Segar banget

Segar banget
bangett

Kamis, 01 September 2011

Kerjakanlah Keselamatanmu



* Filipi 2:12-18 Tetaplah kerjakan keselamatanmu
2:12 Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir,
2:13 karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.
2:14 Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan,
2:15 supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia,
2:16 sambil berpegang pada firman kehidupan, agar aku dapat bermegah pada hari Kristus, bahwa aku tidak percuma berlomba dan tidak percuma bersusah-susah.
2:17 Tetapi sekalipun darahku dicurahkan pada korban dan ibadah imanmu, aku bersukacita dan aku bersukacita dengan kamu sekalian.
2:18 Dan kamu juga harus bersukacita demikian dan bersukacitalah dengan aku.

Filipi 2:12-13 ini menjadi sulit jika kita tidak mendengarkannya dalam konteks semua hal lainnya yang dikatakan Paulus mengenai pekerjaan penebusan Allah dan keterlibatan kita dalam pekerjaan tersebut. Memang sejak jaman Reformasi, ketika inti dari Injil Paulus adalah pemberitaan yang penuh suka cita sola gratia, sola fide (“karena kasih karunia saja, karena Iman saja”), apa pun yang sedikit saja menyinggung “mengerjakan keselamatan” atau “keselamatan karena perbuatan” dicurigai. Dan masalah itulah yang sering muncul ketika orang-orang beriman membaca Filipi 2:12-13.

Masalah ini dapat kita kesampingkan, karena pandangan yang lebih teliti terhadap pengajaran Paulus tentang semua aspek pekerjaan penebusan Allah di dalam Kristus mengungkapkan bahwa keselamatan tidak didasarkan pada tumpukan kesalehan dan perbuatan baik kita. Tidak, keselamatan ini dimulai, dilaksanakan, dan diselesaikan oleh-Nya. Walaupun demikian, kita manusia yang merupakan obyek kegiatan ilahi tersebut bukanlah robot-robot yang dimanipulasi oleh ‘penekan tombol ilahi. Kita adalah makhluk yang diciptakan menurut gambar Allah (Kejadian 1 :26-27), yang dipanggil untuk menjawab Pencipta dengan iman dan kasih, dan ikut berpartisipasi secara aktif dalam tujuan Allah. Perspektif ganda tindakan ilahi dan reaksi dan partisipasi manusia inilah yang dibicarakan dalam teks ini.

Inti pemberitaan Paulus, yang diulang dengan berbagai cara sepanjang tulisan-tulisannya, secara singkat dan mengesankan diungkapkan dalam Efesus 2:8-9, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan dlri.” Kalimat ini jelas; tidak ada persyaratan yang diajukan (seperti “jika … maka … “). Kasih Allah yang men¬jangkau kita tanpa syarat (Roma 5:8) sepenuhnya merupakan kasih karunia. Kita tidak layak mendapatkannya dan tidak bisa memperolehnya melalui usaha, dan karena itu kita tidak bisa memperoleh penghargaan dari hal itu (“jangan ada orang yang memegahkan diri”). Kata kerja “kamu (telah) diselamatkan” berbent uk pasif, yang berarti bahwa tindakan itu berasal dari luar diri kita dan merupakan sesuatu yang sudah selesai tetapi masih efektif pada masa sekarang ini dan masa yang akan datang.

Pernyataan yang tegas ini dengan segera diikuti oleh ucapan Paulus dalam Efesus 2:10, “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik … ” Di sini, seperti pad a surat-suratnya yang lain, Paulus dengan sangat jelas menyatakan bahwa hubungan yang dipulihkan dengan Allah merupakan suatu kondisl yang akan mengubah kehidupan kita sedemikian rupa sehingga tujuan Allah dalam kehidupan kita akan terlaksana. Beberapa contoh akan membuat hal ini sangat jelas.

Dalam Roma 6 orang beriman didefinisikan sebagai mereka yang telah dibaptis dalam Kristus, dikuburkan dan dibangkitkan bersama-sama dengan-Nya supaya kita “akan hidup dalarn hidup yang baru” (6:3-4). Oi sini perjanjian keselamatan. itu digambarkan sebagai fakta yang sudah setesal; dan hidup dalam hidup yang baru” merupakan kemungkinan yang akan direalisasikan. Kemudian Paulus melanjutkan dengan mengatakan bahwa diri kita yang berdosa telah “disalibkan” bersama Yesus, bahwa kita bukan lagi “budak dosa” (6:5-11).

Pengungkapan fakta yang sudah selesai ini kemudian langsung diikuti oleh perintah, “Sebab itu hendaklah dosa Jangan berkuasa lagi … janganlah kamu menyerahkan anggota-a.nggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaiman … tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah … untuk menjadi senjata-senjata kebenaran” (6:12-13).

Di Galatia, di mana keselamatan melalui iman kepada Kristus ditekankan khusus (misalnya, dalam Galatia 2:16, “tidak seorang pun yang dibenarkan oleh karena melakukan Hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus.), Paulus juga dapat menekankan bahwa “dalam Krlstus, yaitu dalam hubungan kita dengan Allah melalui Kristus, yang penting adalah “iman yang bekerja oleh kasih” (5:6). Karena itu “layanilah seorang akan yang lain oleh kasih” (5: 13).

Kesenjangan yang nampaknya timbul antara pernyataan keselamatan yang sudah selesai dan sebuah kehidupan di mana seseorang harus mengerjakan keselamatannya antara lain dlsebabkan oleh cara Paulus yang f1eksibel dalam menggunakan kata-kata atau ungkapan tertentu. Dalam teks kita, keselamatan merupakan sebuah realitas yang masih dalam proses dan. akan dilaksanakan. Dalam Roma 1:16 dan Efesus 1:13 istilah keselamatan itu digunakan dalam pengertian yang umum dan menyeluruh, dan sebagai sinonim dari Injil (yaitu, kabar baik, dan kuasa keselamatan). Dalam II Korintus 7:10, dikatakan bahwa pertobatan akan membawa keselamatan. Ada teks-teks lain. di mana keselamatan digambarkan sebagai tahap atau peristiwa terakhir dalam pekerjaan penebusan Allah. Kepada jemaat Tesalonika dikatakan bahwa mereka dipilih “untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan” (II Tesalonika 2:13) dan bahwa salah satu perlengkapan orang Kristen melawan kegelapan adalah “pengharapan keselamatan” (I Tesalonika 5:8 ). Contoh yang paling jelas mengenai penggunaan istilah ini untuk waktu yang akan datang terdapat dalam Roma 13:11, di mana kita baca bahwa, “keselamatan sudah lebih dekat bagi kita daripada waktu kita menjadi percaya.”

Jika kita mempertimbangkan semua aspek ini, kita Iihat bahwa Paulus memandang keselarnatan sebagai seluruh pekerjaan penebusan Allah, tetapi ia juga menggunakan istilah tersebut secara bebas untuk menunjUkkan berbagai bagian dari keseluruhan. Ilustrasi terbaik tentang pemahaman Paulus akan keselamatan secara total, yang digambarkan berdasarkan berbagai tingkatannya, kita dapatkan dalarn Roma 5. Kita telah “dibenarkan karena iman” (5:1). Dlbenarkan berarti dibawa ke dalam hubunqan yang benar dengan Allah, kondisl yang digambarkannya sebagai “damai dengan Allah” (5:1). (‘Dibenarkan’ merupakan istilah yang biasa digunakan Paulus untuk menyatakan apa yang terjadi kepada kita jika kita menjawab kasih Allah di dalam Kristus dengan iman). Dengan demikian titik puncak dari apa yang telah dimulai itu adalah ikut menerima “kemuliaan Allah (5:2). Antara kedua kutuo ini, kehidupan Kristen ditandai oleh sukacita dan pengharapan di tengah-tengah kesengsaraan (5:3-5), karena setelah dibenarkan oleh kematian Kristus (5:9), karya yang terus-menerus dari Tuhan yang dibangkitkan dalam kehidupan orang beriman akan membawa kepada kese/amatan (5:10).

Konteks yang lebih luas dari ucapan yang sulit ini, seperti telah dibahas di atas, terdiri atas tiga unsur:
(1) pengertian ganda dari kata “sudah” dan “belum”; (2) kenyataan hubunqan yang dipulihkan dengan Allah dan perlunya hidup dalarn hidup yang baru; (3) pemahaman keselamatan sebagai pekerjaan Allah yang menyeluruh di mana kita berpartisipasi melalui iman, pengharapan, dan kasih. Dalam konteks inilah kita dapat mernahami Filipi 2:12-13 sebaik-baiknya.

Paulus memanggil para pembacanya untuk bersatu dalam hidup mereka, yang dapat dicapai melalui sikap rendah hati dan mementingkan orang lain (Filipi 2:1-4), didorong oleh teladan kerendahan hati Kristus dan penyerahan diri sepenuhnya (2:5¬11). Pekerjaan Kristus inilah yang bagi Paulus merupakan dasar dari perintah “kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar” (2:12). Keselamatan yang kita dapatkan melalui “ketaatan Knstus sampai mati” (2:8 ) harus “diwujudkan”, dilaksanakan, dan diusahakan dalam hubungan kita dengan orang lain. Dorongan untuk melaksanakannya adalah “takut” dan “gentar,” bukan dalam pengertian takut yang sebenarnya, melainkan dalam arti “khidmat”, yaitu perasaan “khidmat” yang kita rasakan. Jika kita merenungkan karya “kasih karunia Allah yang rnenaklubkan di dalam Kristus.

Tetapi “mengerjakan keselamatan” dalam konteks kita ini yaitu mengerjakan keselamatan menuju persatuan dalam jemaat di Filipi bukanlah “usaha manusia” yang dapat kita banggakan. Tidak, karena dikerjakannya keselarnatan ini dikuatkan oleh kaslh karunia Allah yang terus-menerus, karena Allah bekerja “di dalam kamu” (atau “di antara kamu”).
Keselamatan bukanlah sesuatu yang kita miliki, melainkan sebuah hubungan yang mencakup kita di dalamnya. Dan dalam hubungan itu, kita ikut mengambil bagian dalam Roh Allah. Jadi perbuatan Kristen tidak pernah merupakan “hasil usaha” kita; melainkan selalu merupakan hasil pertumbuhan dan hubungan yang dinamis, yang dirancang dan diselesaikan oleh Allah.

--

Integritas
“Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.” (Daniel 3:17-18)

Ketika Raja Nebukadnezar membangun patung untuk disembah oleh semua orang yang ada di wilayah Babel; Sadrakh, Mesakh dan Abednego menolak untuk menyembah patung tersebut. Walaupun diancam akan dimasukkan ke dalam perapian yang menyala-nyala, mereka tetap berpegang teguh pada iman mereka. Integritas mereka tidak tergoyangkan, walaupun bahaya mengancam nyawa mereka. Mereka percaya bahwa Tuhan sanggup melepaskan mereka dari bahaya yang ada. Bahkan merekapun siap mati jika pertolongan tidak datang juga. Mereka tidak rela melepaskan iman mereka demi menyembah patung tersebut.

Dari kitab Daniel pasal 3 ini kita tahu bahwa pada akhirnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego dimasukkan ke dalam perapian yang menyala-nyala. Bahkan karena begitu marahnya Raja Nebukadnezar, perapian dipanaskan dengan begitu luar biasa.

Tetapi apa yang terjadi kemudian adalah kita melihat pertolongan Tuhan turun bagi Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Tuhan tidak mempermalukan mereka. Sehelai rambutpun tidak ada yang terbakar. Bahkan Raja Nebukadnezarpun memerintahkan semua orang agar menghormati Allah mereka.

Kisah di atas merupakan gambaran dari kehidupan umat percaya yang sedang menghadapi berbagai macam pencobaan. Walau tekanan sekeras apapun yang menimpa kita, kita harus belajar tetap mengandalkan Tuhan dan percaya kepadaNya.

Tidak sedikit juga umatNya yang melepaskan kepercayaan mereka demi kelepasan yang ditawarkan oleh dunia ini. Begitu banyak alternatif/jalan keluar yang memang ditawarkan oleh dunia ini, yang tentunya tidak semuanya berkenan kepadaNya.

Ketika kita mulai kompromi dengan dunia ini demi kelepasan dari masalah kita, maka kita akan keluar dari lingkaran anugerahNya.

Seperti Sadrakh, Mesakh dan Abednego, jangan lepaskan iman kita. Tetap teguh berpegang pada iman yang telah kita jalani. Karena ketika kita menjalani masalah/pencobaan seberat apapun, dan kita menjalaninya bersama dengan Allah, maka kita akan melihat tangan Tuhan turun menolong kita.

Integritas yang dimiliki oleh Sadrakh, Mesakh dan Abednego harus kita miliki saat ini juga. Tidak ada kata kompromi dalam kehidupan bersama dengan Tuhan.

--

MERENDAHKAN DIRI VS MENINGGIKAN DIRI
MERENDAHKAN DIRI VS MENINGGIKAN DIRI
Teks : Filipi 2 : 5 – 11 Yakobus 1 : 9 – 11
Oleh : Ev.Andereas Dermawan

Banyak orang memiliki pemahaman yang KELIRU DALAM MENTAFSIRKAN ARTI MERENDAHKAN DIRI. Bagi kebanyakan orang termasuk PENGANUT AGAMA KRISTEN umumnya MEMAKNAI kata merendahkan diri dengan arti YANG BERHUBUNGAN DENGAN KARAKTER atau perilaku seseorang. Orang yang mempunyai karakter merendahkan diri diartikan sebagai orang yang RENDAH HATI atau TIDAK SOMBONG. Sedangkan sebaliknya bagi orang yang MENINGGIKAN DIRI diartikan sebagai orang yang TINGGI HATI atau orang yang SOMBONG. Apakah betul demikian saudara? Tentu saja tidaklah benar bila ada orang yang mengatakan bahwa antara kata MERENDAHKAN DIRI berarti sama dengan kata MERENDAHKAN HATI, begitu pula antara kata MENINGGIKAN DIRI dengan kata MENINGGIKAN HATI. Lalu apa arti sebenarnya dari kata MERENDAHKAN DIRI DAN MENINGGIKAN DIRI?

Pada umumnya orang Kristen tidak terlalu ambil perduli dengan arti kata MERENDAHKAN DIRI, karena mereka mengira kalau mereka berperilaku ramah, tidak sombong berarti mereka beranggapan bahwa mereka telah merendahkan diri. Sungguh kekeliruan yang sangat besar anggapan seperti itu ! Karena arti kata MERENDAHKAN DIRI TIDAK BERKAITAN DENGAN KARAKTER/ PERILAKU SESEORANG ! TIDAK ADA KAITANNYA DENGAN SOMBONG TIDAK SOMBONGNYA SESEORANG! Apakah arti merendahkan diri menurut ajaran Tuhan Yesus Kristus? Firman Tuhan yang kita baca dari surat kiriman Rasul Paulus yang ditujukan kepada jemaat Tuhan di Filipi dengan jelas menguraikan apa arti MERENDAHKAN DIRI YANG DICONTOHKAN OLEH TUHAN YESUS SENDIRI. MARI KITA PERHATIKAN DENGAN CERMAT APA YANG TERTULIS PADA FILIPI 2 : 8 di situ dikatakan sbb: “ DAN DALAM KEADAAN SEBAGAI MANUSIA , IA TELAH MERENDAHKAN DIRINYA DAN TAAT SAMPAI MATI DI KAYU SALIB. Dari pembacaan Firman ini kita tidak melihat uraian mengenai perilaku sombong atau tidak sombong di sini.

Tetapi dengan jelas disebutkan kata bagaimana KEADAAN YESUS SEBAGAI MANUSIA, DI MANA DALAM KEADAAN/RUPA ALLAH IA RELA MERENDAHKAN DIRINYA SAMPAI MATI DI KAYU SALIB. SUATU KEADAAN TERMISKIN/ TERHINA BAGI ORANG ISRAEL DI ZAMAN ITU. Dari pembacaan Firman Tuhan ini sangatlah jelas perbedaan antara MERENDAHKAN DIRI DENGAN MERENDAHKAN HATI. KATA MERENDAHKAN DIRI DIPAKAI untuk MENJELASKAN DALAM KAITANNYA DENGAN KEADAAN SESEORANG, SEDANGKAN KATA MERENDAHKAN HATI DIPAKAI DALAM KAITANNYA DENGAN KARAKTER ATAU PERILAKU SESEORANG. KEADAAN SESEORANG ADALAH BERSIFAT NYATA ATAU KONKRIT BISA DILIHAT SEDANGKAN KARAKTER SESUATU YANG ABSTRAK, TIDAK ADA YANG BISA MEMBACA PIKIRAN/ KARAKTER SESEORANG, BUKAN? SEBAB ITU KARAKTER ATAU PERILAKU SESEORANG BISA PURA PURA ( KAMUFLASE / MUNAFIK ). Itulah sebabnya Yesus sering mengecam pemimpin agama/parisi di zamanNya, yang kelihatan bagus/ ramah di luarnya tetapi sesungguhnya adalah kepura puraan atau kemunafikkan! Jadi kalau begitu apa arti merendahkan diri? Merendahkan diri tidaklah sama dengan perilaku rendah diri atau minder, sama sekali bukan itu maksudnya. Karena perilaku rendah diri atau minder adalah berkaitan dengan karakter seseorang. Tadi sudah dijelaskan bahwa MERENDAHKAN DIRI TIDAK BERKAIT DENGAN KARAKTER/PERILAKU SESEORANG, TAPI MERENDAHKAN DIRI BERKAITAN DENGAN KEADAAN HIDUP/STATUS HIDUP SESEORANG. Di dunia ini ada 2 macam status hidup yaitu STATUS TINGGI DAN SATU LAGI STATUS RENDAH, ATAU DALAM BAHASA SEDERHANANYA ADA STATUS KAYA ( Status tinggi ) dan ada STATUS MISKIN ( status rendah ). Perpindahan tempat dari satu status ke status lainnya itulah yang disebut dengan istilah merendahkan diri atau meninggikan diri. Umumnya manusia di dunia ini berjuang mati matian untuk pindah dari status rendah kestatus tinggi atau ingin meninggikan diri, ingin menaikkan harkat hidup/ harga dirinya.

MAKA MERUPAKAN SUATU KEGANJILAN BILA ADA ORANG DARI STATUS TINGGI/KAYA berjuang justru ingin PINDAH status DARI KAYA MENJADI MISKIN!! Nah keganjilan seperti inilah yang diajarkan oleh Yesus. Sebab itu tidaklah mengherankan kalau AJARAN YESUS ini DITOLAK oleh dunia ini alias tidak laku/ TIDAK ASPIRATIF. Justru ajaran yang dianggap tidak laku atau tidak aspiratif ini adalah merupakan suatu rahasia tersembunyinya harta karun surgawi yang tak ternilai harganya. Sebab itu prasyarat mengikut Yesus yang disampaikan kepada seorang muda kaya itu tidak dituruti oleh orang kaya itu, yaitu juallah seluruh hartamu dan bagikan kepada orang miskin. Dewasa ini banyak tafsiran tafsiran yang diputar balikan oleh para pemimpin agama/ parisi modern mengenai hal ini dengan tafsiran tafsiran rohani mereka yang mereduksi arti sesungguhnya dari ajaran Yesus yang maha berat ini. Mereka mengajarkan bahwa orang Kristen tetap boleh kaya asal jangan pelit kasih persembahan/ perpuluhan dan harus rajin memberikan donasi kepada orang miskin. Arti menjual seluruh harta dengan arti memberikan donasi kepada orang miskin mempunyai perbedaan tafsir yang sangat jauh berbeda.Mengapa saya katakan demikian? Karena orang kaya yang memberikan donasi memberi dari kelebihan/ kekayaannya.

Sedangkan arti menjual seluruh harta bukanlah sekedar berbagi kepada orang miskin atau sekedar berdonasi, tapi arti menjual seluruh harta adalah suatu bukti ketaatan kepada perintah Majikan Agung kita, Tuhan Yesus Kristus. Suatu tindakan nyata dan berani melepaskan status/pindah status dari kaya menjadi miskin, sehingga apa yang dikatakan dalam Filipi 2: 8 tentang arti MERENDAHKAN DIRI menjadi suatu kenyataan seperti apa yang sudah lebih dulu dicontohkan oleh Yesus. Kalau kita baca secara keseluruhan dari kitab surat kiriman Rasul Paulus pada jemaat di Filipi, maka saudara akan memahami lebih jelas lagi tentang arti MERENDAHKAN DIRI ini.

Di mana dari surat kirimannya itu Ia menyaksikan bagaimana proses perpindahan status yang dialaminya setelah Ia berjumpa dengan Yesus. Ia yang semula memiliki status tinggi/ kaya, Ia juga mengakui bagaimana Ia yang adalah seorang parisi/pemimpin agama yang berkuasa dan dihormati. Kini Ia telah ditangkap oleh Kristus untuk mnenjadi seorang pelayan yang paling hina. Mengapa Ia lakukan demikian, karena Ia sudah memiliki suatu patron/ blue print yang menjadi satu satunya teladan baginya, yaitu Ia ingin menjadi Serupa dengan Yesus. Kata Serupa dengan Yesus sempat diulangi beberapa kali dalam suratnya kepada jemaat di Filipi. Ia berkata Ia ingin serupa dengan Yesus, baik dalam penderitaan dan kematiannya. Karena Ia juga yakin bahwa penderitaan dan kematian yang dialaminya tetap tidak sebanding dengan kemuliaan yang jauh lebih besar yang Ia dapatkan bersama Kristus.

Rasul Yakubus juga menulis dalam Yakobus 1 : 9 – 11, juga meneguhkan arti sebenarnya dari kata MERENDAHKAN DIRI DENGAN MEMBAGI DALAM 2 STATUS KEADAAN HIDUP MANUSIA, YAITU KEADAAN RENDAH / MISKIN DAN KEADAAN KAYA ( KEADAAN TINGGI ). Dan melengkapinya dengan hasil akhir dari tiap tiap status, di mana dikatakan bermegahlah saudara yang kini berada dalam status keadaan yang rendah, karena di mata Allah merekalah yang akan ditinggikan dan dimuliakan seperti halnya dengan Kristus. Sedangkan keapada orang kaya pemilik status keadaan tinggi bersama dengan segala usaha bisnisnya akan dilenyapkan, ucapan ini senada dengan apa yang diucapkan Yesus dalam Khotbah di atas bukit yang mengatakan Berbahagialah Orang yang miskin karena merekalah pewaris Kerajaan Surga, tetapi celakalah hai orang orang kaya di dunia ini karena nanti mereka akan berduka.

Dari pemaparan ini kiranya saudara sudah dapat memahami apa makna sebenarnya dari kata MERENDAHKAN DIRI. Namun MENGETAHUI saja TANPA MELAKSANAKANNYA dengan benar juga MERUPAKAN SUATU KESIA SIAAN. Sebab itu berdoalah minta kekuatan dan ketabahan dari Tuhan, supaya kita sanggup menjalaninya bersama Tuhan. Saudaraku yang kekasih dalam Tuhan Yesus Kristus, saya selaku hamba Kristus saya menghimbau anda sekalian untuk bermawas diri dari setiap ajaran yang bermuncullan dewasa ini dengan tawaran tawaran yang begitu menarik diantaranya yang populer dewasa ini adalah ajaran tentang theology sukses, theology kelimpahan/ berkat, theology iptek dan bentuk ajaran ajaran lainnya yang mempertontonkan mujizat kesembuhan. Dan secara faktual orang orang Kristen zaman ini akan mencari ajaran ajaran seperti itu. Di tengah keadaan zaman seperti ini maka keberanian menentukan sikap yang berbeda merupakan tantangan yang tidak mudah bagi pengikut Kristus. Suatu hal yang tidak populer dan merupakan suatu kebodohan di pemandangan dunia ini. Berhala modern/tuhan modern zaman ini menawarkan gemerlapnya dunia ini dalam bentuk bentuk yang sangat dekat dengan hidup keseharian hidup kita. Pada masa lalu orang membayangkan berhala itu sebagai mahluk gaib yang jauh dari hidup kita, seperti jin, hantu yang seram, kini hal itu sudah tidak berlaku lagi. Tuhan Yesus sendiri sudah memperingatkan pengikutnya bahwa dizaman akhir ini Iblis akan menyamar seperti Malaikat Terang.

Siapakah yang gemar menggunakan bahasa malaikat/bahasa rohani? Bukankah mereka mereka yang mengangkat dirinya sebagai pemimpin agama dan pengikut pengikutnya? Sebab itu saya menyerukan agar anda selalu waspada!! Perlengkapilah hidup anda dengan pengetahuan tentang Kristus dengan benar. Dewasa ini para pemimpin agama beserta pengikutnya sibuk mempropagandakan program programnya agar dapat menyeret pengikut sebanyak mungkin, bukankah ini merupakan suatu tindakan meninggikan diri baik dari aspek popularitas maupun aspek materi? Dan kalau kita mau jujur inilah yang tengah terjadi di dunia ini. Dalam Injil Matius pasal 23 Tuhan Yesus dengan tegas mengecam kelakuan para pemimpin agama yang mengangkat diri mereka menjadi pemimpin dan berkeliling dunia untuk menjadikan orang menjadi penganut agama mereka. Dan kalau kita cermat mengkritisi keadaan zaman ini, bukankah fakta fakta ini yang sedang terjadi? Berhala apa saja yang dekat dengan hidup kita? 1. Keluarga 2. Uang/ Nafkah 3. Jabatan 4.Popularitas/pujian/prestasi. Iblis sangat cerdik dalam melakukan serangannya.

Sebab itu waktu Iblis berusaha mengalahkan Yesus, maka 4 berhala inilah yang digunakan Iblis menyerang Yesus. Dan saat ini Sang Malaikat Terang juga menggunakan senjata yang sama untuk menjatuhkan pengikut pengikut Yesus. Waspadalah!! Saudaraku yang kekasih, Upaya MENINGGIKAN DIRI pada zaman ini merupakan orientasi hidup manusia di dunia ini dalam segala aspek kehidupan, dimulai dari taman kanak kanak sampai pada perguruan tinggi dan seterusnya. Tatanan dunia ini diilhami oleh Iblis sendiri Sang Malaikat Terang Yang Ingin Menyamai Tuhan ( MENINGGIKAN DIRI ) Sebab itu jangan heran kalau kebanyakan orang lebih tertarik mengikutinya ketimbang mengikut Yesus yang tidak seaspirasi dengan dunia ini. Di tengah dunia yang tengah gencar mengejar aspek aspek SUKSES, KAYA, POPULER/PRESTASI PENUH PUJIAN, YESUS DATANG DENGAN AJARAN YANG DIBENCI DUNIA INI YAITU AJARAN YANG BERORIENTASI PADA UPAYA MERENDAHKAN DIRI/ MENGOSONGKAN DIRI/ MENJADI MISKIN. SUATU AJARAN GILA MENURUT DUNIA INI, TETAPI JUSTRU DISITULAH TERSEMBUNYINYA HARTA KARUN SURGAWI YANG DIWARISKAN KEPADA ORANG ORANG MISKIN TIDAK BERDAYA ORANG ORANG PILIHANNYA.

Mungkin anda akan bertanya apakah semua orang miskin PEWARIS SURGA? Dan Semua ORANG KAYA PEWARIS NERAKA? Jawabnya adalah tidak! Karena Rasul Pauluspun dulu Ia kaya akan materi dan juga kaya akan pengetahuan, tetapi ketika Ia berjumpa dengan Yesus, terjadilah PERTOBATAN LAHIR BARU MELENGKAPI PERTOBATAN AGAMA YANG SUDAH IA MILIKI SEBELUMNYA. Ia sadar bahwa pertobatan Agama yang sebelumnya ia miliki tidak berdampak apa apa terhadap keselamatan surgawi tanpa perjumpaan dengan Sang Juruselamat Surgawi Tuhan Yesus Kristus dengan pertobatan Lahir Barunya. Untuk menjalankan pertobatan lahir barunya Paulus meneladani apa yang menjadi orientasi hidup Kristus, yang Ia tuliskan dalam Filipi 2 ayat 8 tentang MERENDAHKAN DIRI SEBAGAI KONTRA DARI HIDUP LAMANYA YANG MENINGGIKAN DIRI. Yesus dan Paulus mendowngrade/menurunkan status hidupnya dari Kaya menjadi miskin, bukankah ini berbanding terbalik dan dianggap gila oleh dunia ini? Di mana manusia di dunia ini orientasinya naik dalam segala hal: Naik Jabatan, Naik Income, naik pujian, naik prestasi dll. Manusia mengupgrade diri/ Meninggikan diri, tetapi Yesus dan Paulus melakukan hal sebaliknya mendowngrade dirinya / turun pangkat dari Kaya menjadi miskin, dengan orientasi hidup MERENDAHKAN DIRI SEPERTI YANG DITELADANKAN OLEH MAJIKAN AGUNG/ GURU AGUNG KITA TUHAN YESUS KRISTUS. Dengan demikian tidak semua ORANG KAYA MASUK NERAKA, BILA MEREKA MELAKUKAN PERTOBATAN LAHIR BARU, merekapun bisa disertakan atau dihisapkan bersama orang orang pilihan Allah.

BEGITU PULA TIDAK SEMUA ORANG MISKIN MASUK SURGA! Bila alasan dasar PERTOBATANNYA SALAH, MAKA ORIENTASI HIDUPNYA JUGA AKAN BERBEDA DARI APA YANG SUDAH DICONTOHKAN OLEH YESUS. Jadi kategorie Miskin – Kaya di sini dibagi dalam 4 kategorie: 1. Ada ORANG KAYA BERORIENTASI KAYA/ MENINGGIKAN DIRI. 2. ORANG KAYA BERORIENTASI MISKIN/MERENDAHKAN DIRI VIA PERTOBATAN LAHIR BARU 3. ORANG MISKIN BERORIENTASI MISKIN 4. ORANG MISKIN BERORIENTASI KAYA. Dari uraian ini mudah mudahan anda berada di kategorie Orang kaya dan orang miskin yang berorientasi MERENDAHKAN DIRI/MISKIN, sehingga pada waktu kedatangan Kristus yang kedua, kita tidak terbuang di komunitas kambing tetapi kita terpilih di komunitas domba. Amin.

--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan beri komentar