Segar banget

Segar banget
bangett

Kamis, 01 September 2011

Tuhan baik bagi semua orang





Judul diatas saya kutip dari tema Persekutuan Gereja Indonesia tahun 2010. Tetapi justru ditahun ini, musibah bencana alam berkali-kali menerpa Indonesia, dan memakan banyak korban.

Mulai dari banjir bandang di Wasior Papua, tsunami di Mentawai, dan gunung Merapi yang meletus di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Karena itu masihkah kita bisa memaknai tema PGI bukan hanya sekedar retorika? Masih relevankah tema tersebut saat musibah bencana alam silih berganti melibas negeri kita? Masih baikkah Tuhan bagi mereka yang menjadi korban bencana alam, yang mengganas dan melibas apa saja tanpa pilah? Maka selain merasa prihatin, banyak orang bertanya-tanya. Mengapa bencana alam dengan rakusnya menerjang manusia dan harta benda, dan seolah Tuhan yang Maha Baik membiarkannya. Korban berjatuhan baik yang meninggal maupun yang terluka, dan banyak yang dilanda duka karena kehilangan orang-orang tercinta. Hal tersebut mengetuk orang lain yang masih punya nurani untuk ikut meringankan beban mereka yang terkena musibah. Di berbagai rumah ibadah, termasuk gereja, umatnya berdoa agar mereka yang sedang bergumul dengan pencobaan itu mendapat kekuatan dan pertolongan dari Tuhan Semesta Alam.

Banyak juga yang tidak peduli, karena berpikir, toh bukan saya atau keluarga saya yang mengalami. Kemudian sebagian orang mulai menghitung-hitung dosa apa yang menyebabkan Tuhan murka. Bahkan ada yang dengan getol mengirim SMS, dengan menghubungkan musibah dengan tanggal 26, yang entah kebetulan beberapa musibah memang terjadi tanggal 26. Lantas dalam SMS yang juga saya terima, dilanjutkan dengan tulisan, baca Hagai 2 : 7 (dalam Alkitab bahasa Inggris ayat 6). Karena saya tidak terlalu hapal dengan ayat tersebut , maka sayapun membacanya. “Sebab beginilah firman Tuhan semesta alam, sedikit waktu lagi maka Aku akan mengguncangkan langit dan bumi, laut dan darat.”

Ternyata SMS yang serupa memang di “forward “ ke mana-mana. Buktinya saya dan beberapa teman juga menerima beberapa kali SMS yang sama. Soal percaya atau tidak, bagi saya itu masalah kedua. Yang terpenting, kita memang setiap hari harus bertobat, melakukan pembaharuan hidup agar selalu berkenan dihadapanNya. Kita harus selalu ingat, manusia tidak lepas dari kelemahan, kekhilafan, dan dosa, baik itu dosa besar ataupun kecil.

Akhir-akhir ini, dunia serasa sedang dibakar dengan api kemarahan. Alam marah karena diperlakukan semena-mena. Hutan ditebasi tanpa hirau kehancuran lingkungan, manusia marah karena diperlakukan tidak adil, dan diperkosa hak-hak hidupnya. Adakah juga Tuhan marah karena manusia ciptaanNya yang paling agung ternyata “memberontak“ terhadap Firman dan ketetapanNya? Entahlah.

Tapi saya pikir kemarahan tidak menyelesaikan masalah. Kemarahan harus diredam, dikendalikan, karena tidak mungkin dilenyapkan. Seperti Musa yang marah, dan memukul batu agar air keluar dari dalamnya ketika diperjalanan menuju ke tanah perjanjian. Meskipun kemarahan Musa sebenarnya sangat manusiawi, karena bangsa Israel yang tegar tengkuk, mengomel dan menggerutu. Kemarahan sesaat itu, akibatnya luar biasa, Musa tidak diperkenankan masuk ke tanah Kanaan. Dia hanya diberi kesempatan Tuhan untuk melihatnya dari kejauhan. Sesungguhnya Tuhan tidak suka dengan kemarahan. Dia marah dan murka karena terpaksa. Sifatnya yang pengasih dan penyayang itu bukan hanya berwujud tiupan angin sepoi basa, atau ombak sipu-sipu, tapi juga bisa berwujud bencana alam yang diizinkan mengganas, dan melibas. Dibalik curahan hujan air mata, akan ada pelangi kasih yang indah dan menaunginya.

Teman saya yang aktor dan seniman panggung,mengatakan, “Ah itu kan cuma retorika, seperti ketika aku sedang bersandiwara dipentas atau sedang berakting di sinetron layar kaca “. Retorika atau tidak, tapi memang itu yang dikatakan Alkitab, yang kita percayai kebenarannya. Sang Maha Pengasih dan Penyayang itu juga mengatakan, “ Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli tetapi yang tanganNya menyembuhkan pula” (Ayub 5:18). Karena itu, marilah kita meredam marahnya alam, dengan memeliharanya. Meredam kemarahan manusia dengan melakukan keadilan baik kepada orang lain maupun kepada diri sendiri. Meredam kemarahan Tuhan, dengan tidak melakukan apa yang dibenciNya.

Terkadang kita memang tidak mengerti, bentuk kasih dan kebaikan yang seperti itu. Tapi bukankah Alkitab menulis, bahwa hikmatnya tidak terselami dan tersembunyi. “ Tetapi yang kami beritakan adalah hikmah Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita” (1 Kor. 2:7).
Jalan-Ku bukan jalanmu, pikiran-Ku bukan pikiranmu. Karena untuk hal yang seperti itu, Allah memang terkadang tidak ingin kita berpikir. Tetapi “percaya saja”. Percaya tentang apa? Saya kutipkan syair dari sebuah nyanyian di gereja, “Apapun yang terjadi didalam hidupku, ku ‘kan berkata Tuhan Yesus baik. Dalam segala hal yang terjadi ku tetap berkata Tuhan Yesus baik.” Semoga ini bukan sekedar lagu, tetapi kita hayati dan imani. Tidak mudah, bukan berarti tidak bisa. (Sri Rastiti).

--

Belajar dari Peter Sondakh: Menjadi Pemimpin yang Diberkati


Ini sharing sukses dari Peter Sondakh, pendiri Grup Rajawali yang sering disebut sebagai orang terkaya keenam di Indonesia.

Baru-baru ini, Peter Sondakh diundang berbicara dalam persekutuan para profesional “Glow Pro”, yang digelar rutin tiap awal bulan di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat. Ini momentum yang amat langka, mengingat jarang sekali pria asal Surabaya ini berbicara di depan publik untuk mengurai kunci di balik keberhasilannya berbisnis. Bahkan, Peter selama ini juga dikenal menutup diri dari wawancara media masa nasional. “Saya tak mau diekspose media, karena saya tak mau digosipkan, Selain itu, saya tak mau menjadi sombong jika ada pemberitaan yang terlalu menonjolkan diri saya,” itu alasannya.

Ia memberi judul presentasinya sebagai “Kingdom leadership with servant heart”, bagaimana hamba Tuhan sebagai pemimpin kerajaan harus memiliki jiwa sebagai seorang pelayan. Menurut Peter Sondakh, definisi seorang pemimpin adalah “orang biasa yang mempunyai kemampuan luar biasa dan perseverance untuk melakukan panggilan Tuhan dalam hidupnya.”

Secara khusus ia menggarisbawahi makna perseverance sebagai “tahan banting”. Menurutnya, orang yang tidak tahan banting tidak akan bisa jadi pemimpin. “Kalau tidak mau menerima kritik, ya lebih baik tidak jadi pemimpin, tapi jadi follower saja,” katanya.
Bagi Peter, kepemimpinan bukanlah sebuah pengetahuan, tetapi lebih merupakan skill yang diberikan Tuhan. Pernyataannya itu dilandasi dasar Firman Tuhan seperti Matius 6:33, Amsal 1:4 dan 1Raja-raja 3:9-14

Tidak membingungkan.
“Leader is logical and not confusing,” paparnya, dengan mengutip 2 Timotius 1:7. Menurutnya, pemimpin harus bersikap logik dan tidak membingungkan banyak orang. “Kunci utama menjadi pemimpin adalah takut akan Tuhan. Karena sekali ia membuat keputusan salah, selesailah semuanya,” kata Peter.
Seorang pemimpin juga harus memiliki kasih yang kuat. “Saya memiliki 30 ribu karyawan di kantor. Jujur, saya tidak kenal semua, tapi saya mengasihi mereka,” katanya. Ditegaskannya, penghargaan dari mereka yang dipimpin menjadi penting karena seseorang tidak akan menjadi pemimpin kalau tidak ada yang dipimpin. “Karena itu, a good leader should be a good follower too,” katanya. Seorang pemimpin yang baik seyogyanya juga merupakan pengikut yang baik. Dalam hal ini menjadi pengikut Kristus, sebagaimana ditegaskan Matius 10:42-45.

Dengan tegas Peter menyatakan, apa yang diraihnya merupakan pencapaian melalui pimpinan Tuhan. “Saya ini hanya lulusan SMA, lulusnya pun pas-pasan. Beberapa kali mencoba kuliah, gagal terus,” kata alumnus SMA St. Louis di kawasan Darmo, Surabaya ini. Dengan segala keterbatasannya, Peter mencapai kesuksesan di berbagai bisnisnya, dan juga merambah ke ranah intelektual. “Dengan segala kerendahan hati, tanpa bimbingan Tuhan tak mungkin saya saat ini bisa mengajar kebijakan public di Vietnam, China, dan Amerika,” kata Peter.

Pentingnya motivasi.
Peter menggarisbawahi, seorang pemimpin harus memiliki motivasi yang benar. Motivasi yang salah akan membawanya ke arah yang salah. “Sekarang semua tergantung apa motivasi kita. Mau melayani atau dilayani?” katanya. Pengusaha yang mendapat anugerah besar saat krisis moneter 1997 ini menegaskan, seorang pemimpin yang baik harus memberi motivasi melalui pelayanan kepada orang lain. “Bukan malah mencari kekuasaan dengan jabatannya,” kata Peter.

Lima sikap yang harus dimiliki pemimpin yang baik diringkasnya dalam istilah CCLDD: Considerate, Caring, Listening, Direction, Disiplin
Considering: seorang pemimpin harus memiliki sikap tenggang rasa, jujur, dan pengertian.
Caring: seorang pemimpin harus bertanggungjawab atas beban pekerjaannya, serta tanggungjawab kepada keluarga, teman, dan juga domba-dombanya. Menurut Peter, caring menuntut sebuah aksi, bukan perasaan semata.
Listening: seorang pemimpin harus banyak mendengar, dan tidak boleh asal berasumsi. “Ingat, asumsi adalah ibu dari semua kebingungan,” kata Peter.
Direction: seorang pemimpin harus memberikan arahan yang jelas dan menginspirasi anak buahnya untuk meraih pencapaian yang diharapkan
Discipline: seorang pemimpin harus memberi contoh kedisiplinan dan hidupnya memiliki akuntabilitas tinggi, sehingga hidupnya menjadi teladan yang baik bagi anak buahnya.

Bagaimana seorang pemimpin yang baik mendapatkan kebijaksanaan dan pengertian dalam menjalankan tugasnya. “Dia harus disiplin dan konsisten dalam menyediakan waktu dengan Tuhan sebagai prioritas hidupnya,” tegas Peter. Selain itu, seorang pemimpin harus konsekwen dengan apa yang dikatakannya. “Walk the talk. Jangan membangun kepempinan berdasarkan kebohongan,” ungkap Peter. Ia memaparkan, semua hal yang dibangun berdasarkan kebohongan tidak akan bertahan. “Pengusaha yang membohongi bank, misalnya. Tak lama dia akan masuk pemeriksaan KPK,” katanya.

Membangun penerus.
Seorang pemimpin baru dibilang berhasil jika bisa menjadi mentor atas seorang penerus yang hasilnya lebih baik dari dirinya sendiri. “Untuk itu memang diperlukan penyangkalan diri. Butuh kerendahhatian tersendiri untuk mentransfer ilmu kita kepada orang lain,” tuturnya.
Peter Sondakh mengaku, kesuksesannya tak lepas dari prinsip “God’s economy” yang dianutnya. Dengan memiliki motivasi untuk mengutamakan Tuhan, dirinya dapat memiliki visi yang jelas untuk melihat “surga di dunia”.

Ia bercerita, krisis ekonomi pada 1997 sebenarnya bisa dipahami sejak setahun sebelumnya. “Dengan akal sehat dan memperhatikan indikator-indikator ekonomi saat itu, saya bisa tahu terjadi sesuatu yang tidak wajar dalam dunia bisnis,” kenangnya. Maka, pada Maret 1997, ia memerintahkan perusahaannya melunasi semua hutang dalam bentuk mata uang asing. Empat bulan kemudian, terjadi devaluasi, nilai rupiah jatuh dan dollar meroket begitu tinggi.

Sebagai kesimpulan, Peter Sondakh membeberkan perbedaan antara pemimpin duniawi dan pemimpin yang takut akan Tuhan. Pemimpin yang berkembang secara alamiah memiliki kepercayaan diri, mencari pikiran manusia, dan membuat keputusan berdasarkan pertimbangannya sendiri. “Sementara pemimpin yang takut akan Tuhan percaya kepada Tuhan, mencari pikiran Tuhan, dan membuat keputusan berdasarkan pimpinan Tuhan,” katanya.
(Jojo Raharjo)

--

John Sung - Sang Tokoh Kristen


Nama, John Sung cukup dikenal dalam kalangan gereja-gereja di Jawa, terutama di kalangan gereja-gereja Tionghoa. Perjalanan pelayanananya di Pulau Jawa membawa berkat yang besar terutama bagi gereja-gereja Tionghoa.

John Sung adalah seorang pekabar Injil Tiongkok pada abad ke-20, yang mengadakan serangkaian kebangunan rohani di Asia. Dapat dikatakan ia adalah seorang pekabar Injil Asia untuk Asia. Itulah sebabnya ia diberi gelar Obor Allah di Asia.

John Sung dilahirkan di desa Hong Chek, Provinsi Fukien, Tiongkok pada 27 September 1901. Nama yang diberikan oleh orang tuanya adalah Ju Un, yang artinya kasih karunia Allah. Ayahnya adalah seorang pendeta Gereja Methodist di desa Hong Chek, tetapi pada tahun 1907 pindah ke Hinghwa sebagai guru pada sebuah Sekolah Alkitab Methodis disana.

John Sung mengalami pertobatan pada tahun 1913 dalam sebuah kebangunan rohani di Honghwa. Sejak itu John Sung mulai berkotbah sehingga ia juga dikenal dengan julukan Pengkotbah Cilik. Di Hinghwa, John Sung bersekolah pada sebuah sekolah milik Gereja Methodist. Di sekolah ia tergolong anak yang pandai dan menjadi pemimpin redaksi untuk majalah sekolahnya.

Setelah selesai pendidikan menengahnya di Hinghwa, John Sung ingin melanjutkan pendidikannya pada perguruan tingggi, namun ayahnya tak mampu menyekolahkannya. Beruntunglah ia karena Gereja Methodist bersedia memberikan bea siswa kepadanya untuk belajar di Amerika Serikat. Ia belajar pada Fakultas Ilmu Pasti dan Kimia, Universitas Wesley. Pada tahun 1923 ia berhasil menyelesaikan pendidikan sarjananya. John tidak mau kembali ke Tiongkok sebelum ia menjadi dokter. Di Amerika ia terpaksa bekerja mencari uang tambahan, karena bea siswa yang diterimanya sangat terbatas. Karena ia bekerja keras mencari uang tambahan sambil kuliah, maka John menderita sakit beberapa bulan dan dirawat di rumah sakit. Namun, John Sung berhasil juga memperoleh gelar dokternya.

Kemudian John Sung mendapat tawaran pekerjaan dari mana-mana. Hatinya sekarang bimbang : apakah ia akan bekerja pada pemerintah Tiongkok ataukah melepaskannya dan menjadi penginjil. Ia berdoa agar Tuhan menunjukkan jalan. Tanggal 10 Pebruari 1926 ia memutuskan untuk menjadi penginjil dan menyerahkan seluruh waktunya bagi pekerjaan Tuhan.

Tanggal 4 Oktober 1926 John Sung kembali ke Tiongkok. Sewaktu kapal hendak merapat di dermaga pelabuhan Shanghai, John Sung membuang ijazah sarjananya serta tanda-tanda penghargaan yang diperolehnya di Amerika Serikat ke laut, kecuali ijazah dokternya untuk diperlihatkan kepada ayahnya. Ia menganggap bahwa ijazah dan tanda penghargaan yang diperolehnya itu dapat menjadi penggoda baginya untuk meninggalkan pekerjaan sebagai penginjil..

Pada tahun 1927 John Sung mulai mengadakan pelayanan kebangunan rohani di Hinghwa. Perubahan haluan John Sung sangat mengagetkan ayah dan ibunya. Tawaran pekerjaan dari pemerintah Tiongkok ditolaknya. Ia mengadakan perjalanan penginjilan di seluruh Tiongkok (Hingwa 1927-1930; Foocow - Shanghai 1930; Nanchang, Tiongkok Utara, Mancuria 1931; Tiongkok Selatan 1932; dan Tiongkok Utara lagi 1933-1934).

John Sung juga mendapat karunia penyembuhan lewat doanya. Ia mendoakan orang sakit dengan berlutut sambil menjamah dahi orang sakit itu dan mengolesnya dengan minyak. Ia mengutip beberapa ayat Alkitab atau berkata , “DenganNamaYesus.” John Sung sadar bahwa cara penyembuhan seperti ini berbahaya, yaitu orang sakit itu akan memandang dirinya sebagai seorang dukun. Namun ia selalu menegaskan bahwa tidak setiap doa penyembuhan berhasil karena penyembuhan itu ditentukan oleh Allah saja. Memang banyak orang memperoleh kesembuhan lewat kuasa doa John Sung.

Tahun 1935 John Sung mulai mengadakan perjalanan penginjilan keluar negeri. Pertama-tama perjalanannya ditujukan ke Filipina dan Singapura, kemudian kembali ke Tiongkok lagi. Di Tiongkok sekali lagi ia mengadakan perjalanan keliling dengan hasil yang memuaskan. Tahun 1938-1939 ia mengadakan penginjilan ke Muangthai dan Serawak.

Pada tahun 1939 John Sung mengadakan perjalanan penginjilannya ke Indonesia atas undangan jemaat-jemaat di Surabaya. Kesempatan ini dipergunakannya untuk memberitakan Injil di beberapa kota besar di Indonesia. Dari Surabaya ia menuju ke Madiun, Solo, Jakarta, Bogor, Cirebon, Semarang, Magelang, Purworejo, Yogyakarta, kembali ke Solo, dan berakhir di Surabaya. Penginjilannya itu dikunjungi oleh ribuan orang. Ia menganggap bahwa pekerjaannya di Indonesia belum selesai. Ia mengadakan penginjilan juga ke Makasar dan Ambon, kemudian kembali ke Tiongkok. John Sung berada di Indonesia selama tiga bulan. Pekerjaannya sangat melelahkan, bahkan ia merasa sakitnya mulai kambuh. Setelah tiba di Tiongkok, sakitnya menjadi lebih parah dan John Sung meninggal pada tanggal 18 Agustus 1943.

Peranan John Sung bagi jemaat-jemaat Tionghoa di Pulau Jawa sangat besar. Paling tidak John Sung berhasil dalam dua hal, yaitu membangunkan semangat kegerejaan orang-orang Tionghoa yang telah menjadi Kristen dan menarik banyak perhatian orang Tionghoa yang belum Kristen sehingga mereka mau menjadi Kristen. Di Ambon berhasil dibangun sebuah jemaat Tionghoa, hasil pekerjaan John Sung, yang kemudian diberi nama Gereja Kristen Tionghoa (Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee).

John Sung tidak memiliki suatu pandangan teologia sendiri seperti Jonathan Edwards, tokoh kebangunan rohani Amerika. Ia adalah seorang yang tidak pernah belajar teologia secara formal. Ia adalah seorang awam.

John Sung adalah seorang pengkhotbah yang menarik dan bersemangat. Terkadang ia turun dari mimbar dan berdiri di tengah-tengah hadirin sambil menunjuk dengan jarinya kemuka seorang pendengarnya sewaktu berkhotbah. Khotbahnya menusuk perasaan pendengarnya sehingga secara spontan mereka mengakui dosanya dan menerima Kristus. Banyak orang yang bertobat lewat penginjilannya. Tampaknya John Sung meniru cara berkhotbah tokoh-tokoh kebangunan rohani di Amerika yang dilihatnya sewaktu ia belajar di Amerika.

Dimana-mana John Sung membentuk kelompok pekabar Injil yang diutusnya untuk memberitakan Injil. Disini jelas sekali bahwa John Sung dipengaruhi oleh cara-cara yang dipergunakan Wesley Bersaudara. (Tokoh-tokoh dalam sejarah gereja)

--

Bagaimana Menjadi Patriot Kristen?


Teks lagu : “Tujuh belas Agustus tahun empat lima, itulah hari kemerdekaan kita, hari merdeka nusa dan bangsa, hari lahirnya bangsa Indonesia, merdeka ….” dst. Lagu ini selalu terngiang di telinga saya setiap memasuki bulan Agustus ! Indonesia merdeka karena pengorbanan dan semangat juang para patriot melepaskan diri dari penjajahan.

Salah satu agama yang dianut bangsa Indonesia adalah agama Kristen. Agama Kristen adalah agama kasih. Umat Kristen hendaknya memiliki dua arah kasih, yaitu mengasihi Allah dengan segenap hati dan mengasihi sesama seperti diri sendiri (Mat.22 : 37-39). Berdasarkan ajaran Alkitab, umat Kristen memiliki dwi kewarganegaraan, pertama : menjadi Warga Negara Sorga (WNS), sesuai dengan kitab Filipi 3:20; dan kedua : menjadi Warga Negara Dunia (bagi bangsa Indonesia : WNI). Karenanya umat Kristen selain wajib mengasihi dan mentaati Kerajaan Sorga, tentunya juga wajib mengasihi dan mentaati Negara kita sendiri, Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Marilah kita menyimak firman Tuhan untuk mengerti bagaimana mengasihi dan mentaati Negara kita dan bagaimana menjadi patriot Kristen yang mengasihi dan mentaati Kerajaan Sorga :

HENDAKLAH BERTAAT PADA PEMERINTAH
Mengapa? Karena kekuasaan pemerintah berasal dari Allah, “sebab tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari Allah” (Roma 13:1).

Menurut firman Tuhan bahwa Pemerintah adalah Hamba Allah. “Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.” (Roma 13:4). Tujuannya jelas : untuk melayani Allah dan rakyatnya seperti seorang hamba yang rendah hati !

Pemerintah adalah Pelayan-pelayan Allah. “Itulah juga sebabnya maka kamu membayar pajak. Karena mereka yang mengurus hal itu adalah pelayan-pelayan Allah.” (Roma 13:6) Dalam bahasa aslinya berarti utusan-utusan Allah untuk tugas panggilan tertentu.

Berdasarkan kedua ayat tersebut, jelas-jelas pemerintah itu dibawah kekuasaan Allah, jadi dalam menjalankan tugasnya pemerintah wajib takut pada Allah dan melayani rakyat dengan adil dan kasih. Andaikata tidak demikian, mungkin Allah akan “menarik kembali” kekuasaan yang dikaruniakan kepadanya!

Maka, bagi umat Kristen seharusnya taat terhadap pemerintah yang takut pada Tuhan dan yang menjalankan tugas pemeritahan dengan benar, adil dan kasih.

Bagaimana “ketaatan” itu diwujudkan? Ketaatan diwujudkan antara lain dengan :
Tidak melawan pemerintah. “Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya.” (Roma 13:2).
Tidak berbuat jahat. “Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat.” (Roma 13:4)
Takut pada yang harus ditakuti. “Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat.” (Roma13:7)
Hormat pada yang harus dihormati. “Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat.” (Roma 13:7).
HENDAKLAH BERDOA BAGI PEMERINTAH
Dalam 1 Tim. 2:1-2 berkata : “Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan.”

Kita diminta untuk menaikkan : Permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk raja-raja dan pembesar (pemerintah). Permohonan : Agar pemerintah berhati takut pada Allah dan memerintah dengan adil dan kasih. Doa syafaat : Bagi Presiden, wakil Presiden dan seluruh Menteri, anggota DPR dan aparat Negara pada umumnya. Bagi Anggota pemerintah, anggota DPR dan Aparat Negara yang Kristen, agar dengan sikap imannya berjuang bagi negara dan bangsa. Ucapan syukur : atas terpilihnya, pemerintah agar mereka menghargai dan menghormati jabatan yang diperolehnya.

HENDAKLAH BERDOA BAGI RAKYAT INDONESIA
“Naikkanlah permohonan doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang” (1Tim. 2:1). Ini berarti kita diwajibkan mendoakan seluruh rakyat Indonesia : Bagi hampir ¼ milyard rakyat Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke; yang terdiri dari pelbagai suku, baik di kota maupun desa, bahkan pedalaman; baik minoritas maupun mayoritas, mohon Tuhan mewujudkan Bhineka Tunggal Ika berdasarkan paham Pancasila dan UUD 45.

Berdoa bagi semua pimpinan agama dan umat beragama agar hidup rukun, bertolerensi, saling menghargai dan menghormati. Mohon Tuhan meredakan bencana-bencana alam yang kerap menimpa rakyat Indonesia; dan membuat rakyat Indonesia “bertobat” atas “peringatan” dan “hukuman” yang Tuhan sampaikan melalui bencana-bencana tersebut!

HENDAKLAH MEMPERDULIKAN, MENCINTAI SAUDARA DAN BANGSA KITA
Paulus, dalam rangka memikirkan dan memedulikan serta mencintai saudaranya dan kaum sebangsanya, ia bahkan berkata : “Aku mau terkutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku kaum sebangsaku secara jasmani” (Roma 9:2-3).

Paulus begitu prihatin terhadap bangsanya! Keprihatinan kita baru sebatas “sangat berduka cita dan selalu bersedih hati” (Roma 9:2). Hal ini berarti kitapun terbeban akan tanggung jawab yang tinggi terhadap situasi, kondisi dan masa depan bangsa dan Negara kita.

Kesimpulannya, selaku umat Kristen kita wajib taat pada pemerintah yang benar, mendoakan pemerintah, mendoakan seluruh rakyat, dan juga berbuat sesuatu dalam rangka memedulikan dan mencintai saudara-saudara kita sebangsa dan setanah air.

Semoga, lewat wadah YAMARI yang bergerak dalam 7 bidang pelayanan yang Tuhan dirikan dan sampai hari ini tetap Tuhan pegang dan jamah, akan tetap berperan serta secara aktif bersama para mitra, gereja, yayasan maupun pribadi. Bersama-sama kita wujudkan kepatriotisan kita terhadap Negara Republik Indonesia tercinta yang kini sudah berusia 66 tahun. Heleluya! Amin!

--

Ketika Iman & Ketaatan Bergandeng Mesra


Pembacaan : Kejadian 22 :1-19

Hampir semua orang Kristen tahu, kisah Abraham, bapa orang percaya itu. Kisah antara ketaatan berpadu dengan iman dari kedua orang tokoh Alkitab, Abraham dan Ishak anaknya. Iman dan ketaatan mereka menghasilkan penyerahan tota, dan dampaknya adalah berkat Allah kepada bapak dan anak.

Bagaimana mungkin seorang bapak mau mengorbankan anak tunggalnya, untuk dibantai di mezbah bakaran. Alkitab tidak menulis Abraham marah, complain atau bersungut-sungut. Dia terlalu percaya, Allah tidak akan pernah membuat orang yang dikasihinya itu menderita untuk sebuah kekalahan. Kalau penderitaan diizinkan Allah, pasti berbuntut kemenangan. Buktinya meski perintah Allah kepadanya untuk mengorbankan anaknya Ishak, dia dengan yakin mengatakan kepada bujangnya ketika mereka berdua mendaki gunung Moria, “Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini aku beserta anak ini akan pergi ke sana, kami akan sembahyang, sesudah itu kami akan kembali kepadamu” (Kej. 22:5). Iman dan ketaatan bergandengan mesra dalam kisah ini. Ucapan yang penuh iman itu sesuai yang dikatakan Yesus dalam Alkitab, “Jadilah seperti imanmu.“

Iman dan ketaatan Abraham ternyata ditransfer kepada anak tunggalnya, Ishak. Meskipun Ishak sempat bertanya, “dimanakah domba yang akan dikorbankan ayahnya”, tetapi dia tak membantah, saat dirinya diikat untuk dibunuh. Dalam benak saya, iman Ishak juga membuat kita terbengong-bengong. Seorang anak muda, tahu dirinya diikat dan mau dibantai, kok dia tidak berontak, tidak ketakutan, tidak komplain. Kenapa? Karena dia percaya, ayahnya sangat mengasihi dia, tidak mungkin akan membunuhnya. Begitulah, Abraham percaya sepenuhnya kepada Allah, dan Ishak juga percaya sepenuhnya kepada ayahnya.

Lantas upah dari karya iman mereka adalah “Allah yang akan menyediakan“, Jehova Jireh. Perkataan iman yang kedua adalah, ketika Abraham mengatakan kepada anaknya , “Allah akan menyediakan domba korban,” itupun terjadi. Saya tidak tahu apakah rencana Allah memang akan menyediakan domba korban pengganti Ishak, atau rencana lain. Tetapi yang jelas Allah melakukannya karena menghargai perkataan iman Abraham, “Jadilah seperti imanmu.”

Itu kan Abraham, mana bisa kita melakukannya? Iman itu tumbuh dari pendengaran oleh firman Allah (Roma 10:17). Tidak berhenti sampai di sini. Tapi sejauh mana ketaatan kita kepada apa yang kita dengar, yaitu firman Allah. Mendengar firman Allah terkadang membakar iman yang nyaris padam, kembali menyala-nyala. Tapi ketaatan, itu “barang mewah” yang sangat berharga di mata Tuhan. Tidak ada yang lebih dari itu. Yesus taat sampai mati. Bagaimana dengan kita?

Pertanyaan itu seharusnya juga sering muncul dalam kehidupan kita. Ketika Tuhan berkata “Terlebih berkat memberi dari pada menerima“ (Kis. 20:35), ternyata orang lebih suka menerima dari pada memberi. Betapa banyaknya orang Kristen yang dalam mulutnya berbuih mendendangkan kasih, tapi dalam kehidupan sehari-hari justru menghakimi, pelit, korup, dan manipulasi. Padahal firman sudah didengar, tapi ketaatan pada firman hanya sebatas kata. Anda mungkin bertanya, bagaimana halnya dengan iman dan ketaatan penulis sendiri. “nggak munafik, saya juga sedang belajar, dan sering gagal, hehe…

--

Doa Menemukan Pasangan

Dari : Sdri. M di Jakarta.

Pertanyaan :
Saya seorang mahasiswi. Saya punya pertanyaan mengenai masalah cinta. Agustus tahun lalu saya dikenalkan dengan seorang senior yang ingin berkenalan dengan saya, dia seorang Kristen. Kami sama-sama belum pernah berpacaran. Namun, saat dikenalkan saya sedang dalam keadaan suka pada orang lain. Akan tetapi, sesudah bertemu dengan senior saya itu lama kelamaan saya terus teringat dengan dia, dan menjadi suka padanya. Masalahnya adalah kami tidak pernah bertemu lagi, dia bahkan tidak meminta nomor telepon saya, sehingga kita sudah lose contact. Kalau membaca renungan yang saya dapat adalah saya harus berdoa kepada Tuhan meminta pencerahan dan pertolongan. Tapi sampai sekarang saya tidak mendapat jawabannya. Kemudian, jika menurut ajaran Kristen yang harus kita lakukan adalah berserah, tapi saya sendiri tidak bisa menyukai orang lain selain senior saya ini. Ajaran kristen lainnya adalah, berdoa meminta pada Tuhan karena Tuhan berkata : "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.“ Apakah boleh saya berdoa meminta didekatkan dengan senior saya itu? Dalam hal ini saya tidak mau berpasrah dengan pria yang lain. Saya harus berdoa seperti apa? Karena saya benar-benar hanya ingin bersama senior saya itu. Terima kasih.

Jawaban :
Sdri. M di Jakarta.
Harapan dan doa saya, Anda dalam keadaan sehat-sehat saja. Sehubungan dengan masalah Anda, saya ingin memberikan tanggapan dan saran, kiranya dapat bermanfaat.
Masalah teman hidup adalah sebuah kebutuhan yang sangat manusiawi, karena memang Tuhan menciptakan manusia untuk berpasangan, pria dan wanita. Ternyata, untuk mendapatkan teman hidup yang sepadan (jodoh), dan seiman, tidak mudah. Perlu perjuangan dan iman.
Anda beruntung, mempunyai banyak teman. Ternyata, yang merebut hati anda adalah seorang pria, senior anda. Walaupun baru bertemu sekali, langsung jatuh hati, dan anda tidak bisa melupakannya lagi. Anda tidak salah. Ternyata hubungan tidak lancar karena sudah lose contact.
Boleh saja anda berdoa dengan penuh keyakinan berdasarkan firman Tuhan yang berkata : “Mintalah, kamu akan diberi; ketuklah pintu, maka pintu akan dibukakan bagimu.” Itu membutuhkan perjuangan dan iman yang teguh. Tidak semudah membalik telapak tangan.
Saran saya, hiduplah dengan realita. Usia terus berjalan, kalau anda tetap menunggu “tambatan hati” yang belum tentu datang, mengapa harus membuang waktu sia-sia dengan menutup diri terhadap kehadiran orang lain. Anda sendiri perlu membuat target sampai tahun ini, misalnya, kalau tidak bertemu lagi dengan senior anda, itu berarti bukan kehendak Tuhan.
Saya ingin memberikan ayat firman Tuhan untuk Anda direnungkan, yaitu : “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.” (Ams.3:5-6).
Demikian tanggapan dansaran saya.

Teriring salam dalam kasih-Nya.

--

Gelisah dengan suara-suara di dalam hati

Dari : Sdr. Y - Jakarta
Sudah satu tahun lebih saya mendengar suara-suara di dalam hati dan telinga saya, yaitu suara laki dan perempuan yang meminta saya pulang karena sakit. Ada kejadian aneh, ketika saya naik ke lantai dua di rumah saya, saya mendengar suara yang mengatakan “saya hidup,” dan pada saat saya turun tangga, suara di hati “saya mati.” Apa yang saya lihat, saya ucapkan, ternyata diucapkan juga oleh orang lain baik itu melalui radio, dan orang yang saya ajak bicara terkadang juga mengatakan demikian.
Hal ini benar-benar secara sadar saya mengalami. Suara hati saya mengatakan “perhitungkan usiamu” dan setelah saya pertimbangkan apakah hal ini dimaksudkan untuk menata kehidupan saya untuk menikah atau bagaimana? Hal ini memang aneh. Hal inilah yang menyebabkan saya menjadi gelisah dalam menjalani setiap langkah kehidupan saya. Bahkan untuk mencapai keberhasilan, baik itu dalam pekerjaan maupun rencana untuk mencari seorang pasangan hidup, seolah-olah terhalangi oleh suara yang ada di hati saya. Waktu 1 tahun lalu suara hati atau suara di telinga saya mengatakan itu suara Tuhan. Hal ini saya tidak percaya. Karena Tuhan kan memberikan kedamaian pada setiap manusia bukan kegelisahan. Mohon bantuannya. Terima kasih.

Jawaban

Sehubungan dengan masalah yang anda alami, saya ingin memberikan tanggapan dan saran, kiranya dapat bermanfaat bagi anda.

Suara hati diciptakan oleh Tuhan untuk setiap manusia, dan suara hati itu adalah bagian penting dalam hidup manusia, itu merupakan sebuah alarm untuk memberikan peringatan dini agar lebih berhati-hati dalam menjalani kehidupan ini. Karena itu dibutuhkan suatu kepekaan untuk mendengar dengan baik dan benar.

Untuk menguji kebenaran suara itu, tergantung dari sejauh mana pengenalan anda kepada Tuhan yang anda sembah. Dalam Alkitab ada tertulis : ”Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.” (Maz.90:12)
Ayat tersebut, mengajarkan kepada kita untuk selalu instropeksi diri, sejauh mana penggunaan waktu selama kita hidup di bumi ini. Waktu yang diberikan kepada setiap orang sama, 24 jam sehari atau 168 jam seminggu. Karena itu janganlah banyak waktu anda yang terbuang dengan sia-sia, tapi gunakan waktu anda dengan baik dan bijaksana, yaitu melakukan hal-hal yang berguna dan penting, bagi hidup anda, bagi orang tua anda, dan juga bagi lingkungan anda.

Jangan terpancing dengan suara-suara yang membuat anda kehilangan damai sejahtara sehingga anda menjadi gelisah. Percaya dan percayakanlah hidup anda kepada Tuhan Yesus lebih sungguh-sungguh lagi. Perbanyak waktu untuk bersekutu dengan Tuhan melalui doa, pujian dan firman Tuhan.

Apa yang saya sampaikan kepada anda ini lebih bersifat rohani, karena itu saya menyarankan anda untuk bertemu dan berkonsultasi juga dengan psikiater, karena mereka ahli dalam bidangnya, tentunya akan sangat membantu mengatasi masalah anda.

Demikian tanggapan dan saran dari saya

--

Dari Kecil Terlibat Masturbasi

Kesaksian oleh : Sdri. fergie givency

Dari kecil mama saya sudah menyuruh saya untuk masuk ke gereja dan saya ya ikut saja soalnyakan memang di suruh orang tua dan masih ndak ngerti apa-apa. Ga tau darimana asalnya saya itu senang sekali bisa dibilang 'sex' padahal waktu itu saya masih sangat kecil dan sebenarnya ndak tahu artinya itu apa yang aku tau cuman ada 2 orang berpasangan sedang melakukan hubungan itu.

Ketika itu ndak tahu kenapa sepertinya saya itu juga mau banget kayak gitu. Sering sekali saya melakukan masturbasi untuk bisa seperti itu. Waktu kecil itu saya juga sampai pernah mengajak adik saya untuk seperti melakukan hubungan sex tapi karna saya memang masih ga mengerti itu apa jadi cuman kayak berduaan ciuman begitu. Masturbasi itu tetap menempel pada saya sampai saya kelas 6 kalau tidak salah dari kelas 3 ato berapa gitu.

Ketika saya kelas 6 itu tentu saya semakin mengerti apa arti dari itu smua yang saya sudah lakukan sampai-sampai saya masuk ke dunia pornografi. Mama saya membelikan saya laptop supaya saya bisa mengerjakan tugas-tugas sekolah saya tetapi laptop itu malah saya pergunakan untung membuka yang aneh-aneh. Kadang kalau saya lagi nganggur gitu saya bisa cari-cari bintang porno dll.

Rasanya memang nikmat ya tapi sejak saya putus dengan mantan saya dengan alasan yang bisa dibilang tidak tepat itu saya merasa hidup ini sudah ga ada gunanya. Saya sudah merasa sangat putus asa, kecewa, sedih, smuanya campur jadi satu. Ga niat makan, smuanya terasa hambar dan saya ga tau harus kemana lagi pada saat itu. Ketika itu juga ga tau kenapa rasanya itu saya ingin sekali untuk berdoa ke Tuhan.

Akhirnya saya berdoa ke Tuhan, saya merasa lebih tenang dan lebih tentram dari sebelumnya tetapi walopun saya sudah berdoa saya masih saja tidak melupakan mantan saya itu dalam jangka waktu 3 bulan. Masih terbayang-bayang di pikiran saya, setiap hari saya berdoa kepada Tuhan minta pertolongan ke Tuhan supaya saya bisa terus berjalan menurut jalan-Nya dan tidak tersesat. Berjalannya waktu, saya menjadi lebih dekat lagi dengan Tuhan Yesus dan inilah saya sekarang. Saya sudah di baptis dalam nama Tuhan Yesus dan sudah menjadi pelayan Tuhan.

Tanpa tangan Tuhan yang menolong dan membangkitkanku dari segala jeratan iblis saya tidak mungkin ada sampai sekarang ini.

TETAP SETIA SAMA TUHAN YESUS SAMPAI ENGKAU MATI KARENA TINGGAL DI DALAMNYA ENGKAU AKAN MENGERTI ARTI DAN TUJUAN HIDUP SEBENARNYA. Amin.

--

Sebuah Petualangan Iman Hingga Menemui Mujizat Tuhan

Berdasarkan Kisah Nyata ( True/Live Story)

Nama saya: Pdt. Wilco Salam Karijodiwirijo,MDiv. ( lulusan Master of Divinity) dari STT “I-3”, Mei tahun 1994, Batu-Malang, Indonesia. Saya kelahiran tanggal 10 November 1963, di Plantage Zoelen, Distrikt Commewijne, Republik Suriname. Isteri saya bernama Pdt. Nonkaryaning Cipto Asri Karijodiwirijo-Sucipto,STh., kelahiran tanggal 21 Februari 1965. Grace Emawati Karijodiwirijo, putri kami kelahiran Jakarta, tanggal 2 October 1997.
Sekembalinya kami sampai di Tanah Republik Suriname pada tanggal 20 Maret 2001, kami melayani dengan GKJ Moravian Suriname, hingga sekarang ! TUHAN mempersentajai kami dengan kehidupan iman yang kukuh, khususnya isteri saya yang cepat beradaptasi dengan lingkungan baru, kendatipun tidak lepas dari pergumulan banyak, bahkan sakit-penyakitpun tidak terlepas dari kehidupannya! Di situlah awal perjalanan, bagaimana tersebut memasuki lembah yang terdalam dan pekat, tapi TANGAN TUHAN TIDAK MELAPASKAN KAMI! Setelah dinyatakan penyakitnya yang sungguh amat mengkhawatirkan jiwa dan nyawanya tersebut, kami tidak tinggal diam ( SEMENTARA SAYA KISAHKAN MELALUI PETIKAN KOMPUTER INI, KAMI DISERTAI DENGAN ALIRAN TANGISAN AIR MATA!). Rabu, Tanggal 29 April 2009, pukul : 10:00 am kami terbengong mendengarkan ucapan si dokter, ahli oncologi, bahwa isteri saya sudah stadium tak hampir saja tertolong. HARUS AMPUTASI bagian payu dara kanan, atau,….. ( Bapak/Ibu bisa mengisinya sendiri!!!). Kami tidak ragu-ragu mengatakan: “ DEMI HIDUPNYA isteriku, silahkan Bapak Dokter lakukan yang terbaik, dalam naungan pertolongan TUHAN! TUHAN memberikanku kekuatan yang luar biasa, sehingga masih mampu mengendarai mobil pulang. Semua teman atau rekan sepelayanan,… bahkan Ketua Sinode,… kami tilpon untuk menelepon seluruh rekan seperjuangan mengenai berita ini untuk masuk dalam perjuangan doa buat tindakan operasi ini. Apalagi putri kami Grace harus dikasihtahu berita yang tak begitu menggembirakan itu, sebab Grace ( putri kami) sedang persiapan ujian Negara kelas SD 6. Dengan berat hati dan aliran air mata, kami sampaikanberita itu kepadanya. Grace pun berdiam sejenak,… lalu kami semua menangis. Sore hari itu juga pukul 17:00 pm. , kami larikan isteri saya ke Rumah Sakit Diakonessen ziekenhuis,… tinggal tunggu detik-detik opname dan perjalanannya. Semua urusannya berjalan dengan lancer. Sampai pukul 20:00 pm saya dan putri saya mendampingi isteri saya. Keesokan harinya, - Hari Kamis, tanggal 30 April 2009 -, tibalah FINAL COUNTDOWN buat isteri saya masuk OK ( Operasi kamar). Semua hal menyangkut tindakan penyelamatan lewat jalan/jalur medis telah SIAP! Kami semua berkusuk di dalam perjuangan doa. Isteri saya pagi-pagi benar masuk ruang anasthesi, lalu pada pukul 10:00 am mulailah pengerjaannya. Saya berkali-kali check dengan zuster utama, bagaimana keadaan atau kondisi dan situasi isteri saya hingga jam operasi ke-empatpun belum keluar ruang OK. Baru setelah enam jam operasi yang berat itu, bisa keluar dar ruang operasi, dan pemulihan diri. Lalu pukul 16:00 pm. sore hari dikembalikan ke ruang zaal! Kami semua duduk terdiam, melihat kebesaran dan keagungan TUHAN,- DIA SANG YEHOWAH-RAPHA yang memakai tangan dokter berbuat tindakan semua itu! Sekitar pukul 18:00 pm istri saya baru dapat sakadarkan diri dari narkose. Kami semua gembira dan bersyukur kepada TUHAN atas perbuatan-Nya yang ajaib itu!
Sepuluh hari proses pemulihan di rumah sakit, … dan yang menakjubkan ialah, ketika saya menanyakan dokter zaal, obat apakah yang diberikan kepada isteri saya, lalu beliau berkata: “ hanya ini, Pak,… 4 kali 2 tablet decolgen ( Paracetamol),…ya,… obatnya hanya itu saja! Alangkah luar biasanya tangan TUHAN kita itu! Darah yang mengalir di dalam diri isteri saya ialah DARAH YESUS YANG SENDIRI MEMULIHKANNYA! Tanggal Jum’at, 8 Mei 2009, isteri saya diperbolehkan pulang! Lalu berobat jalan! Saran dokter oncology beserta dokter internisnya ialah untuk menjalani 6 kali kur Chemoterapi!

Tanggal 1 Juni 2009, isteri saya divonis untuk mendapatkan penyinaran ( bestraling ) di Colombia! Kami semua jadi gundah-gulana! Semua persiapan dilakukan dalam tempo seminggu saja! TUHAN katakan untuk membereskan segala sesuatu yang salah dan mengampuni yang bersalah pada dirinya. Terus terang, semua dijalankan dengan ketaatan pada pimpinan ROH KHUDUS!

Senin, tanggal 8 Juni 2009, kami disambar bagiakan “petir di siang bolong”, ketika dokter onkoloog tersebut menyatakan bahwa kepergian ke Colombia tidak perlu lagi, tinggal waktu saja yang menentukan,… Berita tersebut membuat kami tidak gusar,… isteri saya kembali tilpon Ketua Sinode, lalu minta back up para pendeta yang ada! Siang hari perlu di-MRC scan. Itupun sito! Janjinya pukul 15:00 pm. Kami bawa diri kami, pertama ke rekan pendeta di kantornya dan bersatu di dalam doa,… kemudian ke salah seorang pendeta senior, bernama Bapak Paul Doth bersama isterinya dan rekan pendoa syafa’at di kediamannya sekitar pukul 13:00 hingga 14:30 uur pm. Beliau katakan TUHAN sendiri harus nge-scan terlebih dahulu! Pukul 15:00 uur pm. hingga 16:00 pm. Isteri saya harus masuk tube-scan yang besar itu. Diputarnya bolak-balik, lalu isteri saya bernyanyi: “ADA KUASA DALAM DARAHNYA,… DARAH DOMBA ALLAH!” Dokter radiolog tersebut terkejut, karena di samping suara isteri saya,… terdengar dengungan yang jelas, suara yang mendampingi suara isteri saya, bagaikan kisah Sadrach, Mesach, Abednego, ketika Raja Nebukadnezar menyatakan: “ Lihatlah, bukan tiga orang yang masuk Perapian itu, mengapakah saya lihat ada seorang, yang kelihatan bagaikan SEORANG ANAK ALLAH…!” Seperti itulah terucap oleh mereka, bahwa mereka mendengar suara SEORANG ANAK ALLAH! CD-ROM Scannya kami harus ambil hari berikutnya. Malam hari kami kedatangan berapa pendoa sya’at yang membawa isteri saya ke hadirat tahkta kemurahan TUHAN! Dari foto yang saya ambil dan dalam realitas hidupnya, tangan TUHAN menopang dan menyokong isteri saya.

Selasa, tanggal 9 Juni 2009, pukul 08:00-10:00 am, isteri saya melapor diri ke ruang pengambilan suntikan chemoterapi untk pertama kalinya sesuai dengan proyeksi dan penentuan dokter internis itu. Zuster Satie Martoredjo, yang membantu dengan penyuntikannya pun menangis terseguk-seguk,… tak tahankan, apa yang terjadi! Kami bawa dengan beberapa hamba TUHAN isteri saya ke hadirat TUHAN, dengan mengatakan: “ IBU NON,… Kamu tidak akan mati, tapi hidup! [ Hal ini dikatakan oleh Pendeta Johannes Martoredjo, adiknya Ibu Satie tadi!] Penyuntikannya berjalan 2 jam lamanya! Setelah itu, isteri saya masih dapat kekuatan untuk berjalan ambil hasil CD ROM Scannya di rumah sakit lain, lalu balik ke tempat rumah sakit yang satunya, di mana dia dapat chemo tadi. Sekitar pukul 17:00 pm, terasa tak tertahankan lagi; efek chemo tersebut bagaikan virus yang merajalela di dalam tubuh isteri saya. Kami terus minta bantuan dan back up doa. Tak bisa buat apa-apa lagi! Pada malam harinya ada beberapa orang berkunjung untuk nengok/besuk isteri saya. Sekitar pukul 20:00 uur dia harus ke kamar kecil, tapi keadaan sudah letih lesu dan tak mampu tertahankan lagi. Putri kami, Grace,… dengan kekuatan akhirnya membawa ibunya untuk berbaring di tempat tidur.

PUKUL 20:45 pm, ketika beberapa ibu majelis mohon pamitan, saya melihat bahwa isteri saya sedang bincang-bincang dengan dirinya sendiri. Seorang ibu majelis berkata: “ Pak, …, tariklah kemolnya buat Ibu Non,… dia terasa dingin dan sakit!” Lalu ROH TUHAN mengilhamkan saya: “ TIDAK, IBU MARTINI,… IBU NON SIBUK BINCANG-BINCANG DENGAN TUHAN! BENAR SEKALI!” Pada saat itu, datanglah SINAR KEMULIAAN TUHAN, DAN TUHAN YESUS SENDIRI DATANG DENGAN MUJIZAT PENYINARANNYA UNTUK MENYETUH BAGIAN YANG SAKIT! Isteri saya lalu berkata: dalam Bahasa Belanda: “ DAT LICHT! DAT LICHT!!...!” [ Artinya: “ “SINAR ITU! SINAR ITU!!!”] Sementara itu,… isteri saya duduk di tempat tidur, sambil menceriterakan KISAK NYATA PENYINARAN DAN SENTUHAN MUJIZATNYA ATAS isteri saya!

Esok subuh harinya, pukul 04:00 am, isteri saya bangun dari tidurnya dan langsung segar, bisa lakukan semuanya dengan kekuatan sendiri, tanpa dipapa oleh siapapun!

BERITA mujizat tersebut bergema ke mana-mana puin tempat! Tanggal, 22 Juni 2009, kami menghadap dokter onkolog tersebut, setelah kami menunggu-nunggu hasil SCANnya, presis dua mingga setelah pengambilannya! Lalu beliau menegor isteri saya: “HELLOO,… IBU NON,… Mengapakah kamu terdiam begitu saja!” Isteri saya tanyakan kepada dokter: “ Dokter DOES,… apa artinya semua ini? Apakah Dokter kasih harapan saya hanya hidup 10 % atau 90 saja dan harus…… ? Atau 90 % harapan hidup atau 10 % harus….. meninggal!” Lalu dokter DOES menjawab: “ TIDAK! Hasil MRC SCAN nya menyatakan, bahwa IBU NON,… KAMU SEMBUH TOTAL! TIDAK ADA PENYEBARAN KANKER! Secara medis dan klinis, kamu bersih! !” Hanya SATU kata kami ucapkan: “TERIMA KASIH, TUHAN!” Lalu dokter DOES, sambil bergurau berkata: “ PERCAYALAH DAN TETAP PERCAYA PADA TUHAN INI! Kami pulang bagaikan orang yang terlepas dari tawanan dan tekanan! Kami serukan di ruangan itu, bahwa kita menyembah ALLAH yang maha besar dan kami nyanyikan tanpa malu-malu refrain lagu ini: “KAMI MEMUJI KEBESARAN-MU! AJAIB TUHAN, AJAIB TUHAN!”

Demikianlah KISAH NYATA KESEMBUHAN TUHAN ATAS DIRI ISTERINYA, dan perwujudan doa anak/putri kami, yang ketika itu berkata: “MAMA,…. MAMA BERDOA UNTUK ORANG LAIN DISEMBUHKAN! LALU, MAMA,… BERDOALAH UNTUK MUJIZAT KESEMBUHAN TUHAN! Lalu hal itu telah terjadi pada isteri saya!

Kiranya KIsah Nyata ini menjadi perenungan yang dalam dan menjadi berkat besar buat setiap orang yang mendengar dan membacanya, dan kami pegang kata-kata dalam Praise and Worship penyanyi Gospel wahid DON MOEN:

“EVEN YOU’VE THE BAD NEWS, BY SAYING THAT YOUR SICKNESS IS INCURABLE, BUT GOD IS MORE THAN ANY SICKNESS, THAT YOU CAN MENTION ! HE IS MORE THAN CANCER!”

Terima kasih untuk bisa share dengan semua orang beriman di GBI Jemaat Gatot Soebroto. YES, OUR GOD is THE GOD of WONDERS and MIRACLES!” Halleluyah! AMEN!”


Dituliskan oleh,
Bapak Pdt. Wilco Salam Karijodiwirijo, MDIV.
Pastorie “GKJ “DUTA WATJANA der EBGS (Moravian Church Suriname),

--

Orang Benar Hidup Oleh Percayanya
Oleh Pdt. Yohanes Bambang Mulyono
Bacaan : Hab. 1:1-4, 2:1-4; Mzm. 119:137-144; II Tes. 1:1-4, 11-12; Luk. 19:1-10

Langkah perjalanan dan pelayanan Tuhan Yesus senantiasa diikuti oleh orang banyak, demikian kesaksian kitab Injil-Injil. Sebagai pribadi di tengah-tengah bangsaNya, Yesus ternyata memiliki kharisma yang memiliki daya tarik magnet yang luar biasa sehingga orang banyak senantiasa mengikuti Dia ke manapun Dia pergi. Ketika orang banyak melihat bahwa Tuhan Yesus dapat menyembuhkan seorang buta, maka orang banyak segera memberikan respon yang positif. Di Luk. 18:43, disebutkan: “Seluruh rakyat melihat hal itu dan memuji-muji Allah”. Demikian pula ketika Tuhan Yesus masuk ke kota Yerikho. Orang banyak terus mengerumuni Dia. Namun di Yerikho terjadi sesuatu yang tidak lazim. Sebab seorang kepala pemungut cukai bernama Zakheus juga ingin mendekat dan melihat secara langsung diri Yesus. Namun selain Zakheus terhalang oleh keterbatasan tubuhnya yang pendek, dia juga terhalang oleh kerumunan orang banyak. Apakah kerumunan orang banyak tersebut secara kuantitatif menjadi penghalang bagi Zakheus untuk mendekat kepada Yesus; ataukah juga pada saat yang sama orang banyak secara psikologis secara sengaja membuat penolakan terhadap diri Zakheus? Sikap orang banyak tersebut sebenarnya dapat dipahami sebab Zakheus waktu itu menjadi Kepala Pemungut Cukai yang pada zaman itu sangat dibenci oleh rakyat. Selain seorang pemungut cukai pada zaman itu dianggap sebagai kaki tangan penjajah bangsa Romawi, mereka juga dalam praktek di lapangan sering menjadi para lintah darat yang kejam dan suka memeras orang-orang yang lemah.

Perilaku para pemungut cukai yang kejam dan suka memeras orang-orang lemah mengingatkan kita akan karya William Shakespeare yang berjudul “The Merchant of Venice” (Pedagang dari Venisia) yang ditulis sekitar tahun 1596. Dalam karya Shakespeare tersebut dikisahkan seorang kreditor Yahudi bernama Shylock yang memberi pinjaman hutang kepada Antonio. Tetapi Antonio ternyata tidak mampu membayar seluruh hutangnya sebab bunga yang diberikan oleh Shylock begitu tinggi. Sehingga Shylock meminta kepada pengadilan agar membela perkaranya. Tuntutan Shylock sangat mengerikan, karena dia minta potongan daging dari tubuh Antonio sebanyak satu pon. Kasus ini menjadi menarik karena sahabat Antonio yaitu Bassanio memiliki seorang tunangan bernama Portia, dan Portia yang mengetahui masalah tersebut segera menyamar menjadi hakim yang membela kasus Antonio. Sebagai hakim, Portia menyetujui Shylock untuk memotong daging Antonio sebanyak satu pon asalkan darah Antonio tidak boleh tertumpah pada waktu tubuhnya dipotong . Tentu saja keputusan Portia tersebut tidak dapat diwujudkan oleh Shylock. Akhirnya Shylock dihukum karena tuntutannya yang kejam dan jahat. Shylock termakan oleh perkataan dan tuntutannya sendiri. Kisah dari William Shakespeare tersebut hendak mengungkapkan perilaku orang-orang Yahudi yang waktu itu sering memeras, mengancam dan mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya; dan sikap tersebut bertolak belakang dari prinsip iman Kristen yang mengedepankan sikap belas-kasihan, kemurahan hati dan pengampunan. Sehingga manakala kita membaca kisah Injil, sebenarnya dapat dipahami alasan mengapa orang banyak sering menolak dan membenci para pemungut cukai. Kini di Luk. 19:3 ketika orang banyak melihat Zakheus, yang mereka kenal menjadi kepala pemungut cukai; maka dengan segera orang banyak menghalangi Zakheus agar dia pergi menjauh dari mereka dan tidak dapat mendekat kepada Yesus. Perasaan antipati dan benci akan menguat ketika orang yang kita benci mencoba untuk mendekat dan masuk di tengah-tengah komunitas kita. Itu sebabnya Zakheus segera mendahului orang banyak, lalu dia memanjat pohon ara untuk melihat Yesus yang akan lewat di dekatnya.

Sebenarnya Zakheus hanya ingin melihat diri Tuhan Yesus dari kejauhan saja. Dia tidak berharap banyak dapat berbicara apalagi mengenal diri Yesus. Tetapi ketika Yesus sampai di dekat pohon ara tersebut, Yesus tiba-tiba melihat ke atas dan memanggil namanya: “Zakheus, segeralah turun sebab hari ini aku harus menumpang di rumahmu” (Luk. 19:5). Panggilan Yesus tersebut saat itu tentu membuat Zakheus menjadi tersentak dan kemudian dia bersukacita. Ternyata dia dikenal oleh Yesus sehingga Yesus memanggil namanya; dan sekarang Yesus yang dikagumi oleh orang banyak itu berkenan untuk berteman dan mau datang ke rumahnya. Zakheus tidak menyangka bahwa sikap Tuhan Yesus demikian luar biasa. Penuh sentuhan, sangat berwibawa dan ramah. Kesediaan Tuhan Yesus yang mau tinggal di rumahnya dapat dianggap oleh Zakheus sebagai tanda bahwa Tuhan Yesus bersedia menjadi bagian dalam kehidupan keluarga dan dirinya. Perjumpaan dengan Tuhan Yesus tersebut ternyata mengakibatkan suatu perubahan yang luar biasa dalam kehidupan Zakheus. Sehingga Zakheus berkata: “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat” (Luk. 19:8). Perubahan hidup yang total dari kehidupan Zakheus tersebut menunjukkan bahwa perjumpaan dengan Tuhan Yesus telah melahirkan sikap iman yang transformatif. Perjumpaan dengan Tuhan Yesus telah memampukan Zakheus untuk menemukan dirinya dan membuka kesadaran serta perspektif baru yang menyeluruh terhadap semua kesalahan dan dosanya, sehingga Zakheus berani memutuskan untuk memberikan setengah dari seluruh hati miliknya kepada orang miskin dan dia bersedia mengganti orang yang pernah diperasnya sebanyak 4 kali lipat. Menurut hukum Taurat, seseorang yang memeras atas sesamanya haruslah dia memulangkan barang tersebut dengan membayar ganti rugi sebanyak 20%. Bandingkan dengan Im. 6:1-5; yang di Im. 6:5 hukum Taurat berkata: “Haruslah ia membayar gantinya sepenuhnya dengan menambah seperlima; haruslah ia menyerahkannya kepada pemiliknya pada hari ia mempersembahkan korban penebus salahnya”. Dalam hal ini Zakheus tidak hanya mengganti seperlima sebagaimana ditentukan oleh hukum Taurat tetapi dia mau mengganti 4 kali lipat (400%) !

Apabila Zakheus mengalami perubahan hidup yang luar biasa dengan sikap imannya yang transformatif, maka sebaliknya orang banyak yang melihat sikap Tuhan Yesus memberikan reaksi yang sangat negatif. Disebutkan sikap orang banyak tersebut, yaitu: “Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: Ia menumpang di rumah orang berdosa” (Luk. 19:7). Semula orang banyak sangat mengagumi Tuhan Yesus, dan mau mengikut ke mana saja Dia pergi. Tetapi kekaguman orang banyak kepada diri Tuhan Yesus tersebut ternyata tidak pernah melahirkan sikap iman. Orang banyak senantiasa mengikuti langkah Tuhan Yesus berjalan, tetapi mereka tidak pernah sampai mengalami perubahan hidup dan pertobatan. Justru sikap orang banyak itu mencerminkan sikap umat Israel ketika mereka masih berjalan di padang gurun. Mereka bersungut-sungut dengan memberi ungkapan yang sinis dan penuh rasa amarah kepada Tuhan Yesus, yaitu ungkapan: “Ia menumpang di rumah orang berdosa”. Orang banyak merasa dirinya sebagai orang benar dan lebih bersih, tetapi mereka pada saat yang sama memberi vonis yang kekal kepada Zakheus sebagai “orang berdosa”. Padahal kini situasi telah menjadi terbalik! Zakheus yang semula seorang yang berdosa, kini dia telah berubah menjadi seorang yang penuh kemurahan dan belas-kasihan. Sebaliknya orang banyak yang merasa dirinya benar dan lebih bersih tetap menjadi sekelompok orang-orang yang iri-hati, penuh kebencian dan tidak mengalami perubahan apapun yang berarti. Zakheus yang semula tidak takut akan Allah, kini setelah dia berjumpa dengan Kristus, dia memiliki iman yang transformatif yaitu iman yang membuat dia berani melepaskan segala hal yang duniawi dan bersedia memberdayakan kembali orang-orang yang pernah diperdayakan. Sebaliknya orang banyak tetap dalam situasi hidup yang lama, yaitu cenderung untuk selalu menyudutkan dan menghakimi sesama tanpa belas-kasihan. Itu sebabnya berita anugerah Allah ditujukan Tuhan Yesus kepada Zakheus, bukan kepada orang banyak. Tuhan Yesus berkata: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham” (Luk. 19:9).

Memang dalam pelayananNya Tuhan Yesus senantiasa dikelilingi oleh orang banyak. Tetapi Tuhan Yesus tidak pernah memposisikan diriNya sebagai bagian dari orang banyak. Dia memposisikan diriNya secara unik, sangat khusus dan tampil beda dalam spiritualitas di tengah-tengah orang banyak. Apabila orang banyak memiliki kecenderungan untuk merasa diri mereka lebih benar dengan menyudutkan seorang yang dianggap buruk, maka sebaliknya Tuhan Yesus menyatakan diriNya: “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Luk. 19:10). Tuhan Yesus memposisikan diriNya untuk senantiasa mencari dan menyelamatkan orang-orang yang dianggap tidak memiliki pengharapan, yang dianggap tidak memiliki kesempatan untuk hidup baru dan orang-orang yang dianggap menjadi “sampah masyarakat”. Bagi Tuhan Yesus, mereka ternyata memiliki potensi untuk berubah dan menyambuh anugerah keselamatan Allah. Dalam kehidupan orang-orang yang buruk dan jahat sekalipun, ternyata tetap terbuka kemungkinan dan harapan untuk berubah dan melakukan “hal-hal yang baik”. Manakala mereka mau membuka diri terhadap Kristus, maka kehidupan mereka yang lama akan segera ditransformasikan. Sebaliknya Tuhan Yesus mau mengingatkan bahwa orang banyak yang merasa dirinya benar dan baik, justru mereka sering kehilangan kemampuan untuk berbuat baik sehingga mereka gagal memerankan diri sebagai kawan sekerja Allah yang menyelamatkan sesamanya. Orang banyak di sini sebagai simbolisasi kelompok mayoritas yang gagal berjumpa dengan Tuhan Yesus secara pribadi dan transformatif karena mereka lebih terikat oleh kekuatan kolektivitas dan pandangan umum yang berlaku. Itu sebabnya walaupun mereka sering mengikuti langkah pelayanan Tuhan Yesus, mereka tidak pernah mengalami transformasi iman. Secara fisik mereka dapat dekat dengan Tuhan Yesus, tetapi mereka tidak pernah memiliki kedekatan hati dan spiritualitas Tuhan Yesus. Dalam hal ini orang banyak tidak mampu hidup dengan iman kepada Kristus. Mereka hanya kagum akan kuasa mukjizat, kuasa ilahi dan kharisma diriNya sebagai seorang pemimpin; tetapi hati mereka tetap tertutup untuk diselamatkan.

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita sebagai persekutuan jemaat berlaku seperti orang banyak yang kagum dan ingin mengikuti setiap langkah pelayanan Kristus. Itu sebabnya selaku jemaat kita juga tetap berbondong-bondong untuk mengikuti kebaktian, tetapi pola kehidupan iman kita sering tidak transformatif. Kita mampu untuk khidmat beribadah, tetapi juga kita sangat mudah mencerca sesama sebagai orang berdosa. Kita mengikuti setiap program pelayanan gerejawi, tetapi juga kita sangat mudah bersungut-sungut dan marah ketika keinginan kita tidak terpenuhi. Kehidupan kita secara fisik sering berada di lingkungan rumah Tuhan yaitu sebagai persekutuan Tubuh Kristus, tetapi hati kita sangat jauh dan asing dari karya keselamatan Kristus. Jadi kita dapat bersentuhan secara fisik dengan “Tubuh Kristus” yaitu jemaatNya, tetapi spiritualitas kita tetap menggunakan pola duniawi dan tidak pernah berubah dalam sikap pertobatan seperti yang pernah terjadi pada diri Zakheus. Seandainya kita dahulu sebelum Kristen berperan sebagai seorang yang suka memeras, ternyata kita tetap menjadi pemeras walau saat ini kita telah mengenal ajaran dan prinsip iman Kristen. Seandainya kita dahulu seorang yang suka mengancam dan mengintimidasi sesama, ternyata setelah kita menjadi “orang percaya” karakter dan tingkah laku kita tidak pernah berubah sedikitpun. Bahkan setelah kita menjadi persekutuan jemaat, kita justru sering menjadi penghalang bagi orang lain untuk berjumpa dengan Kristus. Jadi sikap kita sering seperti orang banyak yang menghalangi seorang pendosa seperti Zakheus untuk berjumpa dan mengenal Kristus. Itu sebabnya kita lebih cenderung mengembangkan sikap yang mudah memberi stigma kepada orang-orang tertentu sebagai “orang berdosa”. Sekali kita memberi stigma buruk kepada seorang, maka stigma buruk tersebut tidak pernah terhapus walaupun dia telah mengalami perubahan total seperti Zakheus. Dalam situasi yang demikian Kristus justru hadir untuk menghapus dan memulihkan mereka. Kristus memberi pengharapan baru dan perubahan hidup dengan menghapus setiap stigma yang telah dilekatkan oleh orang banyak atau masyarakat. Sebab “Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang”. Di dalam kasihNya Kristus mengubah setiap stigma yang buruk menjadi suatu predikat baru dan mulia sebagai “anak-anak Allah”.

Nabi Habakuk juga melihat bagaimana Israel sebagai umat Allah hidup dalam kelaliman dan suka menindas sesamanya yang lemah, sehingga hukum kehilangan kekuatannya dan keadilan diputar-balikkan (Hab. 1:4). Allah kemudian menghukum umat Israel dengan menyerahkan mereka ke tangan orang Kasdim. Tetapi ternyata orang Kasdim yang menjadi alat Allah tersebut ternyata berlaku lebih jahat lagi. Mereka membunuh banyak orang dengan kejam dan tanpa belas-kasihan. Nabi Habakuk bergumul dengan tragedi dan penderitaan umat Israel, dan dia menunggu Allah untuk bertindak menyelamatkan umatNya. Allah kemudian menyuruh nabi Habakuk untuk menuliskan penglihatan, sebab penglihatan itu masih menanti saatnya (Hab. 2:3). Dalam menantikan saat Allah bertindak, umat Israel dipanggil untuk hidup dalam iman. Di Hab. 2:4, Allah berfirman: “Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya”. Nabi Habakuk diperintahkan Allah untuk menyampaikan firman agar umat Israel yang ditindas dan diperlakukan kejam oleh bangsa Kasdim bersedia semakin merendahkan diri di hadapan Allah dan agar mereka makin percaya kepada Allah. Sebab Allah akan memperhitungkan sikap iman umatNya, dan karena sikap iman mereka Allah akan segera melepaskan dan menolong mereka. Jadi dalam konteks ini umat Israel sebagai gambaran mayoritas orang banyak yang semula hidup dalam kelaliman dan suka menindas dipanggil oleh Allah untuk mau berubah dan bertobat dengan hidup berdasarkan iman yang transformatif. Apabila mereka sebagai kelompok umat yang pernah membangkang dan melawan Allah dengan melakukan segala hal yang jahat sehingga Allah menghukum mereka, maka kini Allah berkenan memberikan pengharapan baru untuk menolong dan menyelamatkan mereka, asalkan mereka sungguh-sungguh hidup dalam sikap iman, yaitu sikap pertobatan.

Sikap umat Israel sebagai kelompok umat Allah juga mencerminkan situasi kita sebagai umat Allah yang telah ditebus oleh Kristus. Walaupun kita telah ditebus oleh Kristus, kita sering masih memberlakukan kelaliman, sikap menindas dan melakukan kekerasan kepada sesama di sekitar kita. Itu sebabnya Allah kemudian meninggalkan kita dan membiarkan kita menderita. Dalam situasi yang demikian, Allah berkenan memberikan pengharapan baru dan keselamatan asalkan kehidupan kita kini sungguh-sungguh dilandasi oleh sikap iman yang lebih murni, kredibel dan setia kepada Kristus. Sikap iman yang dimaksud telah jelas, yaitu sikap iman yang transformatif sebagaimana yang telah dilakukan oleh Zakheus. Selaku persekutuan “orang banyak” yang terhisab dalam tubuh jemaat, kita dipanggil bukan hanya berlaku seperti orang banyak yang hanya mampu kagum, penuh sorak-sorai dan mengikuti setiap langkah pelayanan gerejawi; tetapi lebih dari pada itu apakah kita mau mengalami perjumpaan personal dengan Kristus, yaitu sikap hidup yang ditandai oleh perubahan hidup dan pertobatan. Kita tidak lagi boleh merasa cukup telah berada di lingkungan “Tubuh Kristus” yaitu jemaatNya secara fisik, tetapi apakah kita juga telah mengalami suatu perjumpaan spiritual dengan Kristus? Beranikah kita mengambil keputusan seperti Zakheus yang dengan tulus melepaskan segala harta milik yang telah kita ambil secara tidak halal? Beranikah kita untuk mengambil keputusan dan suatu aksi yang nyata untuk mengembalikan harta milik yang pernah kita peroleh dengan cara kekerasan dan tidak jujur? Maukah kita sungguh-sungguh memberdayakan sesama yang pernah kita perdayakan atau yang pernah kita tipu? Jikalau kita tidak sanggup, tidak rela dan tidak mau; maka mungkin spiritualitas kita seperti orang banyak dalam kisah Injil. Mereka sangat kagum akan Kristus, tetapi mereka tidak hidup menurut iman. Padahal Allah hanya berpihak dan membenarkan setiap orang yang hidup menurut iman. Tanpa iman, tidak tersedia keselamatan walaupun mungkin kita seorang yang sangat religius, taat beribadah, dan melakukan berbagai peraturan keagamaan dengan setia. Sebab tanpa iman, segala hal yang baik dan mulia itu tidak lagi ditujukan kepada kemuliaan dan kebenaran Allah; tetapi sesungguhnya yang paling mendasar dari berbagai perbuatan baik tersebut kita tujukan hanya untuk kemuliaan dan kebenaran diri kita sendiri. Itu sebabnya kita sering merasa selalu benar dan rohani, sehingga kita tidak merasa perlu membutuhkan Kristus selaku Juru-selamat. Justru di sanalah letak perbedaan spiritualitas kita yang paling mendasar dengan Zakheus . Dia sangat membutuhkan seorang Juru-selamat dan bersedia diubah hidupnya oleh Kristus. Itu sebabnya kepada orang-orang seperti Zakheus, Tuhan Yesus berkata: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham” (Luk. 19:9). Jadi bagaimanakah sikap saudara sekarang? Amin.

--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan beri komentar