia tidak hanya langsung ”menyambar” peluang tersebut, namun ia juga melakukan persiapan. Dalam artikel ini, saya hanya akan menekankan pada peluang.

Bagaimanakah seharusnya Anda melihat peluang? Ilustrasi mengenai peluang atau kesempatan bisa Anda lihat dalam buku klasik berjudul Acres of Diamonds tulisan Russell Conwell. Salah satunya adalah kisah tentang seorang petani bernama Ali Hafed.

Alkisah, zaman dahulu ada seorang petani kaya dari Persia bernama Ali Hafed. Suatu hari, ia bertemu dengan seorang pemuka agama Budha. Dalam perbincangannya dengan sang pemuka agama, ia mengetahui tentang adanya suatu benda yang sangat mahal harganya. Sang pemuka agama menceritakan bahwa benda tersebut adalah permata, yang dalam bahasa Inggrisnya adalah diamond.

Sang pemuka agama juga mengatakan bahwa jika Hafed memiliki permata, maka ia bisa memakmurkan anak cucu dan keturunannya. Karena tergiur dengan kekayaan yang bisa diberikan dari permata, maka Hafed memutuskan untuk mencarinya. Sang pemuka agama mengatakan bahwa ia harus mencari permata di sebuah sungai yang ada di antara pegunungan, dan sungai tersebut mengalir di atas pasir yang putih.

Hafed pun segera menjual ladangnya, dan ia pergi sambil membawa semua hartanya untuk mencari permata sampai ke Eropa. Namun, ia tak kunjung menemukan sungai yang dimaksud. Ia yang dahulu kaya, sekarang sudah tak punya apa-apa lagi. Karena Hafed sudah sangat putus asa, ia pun berakhir tragis dengan cara bunuh diri, menerjunkan diri ke sungai.

Sementara itu, orang yang membeli ladang dari Hafed sedang memberi minum onta di dekat ladang tersebut. Tak disangka, ia justru menemukan permata yang dicari-cari oleh Hafed! Belum lagi, ternyata permata itu tidak hanya satu...namun, tempat tersebut adalah tambang permata yang begitu besar!

Nah, kisah tersebut menunjukkan bahwa Hafed tidak melihat adanya peluang yang sebenarnya sangat dekat dengan dirinya sendiri. Ia tidak menemukan peluang karena ia tidak berusaha mencarinya di tempat tinggalnya sendiri. Ia justru memfokuskan diri untuk mencari permata di tempat yang begitu jauh.

Ilustrasi lain yang lebih sederhana bisa Anda lihat dalam eBook Keuangan Pribadi dari David Ciang. Buku tersebut memang mengungkapkan tentang panduan mengatur keuangan, tapi ada satu kisah menarik yang bisa Anda dapat.

Dalam salah satu babnya, Anda akan menemukan perumpamaan tentang Kijang biru. Jika Anda sedang berada di jalan raya, berapa jumlah Kijang berwarna biru yang bisa Anda temukan? Kalau Anda tidak berniat menghitung mobil biru tersebut dan hanya lewat saja, mungkin Anda hanya menemukan tiga mobil. Tapi, kalau Anda mencoba menghitungnya kembali, ternyata ada banyak mobil biru yang lewat.

Ilustrasi tersebut menunjukkan bahwa kita harus jeli melihat peluang. Kalau kita tidak jeli, bisa-bisa peluang lewat begitu saja.

Saya yakin Anda sering melihat iklan yang ada di internet. Karena Anda sering kali merasa terganggu oleh iklan, maka Anda menganggap bahwa iklan itu jelek. Promosi itu buruk. Padahal, jika Anda perhatikan, bisa jadi iklan atau promosi tersebut adalah peluang bagi Anda.

Misalnya saja, jika Anda mendapat email dari teman Anda, dan ia menawarkan sebuah eBook yang berjudul ”Rahasia Memasak Masakan Padang”, bisa jadi itu peluang bagi Anda untuk menjadi pengusaha restoran padang yang sukses

Namun semua tergantung dari diri Anda sendiri. Tidak semua iklan adalah peluang bagi Anda. Anda harus jeli melihat peluang mana yang sesuai dengan diri Anda. Sudahkah Anda melihat peluang?

--

Profil James Gwee - Trainer Paling Favorit Indonesia
Post under kisah sukses di Minggu, Oktober 17, 2010 Diposkan oleh Elsa

James Gwee dikenal sebagai salah satu pembicara top di Indonesia, meskipun ia lahir dan besar di Singapura. Seminar-seminarnya mampu memotivasi peserta yang hadir sekaligus meningkatkan performa mereka di bidangnya masing-masing.

"...Mr. James Gwee dapat membantu saya meningkatkan motivasi Jual bagi wiraniaga saya", kata salah seorang peserta seminar.

Lalu bagaimana James Gwee bisa menjadi pembicara favorit di Indonesia, padahal ia berkewarganegaraan Singapura?

James sebenarnya baru datang ke Indonesia pada tahun 1990.

Pada awalnya, James Gwee sebenarnya lulus dengan gelar di bidang IT di Singapura. Setelah itu, ia mendirikan sebuah sekolah / tempat kursus komputer bersama teman-temannya.

Dari sekolah inilah sebenarnya kemampuan public speaking-nya mulai berkembang. Selain mengikuti sebuah workshop tentang bagaimana berbicara di depan publik, hal yang berkontribusi banyak dalam kemampuan berbicaranya adalah ketika ia harus mengunjungi sekolah-sekolah untuk melakukan presentasi atau demo untuk sekolah komputernya.

Sekolah tersebut cukup sukses, sehingga membuatnya membuat sebuah franchise (waralaba) dan salah satu franchisee yang pertama ada di Indonesia. Nah, karena James satu-satunya orang yang bisa berbicara sedikit bahasa Melayu maka ia memutuskan untuk datang ke Indonesia agar bisa mengurus masalah franchisee tersebut.

Sesampainya di Indonesia, James melihat bahwa negara kita ini adalah suatu tempat yang menarik dan penuh dengan peluang. Jadi ia memutuskan untuk tinggal agak lama di Indonesia untuk mencari tahu lebih banyak tentang negara ini.

Akhirnya, ia menjual saham sekolah komputernya dan memutuskan untuk tinggal di Indonesia. Ia kemudian mulai menawarkan konsultasi dan membuat workshop tentang customer service dan semacamnya.

Keputusannya untuk menjual saham itu tentu adalah sebuah risiko. Sudah hidup enak, tapi mau melepas apa yang ia miliki untuk memulai dari awal.

Di Indonesia, pada awalnya James memang hanya menawarkan konsultasi untuk karyawan saja tapi kemudian ia memperluasnya dengan membuka workshop untuk publik.

Workshopnya yang pertama tidak langsung sukses, malah hanya dihadiri oleh 15-20 orang saja karena di awal tahun 90an seminar dan workshop semacam itu belum begitu populer. Karena itu, James Gwee menjadi salah satu pionir untuk seminar / workshop sejenis.

Seiring waktu berlalu, tak heran James mendapat gelar “Indonesia’s Favorite Trainer” karena ia selalu menyampaikan tips-tips yang praktis dan mudah dipahami di setiap seminarnya. Selain itu, gaya bahasanya yang ‘campuran’ antara Indonesia dan Inggris, serta penyampaiannya yang humoris dan penuh energi pun mampu memotivasi dan memikat masyarakat Indonesia.


Seminar "The Sales Hunter" James Gwee, Bergaya ala Indiana Jones

Selain di Indonesia, James bahkan telah melakukan seminar di perusahaan dan organisasi di berbagai negara seperti berbicara untuk 800 direktur top di India, memotivasi 1200 agen asuransi di Afrika Selatan, juga negara lain seperti Rusia dan Ukraina.

Melalui Seminarnya, James Gwee dan lembaga yang dimpimpinnya (Academia Education & Training) juga telah berhasil meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) pada tanggal 24 November 2009 sebagai pemrakarsa dan pembicara seminar umum yang tematik dengan variasi terbanyak, 8 variasi tematik dalam waktu 1 tahun.

Memecahkan Rekor MURI


Selain seminar, James Gwee juga telah menulis buku dan membuat program CD audio dan video tentang penjualan, kesuksesan bisnis, bagaimana menjadi manajer dan supervisor sukses, dan juga manajemen waktu.

--

Orang tak dikenal
Post under Cerita Motivasi di Rabu, Mei 11, 2011 Diposkan oleh Elsa
Setelah kemarin ada cerita dari J.S. Adams, kali ini saya ingin berbagi lagi cerita dari penulis yang sama. Judulnya “Strangers” atau orang yang tak dikenal.

Dikisahkan ada seorang pria kaya raya dan tiga anak perempuannya yang tinggal di sebuah rumah besar dan indah. Dari kejauhan, terlihat juga rumah-rumah yang ditinggali oleh para tukang kayu, pembuat kapal, dan banyak lagi orang dengan profesi berbeda. Banyak dari mereka termasuk orang yang jujur, tapi banyak juga yang terlalu egois karena terbuai kemewahan harta benda.

Pria kaya raya tadi punya rencana untuk menghapus sifat tersebut, dan ia memutuskan agar ketiga putrinya menyamar menjadi orang miskin. Masing-masing dari mereka diberi sekantung emas untuk diberikan pada orang yang mau menolong mereka.

Kemudian, pria tadi dan ketiga anaknya mulai berkeliling. Di rumah pertama, mereka mengetuk pintu dan seseorang pun membukakan pintu dan berkata, “Tidak. Kami tidak punya kamar atau makanan untuk pengemis.” Lalu menutup pintu.

Di rumah berikutnya, mereka mengetuk pintu lalu berkata pada orang yang membukakan pintu “bisakah Anda memberi makan dan tempat berlindung untuk kami?”

“Kami tak punya makanan untuk dibuang-buang, dan rumah kami hampir tidak cukup untuk diri kami sendiri.” Lalu menutup pintu.

Mereka berkata pada ayah mereka, “haruskah kita teruskan?”. Ayah mereka menjawab, “Masih ada dua lagi. Kita lihat siapa yang tidak egois. Karena kalian sebenarnya tidak membutuhkan bantuan, kalian bisa berhenti jika ditolak.”

Sampailah mereka di rumah berikutnya.

“Yang ini kelihatan lebih meriah daripada yang lain. Kita pasti akan diterima.” Dan sang ayah tetap mengawasi mereka sambil bersembunyi.

Ketika pintu dibuka, muncullah seorang gadis. “Bisakah kau memberi kami makan dan tempat berteduh selama satu malam?” kata salah seorang dari mereka.

“Tidak. Kami baru saja menghabiskan uang untuk saudara kami, Jack, yang baru saja kembali dari laut. Kami juga tidak bisa karena kami tidak punya satu kamarpun yang tersisa, sebab semua teman-teman kami ada di sini.”

“Tapi kami lelah, dan butuh tempat beristirahat dan makanan” Kata salah seorang dari mereka sambil melihat meja yang penuh dengan makanan.

“Ya, tapi kami hanya punya untuk diri kami sendiri dan teman-teman kami. Bukan untuk pengemis” kata gadis itu, lalu menutup pintu.

“Haruskah kami melanjutkan, ayah?” kata mereka.

“Satu kali ini saja, ini yang terakhir.” Katanya sambil mengantar mereka ke rumah seorang janda miskin.

Mereka berhenti sejenak di depan rumah, karena mereka mendengar suara seseorang yang sedang berdoa, “Berilah rizki pada hamba, maafkan kesalahan hamba, dan jangan biarkan hamba tergoda.”

Ia kemudian berdiri setelah mendengar suara ketukan pintu. Setelah membuka pintu, ia tersenyum pada ketiga gadis tadi.

“Aku punya tempat berteduh, tapi tak punya makanan. Masuklah.”
Mereka kemudian masuk.

“Aku tak punya makanan, tapi marilah dekat perapianku ini. Udara di luar sangat dingin, dan kalian pasti butuh istirahat.”

Ia kemudian berkata, “Aku senang kalian datang sekarang, aku tak punya bahan bakar lagi, dan jika kalian datang besok pasti di sini gelap dan dingin.”

Ketiga gadis tadi kemudian mengeluarkan emas yang ada di kantung mereka. Wanita tadi pun terkejut dan tidak bisa berkata-kata melihatnya.

“Ini dari ayah kami, karena Anda telah menolong kami yang sedang menyamar”. lalu mereka meletakkan emas di meja.

“Tuhan pasti akan memberi rizki pada orang yang mau membantu orang lain.” kata sang ayah yang kemudian muncul.

Pagi harinya, orang-orang ramai membicarakan emas yang didapat oleh wanita tadi. Mereka menyesal kenapa mereka tidak menolong tiga gadis yang menyamar tadi.

“Biarlah pengalaman ini menjadi pelajaran untuk seumur hidup kalian, agar menolong orang lain yang sedang membutuhkan.”

“Tapi mereka sebenarnya tidak kelaparan dan kedinginan!” Kata salah seorang dari penduduk.

“Kalian menghadapi hal yang sama, karena sebenarnya saat itu kalian semua tidak tahu bahwa mereka menyamar.” Mereka pun terdiam, karena itu memang benar.

Tapi pelajaran tersebut tidak hanya bertahan sementara, sebab mereka telah berubah dan tidak pernah lagi menutup pintu untuk orang asing yang sedang membutuhkan.


"Kesempatan-kesempatan besar untuk membantu orang lain jarang datang, tapi yang kecil ada di sekeliling kita setiap hari." - Sally Koch

--

Melatih Pikiran Bawah Sadar
Post under inspirasi dan motivasi di Minggu, April 10, 2011 Diposkan oleh Elsa


Di salah satu posting blog dari Joe Vitale (salah satu narasumber di The Secret), ia mengatakan bahwa jika kita memiliki suatu goal untuk melakukan sesuatu, tapi ternyata kemudian kita melanggarnya sendiri, tebak apa yang terjadi.

Apa yang terjadi sebenarnya adalah kita melatih pikiran bawah sadar untuk tidak mempercayai diri kita sendiri. Saya sangat setuju dengan ungkapan tersebut.

Seperti yang Anda tahu, apa yang sangat berpengaruh sebenarnya bukan pikiran sadar, melainkan pikiran bawah sadar.

Kalau kita mengatakan hal kecil saja seperti “saya akan membersihkan kaca rumah besok pagi”, dan kita benar-benar melakukannya, maka kita sebenarnya melatih pikiran bawah sadar untuk mempercayai diri kita sendiri. Akibatnya, jika kita memiliki goal atau sasaran yang lebih besar di hari kemudian, maka pikiran bawah sadar kita akan lebih mudah untuk percaya karena kita sudah melatihnya dari hal-hal kecil.

Satu kasus lain yang menurut saya hampir sama adalah ketika kita menyalahkan orang lain tentang kegagalan atau ketidakberhasilan diri kita sendiri. Baik menyalahkan pemerintah, atau siapapun, atas kegagalan yang diri kita alami atau kondisi yang begitu-begitu saja / tidak ada kemajuan, menurut saya ini sama saja dengan melatih pikiran bawah sadar kita sendiri untuk selalu menghindar dari tanggung jawab.


“If you blame others for your failures, do you credit them with your success?” - Anonymous

Entah siapa yang mengajukan, tapi pertanyaan bijak di atas sepertinya sangat cocok.

Contohnya, orang sering menyalahkan pemerintah atas kegagalan diri mereka sendiri atau kondisi yang tak kunjung berubah. Tapi jika mereka mendapatkan keberhasilan atau kesuksesan, apakah mereka mengatakan bahwa ini berkat pemerintah?


Kemungkinan tidak.

--

Waktu, Kecepatan, dan Keuangan Anda
Post under inspirasi dan motivasi di Senin, Februari 07, 2011 Diposkan oleh Elsa

Sebelumnya mungkin Anda pernah membaca artikel berhubungan tentang waktu di blog ini.

Manusia kebanyakan, termasuk saya, biasanya sulit untuk bisa menghargai dan memanfaatkan waktu yang kita miliki di dunia ini, baik secara sadar maupun tidak sadar.

Di dalam kitab suci Al-Qur’an kita pun sudah diingatkan tentang hal tersebut dalam surat The Declining Day, yang bahasa Arabnya Al-Ashr atau terjemahannya Masa / Waktu.

Berkaitan dengan waktu, lalu apa hubungan antara waktu, kecepatan, dan uang?

Dalam Business Sessions dari TDW Mastery yang baru saya download beberapa hari lalu, Tung Desem Waringin mencontohkan Robert Kiyosaki yang bertanya pada para audience seminarnya yaitu nasabah sebuah bank di Jepang - pilih mana, uang $100,000 atau $10,000?

Jawabannya apa?

Jika dibanding punya uang $100,000 tapi didapat dari simpanan di bank yang butuh waktu 50 tahun karena bunga kecil dan inflasi, ya lebih baik punya $10,000 tapi dihasilkannya per menit.

Jadi bukan berapa banyak, tapi berapa cepat.

Prinsip ini juga sebenarnya sama dengan apa yang dikatakan oleh Joe Vitale:
“Money likes speed. That's the secret few know about money.”

Uang menyukai kecepatan. Itulah rahasia tentang uang yang hanya diketahui sedikit orang.

Namun di sini Joe lebih menekankan pada penerapan action atau tindakan setelah sebuah ide muncul. Misalnya, dikisahkan dalam buku Ready, Fire, Aim oleh Michael Masterson bahwa Joe punya ide untuk mendapatkan uang dengan memanfaatkan nama tenar Elvis Presley yang legendaris dan punya banyak penggemar.

Ia pun segera bertindak dan meminta Nerissa, rekan wanitanya, untuk membuat gambar ikan duyung Elvis dengan photoshop dan menjualnya dalam bentuk foto di eBay.

Setelah foto tersebut terjual pada sebuah stasiun radio dan ia mendapat publisitas gratis (karena ia mencantumkan situsnya yang lain di eBay dan ia diundang di acara radio tersebut), Joe mengatakan bahwa kemudian ia baru tahu kalau sebenarnya ia tak boleh menggunakan nama orang terkenal seperti Elvis untuk keperluan komersial.

Tapi seandainya ia menunda dan tidak memanfaatkan waktu dengan bertindak cepat, maka ia akan tahu hal ini dan tak akan ada publisitas untuknya.

--

Pemimpin adalah Murid Seumur Hidup
Post under inspirasi dan motivasi, Kepemimpinan, Pengembangan Diri di Rabu, Desember 16, 2009 Diposkan oleh Elsa

“Hiduplah seakan Anda akan mati besok. Belajarlah seakan Anda akan hidup selamanya.”
Mahatma Gandhi

Kita semua adalah pemimpin, paling tidak pemimpin bagi diri sendiri.

Para pemimpin yang memiliki jiwa kewirausahaan (entrepreneurial) tidak memiliki pola pikir / mindset untuk beradaptasi dengan kegagalan. Artinya, memang semua hal bisa melenceng dari apa yang telah kita rencanakan, tapi mereka pada umumnya tidak suka menyebut kegagalan sebagai “kegagalan“. Sebagai gantinya, mereka menggunakan istilah lain seperti “kesalahan”, “kemunduran”, dan lain lain.

Dalam hidup ini, Anda akan terus membuat kesalahan. Karena itu, bertindaklah secepat mungkin untuk bisa belajar dari kesalahan tersebut. Seorang pemimpin yang baik tidak akan menganggap sebuah kesalahan sebagai sesuatu yang negatif atau tidak bisa diperbaiki.
Mereka akan terus belajar dari kesalahan tersebut seumur hidup mereka.

Sekarang, mari kita hadapi. Jika Anda masih ingin hidup di dunia ini, maka Anda harus membuat kesalahan. Buatlah kesalahan sebagai sarana pembelajaran, dan jangan buat kesalahan yang sama untuk kedua kalinya.

Kalau Anda tidak mau menemui kesalahan atau masalah dalam kehidupan Anda, saya punya satu saran:

“Mati aja deh…”

Maaf, mungkin terdengar kasar buat Anda, tapi itulah satu-satunya jalan agar Anda tidak akan menemui masalah apapun. Selesaikan hidup Anda di dunia.

Tapi kalau Anda masih ingin hidup dan berbuat yang terbaik untuk kehidupan Anda di dunia maupun di akhirat nanti, maka jalanilah hidup Anda sekarang. Pecahkan masalah yang Anda temui, dan ambillah pilihan-pilihan yang ada. Dalam mengambil berbagai pilihan yang ada dalam hidup, Anda juga harus tahu nilai dari sebuah “intuisi”.

Ini tidak berarti bahwa Anda boleh mengambil pilihan atau keputusan dengan terus-terusan melempar koin atau dadu. Sering kali orang bergantung pada pertimbangan-pertimbangan sebelum melakukan sesuatu, dan mereka lupa akan tindakan mereka terdahulu ketika mereka “nekad” dan hanya mengandalkan nyali.

Melakukan tindakan berdasarkan intuisi memang tidak logis, namun intuisi sebenarnya adalah gabungan dari pengalaman, pengetahuan, analisis, dan juga keberanian yang Anda miliki.

Pemimpin yang kuat tahu bahwa kepemimpinan adalah sesuatu yang harus dipelajari seumur hidup, dan ketika mereka membuat kesalahan, maka mereka akan tetap melangkah maju, sebab mereka menerapkan strategi “fail forward fast”. Artinya, tiap mengalami “kegagalan” atau kesalahan, maka mereka akan segera bangkit dan bergerak ke depan dengan cepat, bukannya justru mundur.

Selain belajar dari kesalahan, pemimpin juga terus belajar mengenai bidang keahliannya terus menerus seumur hidup mereka.

Menurut Keith C. Heidorn dalam artikelnya yang berjudul “Forever Learning, Forever Young”, belajar akan membawa kebahagiaan hidup. Jika Anda terus mempelajari bidang yang Anda sukai, maka tentu ini akan memberi Anda suatu kebahagiaan tersendiri, yang akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup Anda.

Proses belajar sendiri menurut Heidorn bisa dilakukan dalam empat langkah:

1) Biarkan informasi masuk. Jangan membuat kesimpulan dahulu. Bukalah pikiran Anda seluas-luasnya untuk menerima informasi apapun.

2) “Bermain-main”lah dengan informasi yang masuk tadi.

3) Biarkan informasi tadi berproses dalam beberapa lama.

4) Berilah nilai untuk informasi tadi setelah Anda menyimpannya selama beberapa saat, lalu kemudian putuskan apakah Anda akan menerima atau menolaknya berdasarkan nilai-nilai pribadi Anda sendiri.

Seperti dalam artikel sebelumnya yang berjudul “Satu Kalimat Tidak Cukup, Satu Kata dapat Mengubah Hidup”, jangan meremehkan betapa sedikitnya informasi baru yang Anda dapatkan. Ini juga sama seperti apa kata Thomas Jefferson:

“Jangan pernah menyesal karena makan terlalu sedikit”

Anda pantas bersyukur atas apa yang telah Anda dapatkan, meskipun itu hanya sedikit. Masih banyak orang-orang yang malang karena tidak bisa “makan” sama sekali. Mereka menutup pikiran mereka karena mereka sudah merasa tahu tentang segalanya.

“Akan ada jarak pemisah yang lebar untuk peluang-peluang di antara orang yang terus belajar dengan yang tidak.”
Jeffrey Immelt, CEO General Electric

--

Fakta: Introvert Juga Bisa Membuat Perbedaan
Post under inspirasi dan motivasi, Kepemimpinan, Pengembangan Diri di Minggu, Desember 06, 2009 Diposkan oleh Elsa
Tak pernah terpikirkan sebelumnya.

Ternyata Bill Gates, Warren Buffet, dan bahkan Barack Obama adalah orang yang introvert.

Bahkan, banyak pemimpin perusahaan mengatakan bahwa banyak orang tidak tahu kalau mereka sebenarnya introvert. Ya, tentu saja...itulah mengapa mereka disebut introvert

“Oh, ya? Saya ngga percaya….”

Baca dulu “Why Introverts Make the Best Leaders” oleh Jennifer B. Kahnweiler.

Ya. Awalnya, saya menemukan artikel tersebut ketika browsing di situs Majalah Forbes. Karena saya termasuk orang yang introvert, maka saya langsung tertarik lalu membacanya.

Apakah Anda juga seorang introvert?

Apakah Anda pernah merasa dihiraukan dan diremehkan karena sikap Anda yang “tenang”?

Saya pernah (atau “masih”).

Dulu, waktu masih kelas lima SD, guru saya pernah mengatakan bahwa saya bodoh di depan teman-teman saya. Setahun kemudian, saya masuk tiga besar dalam rata-rata nilai ujian nasional, dan guru-guru saya tak pernah menyangka hal tersebut sebelumnya.

"Contoh apaan tuh!"

OK, mungkin itu tidak ada apa-apanya dibanding Bill Gates yang mendirikan Microsoft, atau Barack Obama yang menjadi presiden A.S pertama yang berkulit hitam. Namun, paling tidak waktu itu saya bisa membuat orang tua dan guru saya bangga, atau mungkin teman-teman saya menjadi termotivasi.

Saya hanya ingin memberi gambaran bahwa betapa Anda diremehkan atau tidak dihargai, apakah karena sikap Anda yang “tenang” atau karena suatu hal lain, Anda bisa berbuat yang terbaik, membuat perbedaan, atau memberi pengaruh pada orang-orang di sekeliling Anda.

Sekecil apapun perbedaan itu; lama kelamaan pasti akan makin bertambah besar: Anda mengubah diri sendiri, Anda mengubah teman-teman dekat Anda, teman-teman Anda mengubah lingkungan mereka, dan seterusnya.

Ada seperti efek gelombang yang berasal dari air yang menetes di atas sungai: kecil di tengah, dan makin lama makin besar di sekelilingnya.



Lalu, bagaimana cara para pemimpin introvert bekerja?

Mengapa orang-orang introvert juga sama hebatnya dengan para extrovert yang aktif dan terkesan lebih “berisik”?

Menurut artikel tadi, karakteristik para pemimpin introvert adalah:

1. Berpikir dahulu, Baru Berbicara

Bukan berarti bahwa orang extrovert tidak berpikir, tapi introvert cenderung membuat pertimbangan terlebih dahulu sebelum mengungkapkannya dengan kata-kata. Menurut Kahnweiler, pertimbangan ini adalah suatu aset yang penting, karena para pemimpin tidak akan membuat pernyataan yang salah, yang bisa membuat pihak lain merasa tidak nyaman.

Sikap penuh pertimbangan ini juga membuat para introvert “belajar dengan mendengarkan, bukan berbicara”.

2. Fokus pada “Kedalaman”, bukan “Lebar”

Jadi, pada introvert biasanya suka “mendalami” suatu hal terlebih dahulu, sebelum nantinya beralih ke hal yang lain.

3. Bersikap Tenang

Kahnweiler mengambil Barack Obama sebagai contoh. Apakah Anda pernah mendengar atau melihat Barack Obama berpidato?

Saya sendiri sangat menyukai gaya Obama ketika berpidato. Kalau Anda amati, gaya berbicaranya cenderung tenang, meskipun isu yang sedang dibahas adalah sebuah hal yang besar dan sedang “panas-panasnya”.

4. Sering Kali Membiarkan Jari yang “Berbicara”

Para introvert biasanya lebih suka menulis daripada berbicara. Namun, tentu ini tidak berarti bahwa mereka tidak bisa berbicara, karena ini jelas terlihat dari sikap Barack Obama yang bisa menyampaikan gagasan-gagasannya dengan baik melalui pidato.

5. Menyukai Ketenangan

Orang kreatif suka dengan ketenangan, dan setelah mereka “menenangkan diri”, mereka akan bertindak “kreatif” dan “responsif”, bukannya “reaktif”.

Jika Anda adalah orang yang cenderung introvert, percayalah bahwa Anda bisa menjadi pemimpin, karena seperti kata Robin Sharma,

“Kepemimpinan jika dipadatkan menjadi dua kata adalah: Membuat perbedaan”

Bayangkan....Anda memiliki sifat yang sama dengan Bill Gates, Warren Buffet, dan Barack Obama

Namun, jika Anda tidak termasuk orang yang cenderung introvert, jangan remehkan orang-orang yang memiliki ciri-ciri di atas. You’d better watch out!

-

5 Cara Melatih Pikiran untuk Berpikir Positif
Post under inspirasi dan motivasi, Pengembangan Diri di Selasa, Desember 01, 2009 Diposkan oleh Elsa

Suka atau tidak suka, dalam kepala Anda akan tetap muncul berbagai pikiran, termasuk pikiran yang bisa membuat Anda gagal di masa depan. Tapi jangan khawatir, karena Anda bisa melatih pikiran untuk fokus pada hal-hal yang baik daripada yang buruk:

1) Mulailah hari dengan senyuman

Seluruh sisa hari Anda tergantung bagaimana Anda berperilaku di pagi hari. Karena itu, selama Anda menyambut hari dengan energi dan semangat, maka insya Allah apapun yang Anda lakukan akan baik-baik saja. Jadi, tersenyumlah karena tak ada harga yang perlu Anda bayar untuk tersenyum, namun senyuman sangatlah berharga. It doesn’t cost anything but is worth everything!

2) Minta bimbingan

Hanya Tuhan yang tahu apa yang ada di depan Anda. Apapun kepercayaan Anda, Tuhan tentu akan menyukai hambanya yang meluangkan waktu untuk berdoa dan meminta pada-Nya. Juga, selalu yakin bahwa Tuhan akan mengabulkan doa Anda, asalkan niat dan tujuan Anda baik. Dengan bimbingan Tuhan, maka tidak ada alasan untuk mengatakan saya tidak bisa; "Saya bisa melewati tantangan ini. Tak ada yang tak mungkin. lagi pula, Tuhan ada bersama saya."

3) Rencanakan ke depan

Untuk menghindari kesalahan yang bisa mengakibatkan hal yang buruk, sehingga nanti berubah menjadi pikiran negatif, maka lebih baik merencanakan apa yang akan Anda kerjakan terlebih dahulu. Setelah itu, kerjakan rencana Anda. Pastikan tujuan untuk hari ini telah Anda tentukan dengan jelas, dan resapi dalam pikiran Anda. Ini bisa dilakukan bahkan sebelum Anda beranjak bangun dari tempat tidur Anda tiap paginya.

4) Fokuskan pikiran pada hal penting

Buat tujuan dan prioritas untuk apa yang Anda lakukan dan apa yang Anda pikirkan. Kembangkan strategi untuk menghadapi masalah. Konsentrasikan pada hal-hal yang perlu dilakukan dengan serius, tapi jangan lupa juga untuk rileks.

5) Jangan terikat pada hasil

Orang bilang hidup itu bagaikan roda. Kadang Anda di atas, kadang Anda di bawah. Ini artinya, akan ada saat di mana hal-hal tidak akan berjalan sesuai dengan apa yang Anda inginkan. Jangan merasa terganggu ketika Anda tak bisa mendapatkan apa yang Anda inginkan. Anda harus melakukan yang terbaik semampu Anda, tapi jangan terlalu ngotot dan terikat pada hasil, sehingga nanti Anda bisa merasa kesal jika hasilnya tidak sesuai.

--

Bukan dari Mana Anda Berasal, Tapi Mau Ke Mana Anda Nanti
Post under inspirasi dan motivasi, Pengembangan Diri di Rabu, November 25, 2009 Diposkan oleh Elsa

Mungkin Anda sebelumnya pernah mendengar kata-kata bijak ini dalam bahasa Inggris, yang berbunyi:

“It doesn’t matter where you’re coming from; all that matters is where you’re going”

Ide menulis artikel ini sebenarnya timbul ketika saya membaca e-book dari Brian Tracy, yang berjudul Goals. Di sana, saya menemukan kata-kata bijak ini, dan saya langsung suka, sehingga saya menuliskannya di status Twitter saya

Saya juga pernah mendapat beberapa e-mail yang menanyakan tentang masa lalu. Intinya, orang yang mengirim e-mail tersebut merasa terhambat untuk menjalani kehidupan saat ini karena mereka dihantui oleh masa lalu mereka yang buruk.

Mungkin Anda juga pernah mengalaminya.

Mungkin Anda dahulu pernah melakukan suatu kesalahan yang membuat Anda sangat malu di depan umum, melakukan suatu hal yang “terlarang”, dan masa lalu lain yang mengganggu dan menghantui Anda, sampai-sampai Anda tak bisa melakukan apa yang harus Anda lakukan di saat sekarang.

Kata-kata bijak tadi bisa diterapkan dalam situasi seperti ini.

Tak masalah apa masa lalu Anda, apa yang penting adalah mau ke mana Anda sekarang. Masa lalu sudah lewat, dan tak akan bisa terulang lagi. Sekarang adalah saat bagi Anda untuk melangkah ke depan, menuju ke mana Anda akan pergi.

Kasus ini hampir sama dengan apa yang dialami oleh Frank O’dea, sang pengusaha kopi dari Kanada. Dahulunya, Frank adalah pecandu alkohol, dan sempat menjadi gelandangan dan pengemis setelah diusir oleh ayahnya karena sifat buruknya itu.

Tapi sekarang, Frank sudah berubah menjadi seorang pengusaha sukses, karena dia terus melangkah ke depan dan mengabaikan masa lalunya yang buruk itu. Kalau saja Frank terus dihantui oleh rasa bersalahnya karena menjadi pecandu alkohol dan rasa malunya karena pernah menjadi gelandangan, maka dia tak akan menjadi sukses seperti sekarang ini.

Khawatir akan masa lalu hanya akan menghambat diri Anda sendiri. Begitu juga dengan khawatir akan masa depan. Apa yang perlu Anda khawatirkan sebenarnya bukan masa lalu atau masa depan, tapi hari ini.

Saya tidak ingin mengatakan bahwa kita harus khawatir...lho.

Maksudnya, apa yang perlu kita fokuskan adalah hari ini, bukan masa lalu ataupun masa depan. Sebab, seperti yang tertulis dalam e-book “Berpikir Benar, Berpikir Positif”, masa lalu sudah berlalu, dan masa depan belum datang. Kita hanya punya saat ini, “the present” atau hadiah dari Allah SWT.

Selain masa lalu, masalah kekurangan dan keterbatasan juga bisa diterapkan untuk kata-kata bijak tadi.

Ada banyak orang yang merasa bahwa mereka tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk mewujudkan cita-cita mereka. Apakah karena latar belakang yang berasal dari keluarga kurang mampu, kekurangan dan keterbatasan fisik, karena lahir di negara miskin, dan lain-lain.

Pada dasarnya, Allah memberi semacam ujian pada semua ciptaannya. Ada yang diuji dengan kekurangan finansial, ada yang diuji dengan keterbatasan fisik, atau bahkan diuji dengan kelebihan harta, jabatan, dan lain-lain.

Jadi, ini ujian itu normal.

Jika Anda berpikir bahwa orang kaya lebih mudah cobaannya daripada orang miskin, coba Anda pertimbangkan lagi.

Saya ingat kata-kata dari Eni Kusuma, seorang mantan TKW yang kini telah sukses, ketika seseorang mengatakan bahwa dia beruntung karena dahulu dia adalah seorang pembantu. Sebab, kalau dahulu dia tidak menderita seperti itu, mungkin dia tidak akan sesukses dan seterkenal sekarang.

Menganggapi hal tersebut, Eni menjawab yang intinya adalah bahwa semua itu ujian. Orang miskin yang menjadi sukses itu hebat karena dia bisa mengalahkan segala kekurangannya. Orang kaya yang sekarang makin kaya juga hebat, karena dia bisa menjaga kekayaannya di jalan yang benar, bukannya menghamburkannya.

Sekali lagi, masalahnya bukan dari mana Anda berasal, tapi mau ke mana Anda nanti.

Coba saja lihat Abraham Lincoln, yang hanya berasal dari keluarga petani miskin. Namun, akhirnya dia berhasil menjadi presiden Amerika Serikat dan sekaligus menjadi salah satu orang yang berpengaruh di dunia ini.

Atau mungkin Habibie Afsyah, yang meskipun memiliki keterbatasan fisik, bisa sukses berbisnis internet dan menerbitkan bukunya sendiri yang berjudul “Kekuranganku adalah Kelebihanku”. Di tambah lagi dengan Ramaditya Adikara, yang meskipun buta tapi bisa ngeblog dan juga menulis buku berjudul “Blind Power”.

Mau ke mana Anda nanti?

Jangan terhalang oleh masa lalu maupun keterbatasan. Tetapkan tujuan atau sasaran hidup Anda, dan teruslah melangkah ke depan.

-
Mana yang Anda lakukan, Menginvestasikan Atau Membuang Waktu?
Post under inspirasi dan motivasi, Pengembangan Diri di Minggu, Oktober 12, 2008 Diposkan oleh Elsa

Waktu adalah pemberian yang sangat berharga dari Sang Pencipta. Apakah kita kaya atau miskin, sehat atau sakit, kita hanya memiliki waktu 24 jam sehari. Jadi, sudah seharusnya kita memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Namun sayangnya, sering kali kita menyia-nyiakan anugerah tersebut tanpa melakukan hal-hal yang bermanfaat. Padahal, saking berharganya waktu yang kita miliki, Allah sampai bersumpah dengan masa atau waktu dalam surat Al-Ashr.

Jika Anda seperti saya, maka Anda akan sependapat dengan ungkapan yang berbunyi ”waktu adalah uang”. Namun, jika seseorang terus mengkhawatirkan bagaimana ia bisa mendapat lebih banyak uang, sebenarnya ia justru membuang-buang uangnya sendiri. Ia bisa saja tak akan pernah menjadi kaya, karena waktu dan energinya ia buang sendiri dengan kekhawatirannya tersebut. Ini adalah hal yang sangat tidak bijaksana, karena kita bisa saja mendapat lebih banyak uang, tapi kita tak akan pernah bisa membeli waktu dengan uang yang kita dapat.

Karena waktu adalah uang, maka sudah sepantasnya kita menginvestasikan waktu kita untuk mendapatkan hasil yang lebih banyak. Dengan menginvestasikan waktu, kita tidak hanya akan mendapat lebih banyak uang. Investasi waktu yang kita lakukan juga dapat memberi kita ”jaminan” di masa tua kita nanti, seperti kebahagiaan, ketentraman, dan hal lain sebagai buah dari benih-benih investasi yang telah kita tanamkan semasa muda. .

Mungkin kita sudah mengerti dan sadar akan pentingnya investasi waktu, namun kadang secara tidak sadar kita bisa membuang waktu. Contohnya, ketika kita mencuri waktu kita sendiri dengan mengurangi waktu tidur kita, yang semestinya bisa memberi kontribusi pada kesehatan. Selain itu, bekerja keras terlalu lama juga sebenarnya tidak efisien. Ketika kita memaksakan diri untuk bekerja lembur, padahal sebenarnya pekerjaan kita sudah cukup, kita sebenarnya ”meminjamkan” waktu kita pada orang lain yang seharusnya bisa melakukan pekerjaan tersebut.

Orang juga sering kali mengatakan: “seandainya saja ini hari Jumat” pada hari Senin, dan lain-lain. Ini berarti pertanda bahwa orang tersebut telah membuang-buang waktunya. Kasus ini akan menjadi berbeda jika orang tersebut mengatur dan menginvestasikan waktunya. Ketika ia mengerjakan tugas pada saatnya, maka ia tak perlu lagi membuang waktu dan energi untuk mengkhawatirkan hari esok atau menyesali hari sekarang.

Jika Anda ingin menginvestasikan waktu Anda, ada sebuah frase dari bahasa Latin yang bisa Anda manfaatkan untuk mencegah Anda membuang waktu:”Carpe Diem” – yang berarti “hidupkan hari-hari Anda” atau bisa juga berarti “aturlah hari Anda”. Analisalah apakah Anda telah menginvestasikan waktu Anda atau belum. Juga, jangan lupa bahwa Anda tak bisa mengulang masa lalu, dan katakan “Carpe Diem!”

-
Reticular Activating System dan Kesuksesan Anda
Post under Pengembangan Diri di Kamis, Mei 13, 2010 Diposkan oleh Elsa

Suatu ketika, Anda sangat menginginkan sebuah mobil Ferrarri berwarna merah dan berencana membelinya karena di daerah Anda sangat jarang sekali ditemukan mobil yang sama. Ketika Anda membelinya dan mengendarainya di jalanan, tiba-tiba Anda kaget.

Anda ternyata menemukan banyak sekali mobil Ferrarri berwarna merah, sama seperti milik Anda!

Itulah hasil dari Reticular Activating System (RAS) / sistem pengaktifan retikuler di otak Anda.

Saya memang bukan seorang ahli dalam bidang ini, jadi sebaiknya Anda melihat penjelasan selengkapnya di Wikipedia. Namun, secara sederhana RAS adalah suatu bagian dalam otak yang bisa meningkatkan perhatian (attention) dan kewaspadaan (alertness) Anda.

The reticular activating system also helps mediate transitions from relaxed wakefulness to periods of high attention.

Dahulu, Anda pasti jarang sekali mendengar berita tentang seorang balita yang merokok. Tapi, baru-baru ini media ternyata kerap memunculkan balita-balita yang merokok. Ketika satu kasus sudah selesai, ternyata masih banyak ditemukan kasus-kasus lain.

Saya pikir ini juga adalah akibat dari RAS para insan media :-)

Kewaspadaan mereka meningkat untuk kasus tersebut, kemudian mereka meliputnya, dan pemirsa televisi menyukainya sehingga mereka menjadi pusat perhatian.

Lalu apa hubungannya dengan kesuksesan atau pengembangan diri Anda?

Jika Anda pernah membaca tulisan “Apakah Anda Melihat Peluang?” saya telah memberi contoh bahwa ketika Anda benar-benar jeli melihat peluang, maka Anda akan lebih sering menemukannya dibanding ketika Anda hanya cuek saja.

Selain itu, Anthony Robbins menyebutkan dalam Awaken The Giant Within bahwa:

Once you decide that something is a priority, you give it tremendous emotional intensity, and by continually focusing on it, any resource that supports its attainment will eventually become clear

Artinya, jika Anda memutuskan bahwa sesuatu sebagai prioritas, maka anda akan memiliki suatu intensitas emosional yang begitu besar, sehingga ketika Anda terus fokus pada hal tersebut, maka apapun yang bisa mendukung pencapaiannya akan menjadi jelas.

Misalnya, Anda ingin sekali membeli rumah baru. Karena Anda terus fokus pada hal tersebut, maka akan ada suatu intensitas emosional yang timbul dalam diri Anda, sehingga cara-cara agar Anda bisa membeli rumah pun muncul (diambil cara yang halal tentunya). Padahal dahulu cara-cara tersebut tak pernah terpikirkan oleh Anda sebelumnya.

Satu lagi, Anda bisa memanfaatkan RAS Anda untuk member afirmasi positif pada diri Anda sendiri. Anda bisa terus member pesan-pesan positif yang bisa membangun diri Anda, sehingga Anda akan lebih sering menemukan hal-hal positif lain yang bisa berdampak pada kemajuan Anda

-
Menyeimbangkan Keadaan di Dalam (Inner Self) dan di Luar (Outer Self) diri Anda
Post under Pengembangan Diri di Minggu, Maret 07, 2010 Diposkan oleh Elsa



"Jika Anda benar-benar ingin menjalankan Hukum Tarik-Menarik, maka Anda harus menyeimbangkan keadaan di dalam dan luar diri Anda."
Anda pasti tahu Hukum Tarik-Menarik, alias Law of Attraction, bukan?

Salah satu bentuk penerapan yang paling signifikan dalam Hukum Tarik-Menarik adalah menyeimbangkan keadaan yang ada di dalam dan di luar diri Anda.

Keadaan di dalam diri Anda (inner) adalah kesadaran Anda. Kesadaran Anda adalah bagaimana Anda berpikir dan bertindak. Inilah ketika Hukum Tarik-Menarik mulai bekerja, dan memanifestasikan apa yang kita pikirkan, dan ini semua dimulai dari dalam diri Anda.

Keadaan di luar diri Anda (outer self) ditandai oleh tindakan Anda. Bagaimana Anda bertindak dan menerapkan apa yang Anda pikirkan adalah bagaimana cara outer self Anda bekerja.

Jika kita ingin benar-benar menerapkan Hukum Tarik-Menarik, maka kita perlu menyeimbangkan inner dan outer self kita. Artinya, sangat penting untuk menyeimbangkan antara pikiran dan tindakan. Apa yang dimulai dari pikiran harus diwujudkan dalam tindakan atau perbuatan.

Jika Anda hanya berpikir untuk membeli rumah baru, tentu hal tersebut tak akan terwujud. Ya, memang jika pikiran dan kepercayaan Anda kuat, maka Allah (alam semesta) akan mulai mewujudkan keinginan Anda. Tapi untuk sekarang, Anda lah yang harus bertindak.

Jika Anda tak mengangkat satu jari pun, maka tak akan ada yang terjadi. Sekarang, Anda harus menerapkan apa yang ada dalam diri Anda. Inilah ketika energi positif yang telah Anda ciptakan mulai menjadi suatu wujud yang nyata, dan keinginan Anda mulai terwujud.

Masalah bagi kebanyakan orang adalah, mereka menggunakan inner self mereka untuk berpikir dan percaya. Sering kali orang berpikir dan percaya bahwa mereka bisa mewujudkan sesuatu, tapi mereka tidak melakukan tindakan apapun.

--

Mengubah Kebiasaan dan Mengembangkan Diri
Post under Pengembangan Diri di Sabtu, Januari 30, 2010 Diposkan oleh Elsa

Jika Anda mau, Anda bisa menghentikan kebiasaan-kebiasaan lama Anda, dan menggantinya dengan kebiasaan baru yang lebih baik. Namun, seperti halnya perubahan-perubahan dalam bidang lain, melakukan hal ini tentu pada awalnya tidak mudah.

Ada banyak orang yang terbiasa berbohong pada diri mereka sendiri dan orang lain. Ini bisa terjadi karena kita hidup dalam dunia yang penuh dengan pendapat, filosofi, teori, spekulasi, dan kesimpulan yang berbeda.

Misalnya, Anda tidak butuh ponsel baru, tapi teman-teman Anda menganggap bahwa ponsel Anda sudah kuno dan perlu diganti. Karena tak mau diejek, Anda membohongi diri sendiri, dan akhirnya membeli ponsel baru yang lebih canggih. Karena sebenarnya Anda tak butuh ponsel baru nan canggih tadi, Anda hanya menggunakannya untuk menelpon dan mengirim sms.

Padahal, untuk bisa mengembangkan diri, sebelumnya Anda perlu jujur dan mengetahui kebenaran tentang diri Anda sendiri. Tak perlu berbohong, temukan kebenaran tentang diri Anda sendiri.

Seperti layaknya bercermin, Anda harus melihat bagaimana sebenarnya diri Anda dalam bayangan yang Anda lihat. Anda perlu jujur, lihat diri Anda seperti halnya apa yang ada di depan mata Anda.

Kalau (misalnya) Anda melihat bahwa selama ini Anda malas, akuilah bahwa Anda malas. Kalau memang selama ini Anda kurang percaya diri, akuilah bahwa Anda kurang percaya diri.

Setelah itu, apa yang bisa Anda lakukan untuk mengubah kebiasaan buruk dan mengembangkan diri?

Ya, ubahlah diri Anda sendiri. Ketika Anda siap melakukannya, maka Anda bisa melakukannya tanpa perlu meminta bantuan orang lain. Anda bisa belajar mengembangkan kualitas-kualitas yang sudah Anda miliki sekarang, seperti harga diri, percaya diri, motivasi diri, dan seterusnya.

Seperti yang saya tulis dalam artikel sebelumnya yang berjudul Mengapa Anda Tak Butuh Sekedar Motivasi, Anda juga perlu memikirkan hal apa yang membuat Anda melakukan apa yang Anda lakukan sekarang ini. Mengapa Anda melakukan apa yang Anda lakukan?

Setelah itu, intinya adalah memecah pola lama Anda, dan menggantinya dengan pola baru.

Misalnya, sekarang Anda sudah melihat cerminan diri Anda, dan Anda mengakui bahwa Anda terus saja merasa malas. Jika demikian, apa sebabnya? Mengapa Anda melakukannya? Jika jawabannya adalah karena sering bergaul dengan orang-orang yang malas, maka Anda perlu mencari teman bergaul atau lingkungan yang lain.

Contoh di atas juga bisa berarti bahwa untuk mengembangkan diri, Anda juga bisa melihat teman-teman dan keluarga Anda. Bagaimanakan sikap mereka terhadap Anda selama ini?

Jika teman-teman Anda justru menjatuhkan Anda dan tidak mendukung apa yang Anda lakukan, maka Anda perlu mengambil pilihan. Salah satunya, Anda mungkin perlu menjauhkan diri dari mereka.

Untuk mengembangkan ketrampilan baru dan menyingkirkan kebiasaan lama yang buruk, coba gunakan juga pikiran sadar Anda. Ketika Anda mengamati dan mendengar hal-hal di sekitar Anda, maka Anda sama saja mempelajari hal-hal baru, di mana Anda tak perlu membaca sebuah buku tebal. Anda hanya perlu membuka pikiran Anda untuk menerima hal-hal baru.

Karen Ravn menulis sebuah artikel bagus tentang bagaimana memecah kebiasaan lama di Los Angeles Times. Menurut Ravn, Anda bisa melakukan tips berikut untuk mengubah kebiasaan lama:

1) Hilangkan reward yang Anda dapat dalam kebiasaan lama Anda

Kalau misalnya Anda selalu malas mengerjakan tugas sekolah/kampus/kantor karena ada acara TV yang bagus, maka matikan TV Anda. Acara TV tersebut adalah reward dari kebiasaan lama Anda.

2) Ganti dengan hal baru

Jika Anda biasa berbelanja lebih di akhir pekan, ganti dengan kegiatan baru, seperti berkumpul dengan keluarga di rumah.

3) Pilih dengan bijak

Jika ingin mengganti kebiasaan, pastikan kebiasaan baru Anda tidak terlalu berlebihan, yang justru membuat Anda tidak nyaman.

4) Hindari Risiko

Misalnya jika Anda tidak bisa tidak membeli sepatu ketika melewati toko sepatu, maka solusinya adalah menjauhi toko sepatu, karena kebiasaan dipicu juga oleh situasi atau keadaan di sekitar Anda.

5) Jadilah Spesifik

Anda bisa mengidentifikasi situasi tertentu yang benar-benar bisa memicu kebiasaan buruk Anda. Jadi, mungkin Anda bisa pergi ke toko sepatu, tapi jangan bersama teman yang kecanduan sepatu. Pemicu yang lebih spesifik di sini adalah teman Anda, bukan toko sepatu.

6) Terus Berlatih

Anda ingin menghentikan kebiasaan bergosip, sehingga Anda selalu berlatih dan membiasakan diri untuk tidak bergosip dengan teman Anda, si X. Akhirnya, Anda sudah terbiasa untuk tidak bergosip. Namun, berhati-hatilah jika nanti Anda bertemu si X lagi, karena kebiasaan lama Anda bisa "kumat". Berlatihlah kapan saja, di mana saja, dan dengan siapa saja.

7) Beri Reward dan buat Isyarat

Ketika Anda punya kebiasaan buruk tak bisa mengatur keuangan, padahal Anda ingin berlibur ke luar kota atau bahkan ke luar negeri, coba ambil gambar tempat tujuan Anda tersebut. sebagai isyarat. Misalnya Anda ingin ke pantai, ambil gambar dari internet atau dari majalah, dan letakkan di dalam dompet Anda.

Atau, jika Anda misalnya sering melewatkan waktu sholat, Anda bisa memberi diri Anda sendiri reward berupa makanan favorit, atau jalan-jalan ke tempat kesukaan. Tapi awas, jangan terlalu memanjakan diri.

8) Ikuti Niat Baik Anda

Penelitian menunjukkan bahwa sebuah rencana sederhana, ketika Anda memiliki niat "jika nanti" bisa membuat perbedaan besar.

Ini juga bisa berlaku untuk atlit. Dalam suatu penelitian, ketika suatu kelompok pemain tenis diminta untuk membuat pernyataan "jika nanti", lalu menuliskannya, seperti: "Jika saya marah, maka saya akan menenangkan diri dan mengatakan, 'Saya pasti menang!' ", mereka akhirnya bisa bermain baik dalam pertandingan.

9) Melihat Ke Depan

Kebiasan menunda bisa memberi kepuasan instan. Meski Anda tahu Anda akan mendapatkan akibatnya, tapi Anda juga tahu bahwa akibatnya masih "nanti". Jadi, lihat ke depan, dan pertimbangkan apa akibatnya jika Anda menunda sesuatu.

10) Gunakan Kekuatan Tekad

Anggap apa yang Anda lakukan sebagai tes sekuat mana tekad Anda.

Dalam sebuah penelitian, mahasiswa diminta untuk menggenggam dinamometer sekuat-kuatnya dan selama mungkin. Mahasiswa yang menganggap bahwa hal tersebut adalah tes kekuatan tekad bisa menggenggam lebih kuat dan lebih lama daripada yang tidak.

Ketika mahasiswa yang tadinya tidak menganggal hal tersebut sebagai tes mengulanginya lagi dan kal ini menganggapnya sebagai tes, mereka bisa menggenggam dua kali lebih lama.

11) Jangan Percaya Angka

Mungkin Anda pernah mendengar berapa hari atau berapa lama Anda bisa membentuk kebiasaan baru. Jangan percaya, karena Dr. Nora Volkow, direktur National Institute on Drug Abuse mengatakan bahwa tidak ada data untuk itu.

12) Jangan Menyerah

Anda pasti tahu, kalau kegagalan atau jatuh-bangun itu sudah biasa.

Jadi, kalau Anda berusaha berhenti menghentikan kebiasaan untuk menggigit kuku, dan Anda masih melakukannya sekali-kali, itu tak apa. Jangan menyerah dahulu, teruskan saja.

Semuanya terserah Anda, apakah Anda ingin mengubah kebiasaan dan mengembangkan diri atau tidak. Saya cuma bisa memberi Anda kiat atau tip saja, dan Anda perlu mencoba taktik-taktik baru yang bisa membuat Anda berkembang menjadi lebih baik.

--

Mengapa Anda Tak Butuh Sekedar Motivasi
Post under inspirasi dan motivasi, Pengembangan Diri di Rabu, Januari 27, 2010 Diposkan oleh Elsa

Ada yang mengatakan bahwa motivasi itu seperti halnya mandi atau gosok gigi. Anda harus terus menerus melakukannya untuk bisa merasakan dampak yang nyata.

Memang itu benar.

Motivasi bukanlah suatu hal yang bisa Anda miliki sekali atau dua kali dalam hidup, lalu Anda berharap untuk bisa mengubah diri Anda.

Kalau Anda hanya mandi selama satu atau dua kali saja seumur hidup, dan tidak melakukannya secara teratur selanjutnya, bisa dibayangkan apa jadinya diri Anda.

Memang, produk saya di www.targetpositif.com bernama Paket Motivator V.2, tapi isinya tak hanya sekedar motivasi.

Maksud saya begini..

Kalau seandainya saat ini Anda biasa mandi dua hari sekali, maka nantinya Anda akan bisa mandi dua kali sehari. Dengan kata lain, motivasi-motivasi yang Anda terima akan mengubah pola yang selama ini Anda lakukan.

Atau, paling tidak itulah yang seharusnya Anda lakukan.

Jadi, Anda perlu mengubah pola yang selama ini Anda lakukan. Anda tak hanya perlu menerima saran-saran yang ada sebagai motivasi, kemudian Anda bersemangat, lalu meninggalkannya begitu saja.

Tony Robbins pernah mengatakan dalam salah satu wawancara bahwa.

“Saya di sini bukan untuk memotivasi Anda. Saya di sini untuk memecah pola Anda.”

Ia juga pernah mengatakan..

“Saya bukan orang yang memberi Anda motivasi, saya adalah orang yang bertanya ‘mengapa’”

Mengubah pola bisa Anda lakukan dengan pertanyaan pada diri sendiri: mengapa?

Ini bisa dilakukan dalam berbagai area hidup Anda. Misalnya..

“Mengapa selama ini badan saya bau?”

Jika jawabannya adalah “karena jarang mandi”, maka solusinya tentu dengan mandi lebih sering setiap harinya. Ubah pola Anda yang lama.

“Mengapa selama ini saya tidak bahagia?”

Jika jawabannya adalah “karena kurang bersyukur”, maka ubahlah pola Anda yang biasanya kurang bersyukur. Hitunglah anugerah Allah yang selama ini telah Anda dapatkan, ucapkan syukur tiap hari dalam doa Anda.

Ini seperti apa yang tertulis dalam e-book “Aturan Emas” (www.targetpositif.com),


“Tanpa rasa syukur, Anda tak akan bisa menghindar dari segala keburukan atas rasa kecewa dan tidak puas.”

Dalam masalah keuangan, mengubah pola ini juga sangat efektif.

Jika Anda bertanya, “Mengapa saya banyak hutang?”

Kemudian jawabannya adalah karena “tak bisa mengatur keuangan”, maka ubahlah pola Anda mengatur uang selama ini.

Jangan menunda, segera motivasi diri Anda untuk mengubah pola, dan lakukan perubahan yang perlu Anda lakukan meskipun itu kecil.

--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan beri komentar