Segar banget

Segar banget
bangett

Senin, 01 Agustus 2011

Apa aspek yang paling penting dalam bekerja?



Ada 3 pertimbangan yang saya sebut carreer triangle: duit, kerja, dan lifestyle. Duitnya bagus, tapi kerjanya nggak kenal waktu, berarti lifestyle-nya nggak ada. Juga sebaliknya, kerjaannya bagus, tapi duitnya nggak bagus, bagaimana bisa menunjang lifestyle? Maka itu, hal ini harus berkesinambungan.
Hal apa saja yang harus dipertimbangkan orang yang mencari kerja?
Pertama, semua harus bermula dari yang kita suka. Dari sinilah, passion dan semangat kerja timbul. Kedua, pekerjaan itu semacam mencari pacar. Banyak orang berpikir setidaknya mereka dapat pekerjaan dulu. Inilah kesalahan orang-orang yang pertama kali mencari kerja, “yang penting gue dapet dulu.” Nah, ketika mereka memikirkan hal ini, pada saat yang bersamaan, mereka sebenarnya sudah membuat kompromi pada diri mereka bahwa itu adalah values mereka.
Mana yang lebih baik, pegawai kontrak atau pegawai permanen?
Orang yang bekerja dengan status pegawai kontrak justru harus bersyukur. Mereka bisa mempersiapkan segala sesuatu lebih matang ketika kontrak mereka tidak diperpanjang. Waktu yang mereka punya untuk berfikir dan prepare lebih panjang dibandingkan dengan orang yang bekerja dengan status karyawan permanen. Kita gak akan tahu perhitungan kita di perusahaan. Maka itu, do your best!
Apakah kenyamanan dalam bekerja perlu dipertimbangkan?
I’m sorry to say this, tapi tidak ada yang namanya kenyamanan dalam bekerja. Forget it! Kalau sudah nyaman, kita akan terlena di posisi dan tempat itu. Please, dont be like that. Kita tidak akan berkembang. Jangan pernah bilang, “gue udah nyaman, gue nggak mau ke tempat lain, gue udah enak sama posisi dan kerjaan gue...” No! Itu salah besar! So, nggak ada yang namanya job security.
Apakah yang harus dipikirkan untuk pindah kerja?
Balik lagi ke carreer triangle. Ketiganya harus lebih balance. Perlu diingat, great money always follow great job. Kalau cari sesuatu yang meaningfull, jangan bergerak berdasarkan uang, jabatan, atau titel. It means nothing. Kita harus melihat diri sendiri dan berkompetisi dengannya. Ini bukan masalah kompetisi, tapi ini masalah bagaimana kita melakukan yang terbaik dari diri kita. Do your best that u can do. As simple as that.
Apakah office politics bisa dijadikan alasan pindah kerja?
Menurut saya, jadikan alasan pindah kerja itu sebagai hal yang positif. Jika pindah dengan alasan negatif macam tadi, artinya you haven’t give your best. It’s not about the company, it’s about you.
Bagaimana Anda menjalani kedua pekerjaan Anda—Amrop Hever dan bisnis restoran?
Dibawa happy dan think positif. Kalau ‘bahan bakar’-nya sudah postif, semuanya akan happy saja. Satu hal yang paling penting, cintai profesi Anda, bukan pekerjaan Anda.

--

selalu ada pilihan, dalam setiap tindakan yang akan kita lakukan selalu ada pilihan yang dapat kita ambil. dimasa sulit kita selalu punya pilihan, kita larut dalam kesedihan akan kesulitan kita, atau tetap tenang dan terus berusaha. meski kita panik dengan sumpah serapah. kesulitan akan tetap datang. kesedihan, kepanikan wajar tapi tetap harus kita hadapi dengan tetap optimis. ada sebuah kata kata dari orang terkenal, lebih baik mati bertempur bersama orang-orang yang berani, daripada hidup dalam senjakala kelabu yang tidak pernah merasakan kalah atau menang. tapi gw lupa darimana kata kata itu berasal.

kata orang bijak, jangan dipikirkan bagaimana beratnya proses untuk mencapai suatu kesuksesan, tapi pikirkan kebahagian bila kita bisa mencapai kesuksesan.

tanadisantoso.com saya dapat info ini denger dari pass fm, setelah saya lihat ada cerita, solusi yang intinya untuk keberhasilan dan kebahagian. para pembaca yang budiman selamat mencari yang anda inginkan

-

Rene Suhardono: Fokus Karier adalah "Happiness"

Pemahaman banyak pihak mengenai karier selalu dibatasi dengan uang, jabatan, dan fasilitas. Padahal, ada hal-hal lain yang justru lebih penting dibandingkan ketiganya. "Pemahaman karier bukanlah uang, jabatan, atau fasilitas, melainkan happiness dan fulfillment," ujar Career Coach Rene Suhardono saat konferensi pers di Plaza Kuningan, Jakarta, Rabu (24/3/2010).

Ia menambahkan, sesuatu yang dilakukan harus bisa dimaknai dan memberikan kebahagiaan untuk diri sendiri. "Kebahagiaan atau happiness ini akan berdampak luas. Tak hanya untuk diri kita, tapi juga untuk lingkungan sekitar. Ketika kita bahagia, kita akan lebih peduli terhadap lingkungan sekitar," ucapnya.

Hal-hal itulah yang berusaha dikemukakan Rene dalam bukunya yang berjudul You Job Is Not Your Career yang diluncurkan hari ini. "Melalui buku ini saya berusaha untuk menyentil orang yang selalu merasa takut untuk meraih happiness-nya. Saya tidak memberikan jawaban dalam buku ini, tetapi memunculkan kegelisahan sehingga orang akan bertanya pada diri sendiri dan berusaha menemukan happiness dan passion-nya," tandas Rene.

--

Rene Suhardono Canoneo
Menjadikan Karir sebagai Passion



Salam Perspektif Baru,

Selamat bertemu lagi para pembaca Perspektif Baru di seluruh Tanah Air. Kita melakukan wawancara ini sekali seminggu sejak tahun 1995 dengan topik yang menarik dan kadang-kadang khusus. Topik hari ini barangkali belum pernah kita bicarakan yaitu mengenai karir dan tamu kita adalah Rene Suhardono Canoneo. Dia berkarir sebagai executive recruiter dan konsultan karir yang membantu orang lain dalam karirnya.

Rene Suhardono Canoneo mengatakan karir berbeda dengan pekerjaan. Karir adalah punya kita. Kita bisa dipecat dari perusahaan tapi kita tidak pernah bisa dipecat dari karir. Karir kita sebagaimana kita melihat karir itu sendiri. Karir itu justru mulainya dari dalam diri, yang disebut passion (panggilan hati – Red). Passion yang bisa menggerakkan kita untuk melakukan apa pun yang kita mau. Cari tempat yang sesuai dengan passion kita. Jangan membiarkan diri ada di satu tempat dengan setengah hati karena kita tidak bisa maksimal juga di situ.

Menurut Rene, jangan menyerah dalam mencari passion karena suatu saat itu akan muncul. Guna dapat menemukan passion bisa dimulai dengan hal dasar, seperti bertanya pada diri sendiri mengenai apa sih pekerjaan yang kalau dikerjakan membuat hati saya senang? Dalam hal ini dia merekomendasikan untuk kerjakan apa yang Anda cintai, cintai yang Anda kerjakan, kemudian tunjukkan siapa diri Anda.

Saat ini karir Anda adalah justru membantu orang dalam karirnya. Bagaimana kira-kira cara kerja Anda?



Saya cuma mempunyai dua passion. Pertama, makanan dan yang kedua orang. Jadi aspirasinya adalah untuk membuat orang melihat bahwa ada option (pilihan), yaitu option dalam karir dan hidup.



Sekarang kita lihat secara lebih spesifik. Apa yang disebut karir dan apa saja levelnya?



Karir bagi semua orang di setiap level berbeda-beda. Kalau saya bicara karir, orang selalu menyamakan dengan pekerjaan.



Apa sebetulnya perbedaan karir dengan job (pekerjaan)?



Bagi saya berbeda sekali. Job is something that you got from your company (Pekerjaan adalah segala sesuatu yang kita dapat dari perusahaan - Red). Jadi seperti meja yang menjadi bagian dari pekerjaan kita adalah milik perusahaan, tapi karir adalah punya kita. Kita bisa dipecat dari perusahaan tapi kita tidak pernah bisa dipecat dari karir. Karir kita sebagaimana kita melihat karir itu sendiri. Kalau sekarang saya mau menjadi musisi kemudian tahun depan mau menjadi komentator bola maka itu adalah pilihan karir yang saya buat. Kebanyakan dari kita justru menyusun karir sesuai dengan yang dapat mereka lakukan atau ketrampilan (skill) mereka. Kalau orang tuanya mengatakan bila sudah menjadi arsitek maka sampai pensiun bahkan meninggal tetap menjadi arsitek. Saya sangat tidak setuju dengan pandangan tersebut karena karir itu justru mulainya dari dalam diri, yang saya sebut passion (panggilan hati – Red). Passion yang bisa menggerakkan kita untuk melakukan apa pun yang kita mau.



Sejauh mana orang bisa mengikuti cara berpikir yang bagus tersebut kalau perusahaannya tidak selalu memberi tempat pada passion orang?



Seandainya perusahaan tidak bisa menampung passion Anda maka itu artinya it’s time for you to think about your career and move out (Kini saatnya Anda untuk memikirkan karir Anda dan pindah – Red). Cari tempat yang sesuai dengan karir dan passion kita. Jangan membiarkan diri ada di satu tempat dengan setengah hati karena kita tidak bisa maksimal juga di situ. Apalagi kalau bosnya menyebalkan maka langsung saja pindah.



Jadi kalau orang tidak pindah barangkali karena bosnya menyenangkan



Bisa jadi.



Sebetulnya tidak mudah untuk mendapatkan pekerjaan atau dengan perkataan lain lapangan kerja itu susah. Banyak sekali orang lulus pendidikan sarjana strata satu (S1) dan S2 tidak mendapatkan pekerjaan. Bagaimana kita merekonsiliasi kesulitan lapangan kerja itu dengan keinginan untuk mempertahankan passion kita?



Kalau saya selalu mengatakan great money always follow great works dan great works akan selalu datang dari passion. Saya banyak melihat contoh dari orang-orang yang sudah saya temui, yang sudah saya wawancara. Uang itu adalah tujuan jangka pendek dan saya meyakini bahwa ada yang punya kepentingan yaitu yang menciptakan kita bahwa kita akan selalu bisa memenuhi kebutuhan, tapi kita sendiri yang salah kaprah antara kebutuhan dan keinginan. Kalau memang sudah menentukan dan mengetahui passion kita pada satu hal tertentu, maka embrace your passion. Saya punya satu cerita, ada seorang akuntan tidak pernah bahagia dengan pekerjaannya tapi dia sudah memiliki pendidikan S2. Ternyata passion dia adalah fotografi. Pada saat dia melakukan transisi dari akuntan menjadi fotografer bukan suatu hal yang mudah. Pada lima tahun pertama merupakan sebuah perjuangan. Jadi berat sekali buat dia tapi setelah lima tahun dilalui, saya salut sekali sama dia. Mungkin dia bukan orang memiliki materi yang paling berlebihan yang saya tahu, tapi dia salah satu orang yang paling bahagia yang saya tahu.



Bagaimana cara kita mengembangkan diri dalam karir supaya bisa dilirik oleh employer atau orang yang support kita?



Sebelum kita dilirik, lebih baik kita menikmati dulu apa yang kita lakukan. Pada saat kita benar-benar menikmati, saat kita benar-benar menggeluti hasrat kita maka orang tidak bisa untuk tidak melirik kita. Kalau kita jalan di pasar dan ada satu orang yang ogah-ogahan menawarkan jualannya, sedangkan ada satu lagi yang matanya saja sudah berbinar. Tentu yang terakhir yang menarik perhatian kita. Yang namanya ketertarikan maka akan menarik perhatian orang lain. Jadi tidak usah dipikirkan bagaimana saya dilirik. Sama saja dengan bagaimana kita bisa dapat jodoh maka kita tidak harus pasang di biro jodoh. Yang saya rekomendasikan adalah do what you love, love what you do, and then show who you are. (Kerjakan apa yang Anda cintai, cintai yang Anda kerjakan, kemudian tunjukkan siapa diri Anda)



Jadi bukan dari kemampuan tapi dari keinginan dan kesukaan. Tapi bagaimana Anda bisa meyakinkan pembaca bahwa mengikuti karir sebagai panggilan hati (passion) adalah cara yang tidak kontra produktif karena ada kekhawatiran orang asyik sendiri sehingga malah jadi tidak bisa hidup? Apa contoh-contoh kalau kita bisa mengikuti panggilan hati tetap bisa maju dalam pekerjaan?



Nomor satu yang selalu saya katakan kepada mereka adalah yakini betul bahwa pekerjaan ini adalah passion dia. Kalau memang bukan, mulailah cari dari sekarang. Saya sendiri butuh waktu sembilan tahun untuk mengetahui passion saya yang akhirnya diketahui hanya dua hal tadi yaitu makanan dan orang. Yang penting jangan pernah berhenti mencari passion.



Apakah ada batas umur untuk mengetahui passion kita? Bagaimana dengan orang seperti saya sudah berumur 62 tahun?



Tentu tidak ada batasan umur. Partner saya berumur 63 tahun, dan dia mempunyai passion menjadi penulis. Yang dilakukannya sekarang adalah melakukan yang diperlukannya untuk menjadi penulis, and I think he would make it.



Nah, Anda mempunyai pengalaman dan hubungan darah dengan Fillipina serta Indonesia. Apakah ada ciri-ciri kultural atau etnis yang membedakan Indonesia dengan budaya lain dari segi komitmen kepada passion?



Mungkin ini bukan kritik tapi pandangan saya yang mudah-mudahan salah. Kita diajarkan terlalu normatif. Jadi kalau ditanya bagaimana pekerjaannya, pasti komentarnya adalah cukup atau okay (baik). Tapi kita tidak biasa untuk benar-benar memberikan feedback apa adanya. Kepedulian itu besar sekali kaitannya dengan attributes. Misalnya saya Rene Suhardono Canoneo memiliki jabatan vice president, maka akan selalu ditanyakan mengenai seperti apa jenis mobil yang dimiliki, tahun berapa mobilnya, dimana banknya. Nah, atribut-atribut seperti itu membuat kita tidak lagi dinilai dari dalam tapi oleh sekitar kita, dan ujung-ujungnya kalau saya lihat menjadi palsu. Kalau orang sudah begitu maka untuk keluar dari hal tersebut agak susah. Nah jangan sampai kita keterusan, kebablasan terhadap hal seperti itu. Normatif itu bagus dalam arti menjaga kesantunan. Namun dalam menjadikan diri, memberikan opini dan melakoni hidup, kita tidak selamanya harus normatif. Kita harus mengambil risiko untuk melakukan kesalahan dan belajar dari kesalahan itu serta menikmatinya.





Sometime to be save you have to take a risk.



Absolutely



Yang saya senang bahwa ada masa-masa yang berbeda dalam hidup kita. Jadi kalau kita memiliki passion dan saat ini teman kita tidak mempunyai passion maka jangan menilai dia itu inferior, barangkali belum saatnya karena dulu saya juga tidak mempunyai confidence. Lalu, bagaimana dengan jalan karir Anda pribadi?



Saya beruntung dibesarkan di keluarga yang sangat liberal. Jadi benar-benar dibebaskan apa keinginan saya. Mungkin saya lebih parah dari Anda. I had no confidence what so ever, apalagi kalau sama lawan jenis. Kalau dilihat matanya saja sudah langsung menunduk. Jadi banyak pilihan-pilihan dalam hidup saya ditentukan oleh ketidaksengajaan yang akhirnya malah membantu saya ada di tempat sekarang ini. Saya pernah ada di satu bidang pekerjaan yang saya tidak suka sama sekali, yaitu di lembaga pemerintah. Saya mengerjakan itu selama tiga tahun. Saya depresi berat saat itu karena ternyata ideliasme saya untuk memperbaiki negara tidak bisa diaktualisasikan secara tepat. Sampai saya bertanya pada diri sendiri, apa sih yang membuat saya bergerak demikian?



Kalau kita itu hidup dalam satu kotak, maka salah kita sendiri. Nah, apa yang membuat Anda akhirnya bisa keluar dari kungkungan kotak itu?



Waktu itu saya memiliki banyak sekali pertimbangan. Uang adalah pertimbangan yang paling besar karena baru memulai keluarga, baru mempunyai anak. Tampaknya yang disebut comfort zone itu menjamin sekali. Sampai pada satu titik dimana saya benar-benar tidak bisa tahan dan akhirnya mengajukan pengunduran diri dari lembaga pemerintah tanpa memiliki pekerjaan lain dulu. Akhirnya saya benar-benar memulai dari dasar dengan bertanya pada diri sendiri, what really matters to you. Saya coba mengingat hari-hari pertama saya jatuh cinta sama istri dan itu saya coba kaitkan ke pekerjaan. Apa sih pekerjaan yang kalau dikerjakan membuat hati saya senang? Ujung-ujungnya cuma ada dua yaitu apapun yang ada kaitannya dengan manusia dan makanan karena saya suka makan. Akhirnya, saya membuat restoran untuk passion terkait makanan. Ada beberapa restoran, salah satunya bernama Segarra (www.segarrajakarta.com), yang berada di pinggir Pantai Ancol, Jakarta Utara. Restoran itu menyajikan makanan internasional.



Ok, itu adalah yang terkait makanan. Bagaimana dengan passion yang terkait orang (people business)?



Untuk people business adalah Amrop Hever Indonesia. Kami membantu perusahaan mencari orang yang tepat bagi mereka. Istilahnya, executive recruiter atau pemburu pekerja eksekutif.



Apakah Anda bekerja untuk orang yang mencari pekerjaan atau perusahaan yang mencari orang?



Perusahaan yang mencari orang.



Apakah dimulai dengan availability orang tersebut?



Oh, saya tidak peduli dia sedang available atau tidak. Saya tidak mencari orang yang sedang mencari kerja, tapi saya mencari orang yang passionate. Mungkin dia sedang mencari kerja, mungkin dia sudah ada pekerjaan. Kalau sedang ada pekerjaan, saya cuma menggoda dia untuk menanyakan kira-kira kalau ada kesempatan apakah mau pindah. Saya mulai dengan menawarkan apakah bisa mengobrol terlebih dulu dengan saya.



Dalam hal ini orang yang bekerja dengan orang lain, people who are in the people business, sangat banyak seperti bisa menjadi guru, konsultan, dan counselor. Lalu, mengapa memilih executive recruiter?



Executive recruitment hanya salah satu aktivitas yang dikerjakan secara formal yang bikin dapur ngebul, tapi juga ada hal-hal lain seperti memberikan coaching soal karir.



Apakah dalam hal itu Anda bekerja sebagai konsultan pribadi?



Tidak sebagai pribadi, tapi lebih ke massa. Jadi saya menulis dan sebagainya.



Yang paling penting barangkali untuk saya tanya, kalau seseorang merasa bahwa dia mempunyai passion melebihi pekerjaannya, apa hal konkrit yang harus dia kerjakan?



Kesatu, yakini dulu bahwa memang itu passion dia dan bukan sekadar hobi. Kedua, harus membuat perencanaan untuk satu tahun, tiga tahun, lima tahun ke depan. Yang paling sulit adalah ketiga, melakukannya. Kalau memang betul perusahaan tidak bisa mengakomodasi, maka kini saatnya Anda pindah. Tinggalkan semua atribut, tinggalkan semua comfort zone. There’s always risk.



Dari segi pekerjaan Anda, apakah setiap bulan Anda bisa berhasil merekrut seseorang? Apakah ada cukup orang di dunia ini terutama di Indonesia?



Sangat cukup dan tambah bangga deh dengan teman-teman profesional kita.



Apakah ada sektor spesifik yang Anda lebih fokus?



Ada empat sektor yang saat ini sedang marak, yaitu energi, infrastruktur, telekomunikasi dan jasa finansial. Jadi fokusnya lebih di sana.



Untuk orang dalam bidang-bidang yang tradisional, apakah ada orang seperti Anda juga atau memang mereka agak stagnant dalam job?



Stagnant dalam job itu pilihan masing-masing dan mereka tidak harus merasa seperti itu karena banyak sekali player seperti saya sebagai katalis. Kalau dia mau pindah ke pekerjaan lain tapi sekali lagi itu hanya pekerjaan bukan karir, maka sebaiknya mencari tahu passionnya. Kalau bisa mulai pekerjaan sendiri, mengapa tidak dan mengapa mesti takut.



Siapa saja klien Anda dan kira-kira darimana saja perusahaan tersebut berasal?



Kalau dari kuenya adalah 60% saat ini perusahaan multinational (asing), 30% perusahaan dalam negeri, 10% badan usaha milik negara (BUMN).



Apakah setiap bulannya ada perputaran?



Selalu ada.



Kalau ada economic downturn seperti sewaktu crash tahun 1996, juga beberapa resesi dan devaluasi, apakah itu mempengaruhi jumlah orang yang dicari oleh perusahaan?



Mempengaruhi jumlah orang yang dicari dan mempengaruhi jenis orang yang dicari karena pada saat krisis dibutuhkan karakter orang yang berbeda. Orang yang bisa “bersih-bersih”, yang selalu mempunyai keyakinan bahwa selalu ada harapan dibandingkan dengan yang yang senangnya lari kencang kemudian jatuh dan tidak bisa bangun.



Apakah Anda melakukan recruitment untuk pemerintah dan partai politik?



Tidak, BUMN saja kalau ada kaitannya dengan recruitment.



Terakhir, barangkali bisa disebutkan lagi nama perusahaan Anda dan bagaimana menghubungi Anda karena kami di Perspektif Baru tidak pernah menyembunyikan kemungkinan-kemungkinan kerjasama.



Mudah sekali kalau tertarik cari informasi lebih lanjut bisa ke Amrop Hever Indonesia: www.amropheverindonesia.com


--

Amerika Serikat (AS) yang dikenal sebagai negara super power itu rupanya memiliki jiwa entrepreneurship sejak lahir. Sehingga, sepanjang hidupnya selalu berupaya agar bisa mandiri dalam berusaha.

Penegasan sedikit berkelakar itu disampaikan Menteri Luar Negeri AS Hillary Rodham Clinton saat berpidato di hadapan ratusan pengusaha muda dalam acara Regional Entrepreneurship Summit (Pertemuan Wirausaha Indonesia), di Hotel Grand Hyatt, Nusa Dua, Sabtu (23/7/2011) malam.

Hillary berbicara banyak hal tentang perekonomian dunia saat ini termasuk bagaimana menumbuhkan jiwa wirausaha di masyarakat. Ia pun berbagai kisah bagaimana perjalanan hidupnya yang juga tak lepas dari peran dan dorongan kedua orang tuanya untuk maju dan terus berusaha.

"Darah orang Amerika itu entrepreuner. Bahkan kalau dites DNA mereka isinya entrepreneur," seloroh mantan Ibu Negara Negeri Paman Sam itu, yang membuat peserta tersenyum.

Karenanya tak heran jika, warga Amerika terus mengejar segala macam cara untuk bisa mandarin dalam berusaha. Diceritakannya, pada minggu lalu, saat melakukan lawatan di Chennaim, India, melihat ada wanita Asia yang cukup tangguh. Dalam pertemuan itu dia kagum dan bangga dengan sosok wanita tersebut.

"Dia adalah pekerja pelarian asal Myanmar. Namun berkat kerja kerasnya berhasil luar biasa dalam menjadi entrepreneur," puji Hillary dalam pidatonya yang berlangsung selama hampir 20 menit dan dihadiri Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu.

Guna mendorong jiwa kewirausahaan di masyarakat, dia mengingatkan agar pemerintah tidak melakukan pengekangan terhadap kaum wanita. Jangan ada diskriminasi terhadap wanita dalam berusaha.

Mestinya, kaum wanita diberikan kebebasan membangun usaha hingga bisa tumbuh besar. Sebuah usaha besar kata dia, tidak selalu dimulai dengan hal benar. Bahkan cenderung sesuatu yang besar dimulai dari hal kecil atau sepele.

Hillary melanjutkan, bahwa perusahaan-perusahaan besar di Amerika seperti Google itu dimulai dari usaha kecil. “Mulailah dari hal kecil, hal yang besar seperti dicapai Google mulainya dari kecil,” katanya menegaskan.

--

Bila bercerita pasal emas,memang semua orang akan cakap,"mahal tuh.... ,takde modal lagi la.....,bahaya,nanti orang curi...." dan banyak lagi komen yang dilontarkan,tapi sebenarnya ramai yang tidak tahu keadaan ekonomi sekarang sedang berada dalam keadaan maut.duit dah semakin murah dan tak bernilai,barangan semakin meningkat harga.tapi semua nie tak difahami dengan masalah ekonomi,tapi mereka mengaitkan dengan masalah politik.memang aku tak nafikan memang ia berkaitan dengan politik,tapi kita sebenarnya seakan tidak sedar,sebenarnya ia juga merupakan masalah global yang perlu kepada kesediaan kita untuk menempuhi.baru nie sempat aku membeli rantai tangan untuk isteri,lebih kurang rm2200,dan time tuh 1gram = rm127,baru je lepas 3 hari,bila aku dapat berita yang emas naik...gi la tanya kat kedai emas,berapa..dia cakap satu gram = rm135,camane kalu ia mencapai 5tahun akan datang???fikir2kanlah..
(nak senang hidup atas dunia pun kena ade persediaan,camane kalu nak senang kat akhirat???)
Posted by Admin at 12:13 AM 0 comments
Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook Share to Google Buzz
Friday, September 24, 2010
Krisis Ekonomi Dunia siri 1
Dari utang sebesar itu, sekitar 23% di antaranya merupakan utang kepada investor-investor asing melalui pembelian obligasi/surat-surat utang yang dikeluarkan oleh pemerintah Amerika. Berdasarkan data yang dikeluarkan Dep. Keuangan Amerika per Januari 2005 (kami tidak mampu memperoleh up dated data untuk 2007 red), para investor asing khususnya yang merupakan pembeli surat utang pemerintah Amerika adalah (berdasarkan urutan pembeli yang terbanyak, dalam milyar dollar Amerika): Jepang (701,6), Cina (194,5), Inggris (163), perbankan negara-negara Karibia (92,5), Korea (67,7), negara-negara OPEC (64,7), Taiwan (59,2), Jerman (57,1), Hong Kong (52,9), Swis (50), Kanada (43,4), Meksiko (41,1), Luksemburg (29,3), Singapura (27,6), Irlandia (21), Belgia (16,5), Israel (16), Thailand (15,8), Italia (14,9), India (13,9), Turki (12,8), Spanyol (12,2), Brazil (12,2), Swedia (11,6), Australia (9,7), Perancis (9,2), Belanda (8,7), lain-lain (141,3), sehingga totalnya adalah US$ 1960,3 milyar. Dengan kata lain, masa depan Amerika telah tergadai pada negara-negara asing (persis seperti Indonesia!).
Kemudian perhatikanlah fakta berikut ini: “Satu orang Amerika menggunakan energi komersil yang sama banyaknya dengan dua orang Jerman atau Australia, tiga orang Swiss atau Jepang, enam orang Yugoslavia, sembilan orang Meksiko atau Kuba, 16 orang Cina, 19 orang Malaysia, 53 orang India atau Indonesia, 109 orang Srilanka, 438 orang Mali, atau 1072 orang Nepal.”14 Konsumsi energi orang Amerika adalah 53 kali konsumsi energi orang Indonesia. Agaknya ia mempunyai korelasi dengan jumlah utang pemerintahnya (beban utang pemerintah Amerika setara dengan 54 kali utang pemerintah Indonesia). Dengan kata lain, seandainya bangsa Amerika dan kaum Kapitalis lainnya (termasuk Indonesia) menerapkan prinsip hidup qona’ah dan menjauhi sifat tamak, mubazir, dan riba, tentulah mereka tidak akan terjerumus ke dalam jebakan yang muncul dari gaya hidup berdasarkan agama yang batil itu. Dalam ungkapan John Perkins,
“Mereka telah membawa kita ke suatu titik di mana budaya global kita merupakan sebuah mesin raksasa yang memerlukan bahan bakar dan perawatan yang meningkat secara eksponensial, demikian banyaknya sehingga pada akhirnya budaya global kita akan mengkonsumsi semua yang terlihat dan tidak akan meninggalkan pilihan apa pun selain menelan dirinya sendiri.”[1]
Kini kita dapat mengatakan dengan pasti, bahwa Kapitalisme benar-benar di ambang kehancuran. Di hari-hari mendatang kita akan semakin melihat kebenaran dari segenap kata-kata yang keluar dari mulut seorang nabi suci, Muhammad Saw.
Hal yang membuat Amerika terus menerus berada dalam keadaan kritis adalah defisit kronis yang terjadi pada neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalannya sehingga harus selalu ditambal dengan penjualan surat-surat utang/obligasi. Keadaan yang menakutkan ini telah membuat sebagian dari investor/orang-orang terkaya Amerika sendiri seperti Warren Buffett dan Bill Gates mulai memindahkan kekayaan mereka ke selain mata uang dollar Amerika! Kondisi Amerika saat ini sangat mirip dengan kondisi Indonesia yang telah terperangkap ke dalam jebakan utang, namun pada Amerika dengan skala kegilaan yang jauh lebih mengerikan.
Sebagai ilustrasi nyata akan kritisnya situasi keuangan pemerintah Amerika adalah kisah yang terjadi pada penjualan rutin surat utang Departemen Keuangan Amerika pada 9 September 2004. Mungkin karena secara psikologis terpengaruh oleh penetapan tanggal lelang surat-surat utang yang mendekati tanggal tragedi 11 September, dan merasa tidak aman, orang-orang asing yang biasanya membeli surat utang tersebut tidak muncul! Kepanikan serta merta menyergap para pejabat keuangan Amerika. Untungnya pada pelelangan surat utang periode berikutnya orang-orang asing itu muncul kembali untuk membeli.[2]
Para pakar dan orang-orang awam di Amerika mulai dicekam histeria, kehancuran macam apakah yang akan menimpa negeri mereka jika para investor asing berhenti membeli surat utang Amerika atau bahkan menarik uang mereka keluar dari negeri tersebut karena pesimis akan masa depan ekonomi Amerika atau sebab-sebab lain yang bersifat politis?
Bayangkan saja, hampir dua puluh tahun yang lalu, menyikapi perubahan status Amerika dari lintah darat menjadi korban lintah darat akibat kebijakan pemerintahan Reagen. Peter F. Drucker, seorang pionir dan pakar manajemen Amerika yang paling terkemuka (ia meninggal pada 11 November 2005 dalam usia 95 tahun) telah menjelaskan resiko yang dihadapi bangsa Amerika,
“Defisit tahunan akan terus meningkatkan jumlah utang pemerintah Amerika. Ditambah dengan bunga yang harus dibayar oleh anggaran pemerintah, defisit ini selanjutnya akan terus meningkat. Cepat atau lambat, hal ini akhirnya akan memengaruhi tingkat kepercayaan orang-orang asing terhadap Amerika dan dollar Amerika: sebagian pejabat pemerintah memperkirakan hal ini praktis akan terjadi tidak akan lama lagi. Kemudian orang-orang asing akan berhenti memberikan pinjaman kepada pemerintah Amerika. Bahkan, mereka mencoba memindahkan dollar yang mereka miliki ke mata uang asing lainnya. Hasil dari ‘lari dari dollar’ akan membuat nilai tukar dollar jatuh. Ia juga menciptakan kemacetan kredit yang ekstrim, kalau bukan suatu ‘krisis likuiditas (ketersediaan keuangan),’ di Amerika. Pertanyaannya adalah apakah hasilnya akan berupa depresi yang bersifat deflasioner di Amerika, merebaknya inflasi baru yang sangat parah, atau, penyakit yang paling menakutkan berupa stagflasi, yaitu, kombinasi antara ekonomi yang mengkerut, dan mata uang yang mengalami inflasi…”[3]
Pada tahun 1991, Kenichi Ohmae, seorang pakar manajemen asal Jepang yang paling terkemuka telah mengatakan,
“Dengan begitu banyak dollar di tangan negara lain, apakah Amerika Serikat rentan seandainya keadaan mendorong para investor ini untuk melepaskan dollar mereka? Jika ekonomi Amerika benar-benar menjadi buruk, semua uang tersebut akan terbang – uang Amerika juga. Ketika ekonomi berbasis minyak dari Houston mengalami penurunan tajam beberapa tahun yang lalu, bukan hanya orang asing yang menarik diri. Orang Amerika juga melakukan hal yang sama, dan juga sama cepatnya. Uang adalah uang. Uang adalah hal yang paling rasional. Modal asing berada di Amerika Serikat karena negara ini menarik bagi modal. Jika keadaannya tidak menarik lagi, modal akan bergegas pergi. Ya, itu akan menjadi masa yang buruk bagi Amerika Serikat…”[4]
Kemudian sejak tahun 2000 peringatan-peringatan itu semakin intensif, yang menunjukkan semakin kritisnya situasi Amerika. Pada 20 Desember 2000, Komisi Defisit Perdagangan Amerika menyatakan, “Defisit perdagangan ini bukan hanya tidak mungkin terus berkelanjutan, tetapi juga membawa bahaya yang sangat besar bagi negara dan standar kehidupan warganya.”[5] Prof. Dr. Lester Thurow dari Institut Teknologi Massachusset mengatakan, “Tak ada satu negara pun dapat menanggung defisit perdagangan yang besar selamanya.”[6]
Pada 30 April 2001, Dr. Lawrence Lindsey, seorang Penasehat Ekonomi Gedung Putih mengatakan, “Kita berada pada wilayah yang tak berambu-rambu – tidak ada pendahulunya – tidak dapat diteruskan – sesuatu harus dikorbankan.”[7]
Pada Juli 2001 Paul Volcker, mantan Gubernur Bank Sentral Amerika, mengatakan pada dengar pendapat di Komite Perbankan Senat perihal resiko dari meningkatnya defisit neraca pembayaran, “Kita adalah negara pengutang dengan tabungan nol, dan menyerap tabungan negara lain dalam jumlah yang sangat besar. Defisit perdagangan yang besar dan terus bertambah ini merupakan petanda ketidakseimbangan dalam perekonomian nasional dan ekonomi dunia yang tidak dapat berlanjut.”[8]
Pada 24 Agustus 2004 Robert B. Gordon, Sc.D., satu dari sedikit ekonom senior Amerika yang memahami “Prinsip Gelombang Elliot,” sebuah teori yang dapat menerangkan fenomena psikologi para pialang di pasar saham, mengatakan, “Jadi, nampaknya dari keadaan pasar (saham) saat ini yang sedang melemah, ekonomi Amerika dan Eropa secara perlahan-lahan akan tergelincir kepada apa yang akhirnya akan dikenal sebagai Depresi Besar 2.”[9]
Alan Greenspan, Gubernur Bank Sentral Amerika, mengatakan, “Kita tidak dapat bergantung kepada modal asing, yaitu, defisit transaksi berjalan, untuk mengimbangi tingkat tabungan domestik yang rendah selamanya.”[10]
Pada 3 Oktober 2004, Lawrence Summers, mantan Menteri Keuangan pada Pemerintahan Presiden Clinton, kini Rektor Universitas Harvard, dalam kuliah umum di universitas tersebut mengatakan bahwa defisit neraca transaksi berjalan Amerika dapat menghentikan perekonomian global secara mendadak. Resiko tersebut semakin bertambah besar dengan semakin tidak seimbangnya perekonomian Amerika (semakin membengkaknya defisit perdagangan).[11]
Pada 22 November 2004, Paul Krugman, ekonom kondang di Universitas Columbia, telah mengatakan bahwa kehancuran ekonomi Amerika hanyalah soal waktu saja, seraya menjuluki Amerika sebagai “Republik Pisang,”[12] sebagai sindiran kepada negerinya yang kini telah anjlok martabatnya. Sebagaimana diketahui, julukan ini pada mulanya diberikan kepada negara-negara Amerika Latin yang mengandalkan pendapatannya dari mengekspor buah pisang serta produk-produk yang sangat jauh dari sentuhan teknologi canggih.
Pada bukunya “Runtuhnya Kapitalisme” (terjemahan) yang terbit pada 2005, Harry Shutt menulis, “…adanya kesepakatan pendapat secara umum bahwa ada berbagai kesamaan antara krisis keuangan yang terjadi di tahun 1929 setelah pasar modal Wall Street runtuh, dengan krisis yang terjadi pada saat ini.”[13]
Pada 23 Januari 2005, Jas Jain, salah seorang analis ekonomi terkemuka telah menulis, “Depresi yang lebih Besar (Greater Depression) adalah tak terhindarkan. Semakin tinggi kita mendaki tangga utang, semakin dalam ekonomi Amerika akan jatuh selama Depresi yang lebih Besar yang akan datang. [14]
Pada Maret 2005, Stephen Roach, seorang kepala ahli ekonomi pada lembaga keuangan Morgan Stanley di Boston mengatakan, bahwa ia percaya peluangnya adalah 90% (yang menunjukkan sudah sangat dekat kepada kepastian!) bahwa utang yang gila-gilaan ini pada akhirnya akan membawa pada kehancuran ekonomi![15]
Pada Juni 2005, Paul Volcker, mantan Gubernur Bank Sentral Amerika, kembali mengingatkan bahwa ia tidak melihat bagaimana Amerika akan terus berutang dan mengkonsumsi sementara membiarkan negara-negara lain yang melakukan proses produksi. Ia berkata, “Ini adalah sebuah resep untuk kekacauan ekonomi Amerika – sangat mungkin terjadinya krisis.”[16]
Pada 24 September 2005, Alan Greenspan, Gubernur Bank Sentral Amerika, mengungkapkan kepada sejawatnya Thierry Breton, Menteri Keuangan Perancis, bahwa Amerika Serikat telah kehilangan kendali atas defisit anggarannya. Selanjutnya Breton berkata, “Situasi yang menciptakan tekanan saat ini pada pasar uang adalah jelas defisit Amerika.” Ia juga mengungkapkan, “Nampak bagi saya bahwa sejawat saya John Snow (Menteri Keuangan Amerika, red) sepenuhnya sadar akan hal ini, ia ingin mengatasi masalah ini, tetapi nampaknya ia tidak memunyai ruang yang cukup untuk bermanuver.”[17]
Kutipan-kutipan di atas berasal dari tokoh-tokoh yang kredibilitasnya sudah sangat dikenal oleh publik Amerika dan dunia pada umumnya, sehingga kami anggap telah mewakili pandangan para pakar yang kompeten di bidang ini. Kami tidak memasukkan analisis dari individu-individu lainnya yang serupa nadanya, dan jumlahnya sangat banyak.
Dikutip dari Buku : Menanti kehancuran Amerika dan Eropa
Posted by Admin at 5:44 AM 0 comments
Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook Share to Google Buzz
Krisis Ekonomi Dunia kembali..!!!
Ada sedikit info mengenai IMF. Tulisan Chris Harman tahun 2000 yang telah dialih bahasa.
Sumber (M.Word)

Apakah itu IMF?
IMF, bersama dengan Bank Dunia, ditubuhkan pada tahun 1944 untuk memajukan pasaran bebas dan mengelolakan ekonomi global untuk kepentingan-kepentingan negara-negara terkaya, terutamanya Amerika Syarikat. Negara-negara mempunyai hak mengundi di IMF berdasarkan saiz ekonomi mereka, bukannya mengikut keperluan rakyat mereka. Amerika Syarikat, dengan 5 peratus daripada penduduk dunia, mempunyai 17 peratus daripada hak mengundi di IMF. Negara-negara perindustrian terbesar, G7, mempunyai 45 peratus daripada hak mengundi – dan dengan itu dapat meluluskan polisi-polisi yang mereka menginginkan.

Apakah itu Bank Dunia?
Bank Dunia memberikan pinjaman bagi projek-projek infrastruktur besar seperti jalanraya, empangan dan stesen tenaga. Sejak awal tahun 1980-an, bank itu telah membuat pinhaman Pengubahsuaian Struktur bersama dengan IMF. IMF dan Bank Dunia mendapat lebih banyak daripada kadar faedah daripada yang mereka meminjamkan.

Kebanyakan pinjaman pada masa ini hanyalah untuk menbayar faedah bagi pinjaman yang lalu. Di antara tahun 1980 dan 1992, Bank Dunia dan IMF mendapat pembayaran faedah dari ‘negara-negara membangun’ sebanyak AS$771.3 bilion. Lebih-lebih lagi, mereka menerima AS$891 juta bagi pembayaran semula bagi pinjaman asal (perangkaan Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu).

Dalam pada itu, negara-negara termiskin membayar tiga kali lebih banyak daripada hutang mereka pada tahun 1980 – dan mendapati diri mereka dalam keadaan berhutang yang lebih teruk selepas itu.

Seperti Barton Briggs, pengarah bagi firma kewangan Morgan Stanley, mengatakan, “Dua ratus juta orang rakyat Amerika Latin sedang berpeluh di bawah matahari terik selama dekad yang akan datang supaya Citicorp dapat meningkatkan dividennya dua kali setahun.”


Adakah polisi-polisi IMF membantu pertumbuhan ekonomi?
Satu kajian di 76 negara yang menggunakan Rancangan-rancangan Pengubahsuaian Struktur mendapati bahawa hanya empat daripada negara itu telah melihat pembaikan dalam ekonomi mereka secara berterusan.

Di Amerika Latin, kos membayar hutang pada tahun 1980-an memakan satu pertiga daripada penerimaan eksport. Namun, pada hujung dekad itu, kebanyakan negara mempunyai hutang yang lebih besar daripada pada permulaan dekad itu. Empat puluh juta orang lagi, iaitu 20 peratus daripada rakyat, kini telah jatuh ke bawah tahap kemiskinan.


Bagaimana pula dengan bantuan perhutangan yang dijanjikan?
“Bantuan perhutangan adalah jalannya.” Itulah yang dilaporkan oleh media massa dunia selepas mesyuarat kumpulan negara-negara perindustrian G8 pada bulan Jun 1999.

Kumpulan G8 sememangnya menjanjikan bantuan perhutangan. Mereka membalas kempen menentang perhutangan yang besar, yang melibatkan pertubuhan-pertubuhan seperti Jubilee 2000. Di Britain, Menteri Kewangan, Gordon Brown, dilayani sebagai wira kerana kononnya mengetahui seruan bantuan perhutangan itu. Malah, Jubilee 2000 mengucapkan taniah kepada G8 kerana janji mereka.

Tetapi bantuan perhutangan hanya dihulurkan kepada beberapa negara. Untuk melayakkan diri, mereka perlu menerima syarat-syarat IMF/Bank Dunia. Ini sudah cukup membinasakan. Tetapi 12 bulan kemudian, tidak satu daripada negara-negara itu melihat satu sen pun dikurangkan daripada hutang mereka. Zie Arlyo dari Rangkaian Hutang Uganda mengumumkan, “Ilham bantuan perhutangan sedang menjadi salah satu skandal abad ke-21. Bantuan perhutangan adalah penipuan besar.”


Eksperimen yang gagal di Timur
Ketua-ketua IMF melihat peluang terbesar mereka untuk menekan hasrat mereka ke atas ekonomi dunia dengan penumbangan rejim-rejim lama di Eropah Timur pada tahun 1989-1991. Tentangan-tentangan demokratik yang bangkit di negara-negara tersebut bertungkus-lumus mencari jalan keluar dari tarak kehidupan yang melarat dan keadaan yang membinasakan.

Sementara itu, kebanyakan ahli-ahli politik dan pihak majikan menyedari keperluan memupuk polisi-polisi baru jika mereka ingin terus memegang keistimewaan-keistimewaan mereka. Mereka semua melayani wakil-wakil IMF/Bank Dunia dan ahli-ahli ekonomi neo-liberal sebagai nabi-nabi yang datang untuk menyelamatkan mereka.

Reformasi ‘layanan kejutan’ ala IMF diperkenalkan di seluruh Eropah Timur, di Rusia dan di kebanyakan bekas republik Soviet. Media massa Barat melaungkan bahawa kita akan melihat ‘keajaiban ekonomi.’ Tetapi ini tidak berlaku.

Pengeluaran jatuh hampir di setiap negara. Di Rusia, negara terebsar yang mencuba eksperimen neo-liberal, pengeluaran jatuh sebanyak separuh. Perkara yang serupa berlaku di Ukraine, di Bulgaria, di Romania, di Albania dan Georgia, di Armenia dan di Azerbaijan. Bukan sahaja industri yang mengalami kesengsaraan. Begitulah juga dengan bidang pertanian. Pengeluaran makanan jatuh sebanyak satu perlima di Rusia dan 24 peratus di Ukraine.


Haiti
IMF dan Bank Dunia telah:
Menghalang kerajaan daripada meningkatkan gaji minimum.
Memaksa penswastaan syarikat-syarikat awam yang membiayai perkhidmatan-perkhidmatan awam.
Memaksa Haiti memotong separuh perkhidmatan kerajaan.


Ecuador
Pembayaran hutang Ekuador telah memakan lebih daripada separuh belanjawan kerajaan Ekuador pada tahun 2000. Pada tahun 1999, pembayaran hutang dari Ekuador ditafsirkan sebagai sebanyak AS$3 setiap minggu dari setiap penduduk di negara itu. Namun, hampir separuh daripada penduduk Ekuador hidup dengan kurang daripada AS$2 seminggu.


Tidak ada apa-apa yang percuma – persenjataan dan ‘bantuan’.
Pemimpin-pemimpin negara-negara perindustrian maju mengheboh-hebohkan ‘bantuan’ yang kononnya dihulurkan kepada negara-negara membangun. Apa yang mereka menyembunyikan adalah bahawa bantuan uni tidak percuma.

IMF dan Bank Dunia menetapkan syarat-syarat yang merangkumi potongan perkhidmatan awam dan penswastaan. Kerajaan-kerajaan yang menghulurkan bantuan juga mendesak keperluan ‘bantuan yang diikat.’ Mereka hanya meninjamkan duit jika negara-negara miskin berjanji membeli barangan dan perkhidmatan sebagai pengganti.

Salah satu kes terkenal adalah empangan Pergau di Malaysia, di mana kerajaan Thatcher di Britain memberikan ‘bantuan’ sebanyak £234 juta [RM1,287 juta]. Ini akhirnya memasuki tangan dua perusahaan multinasional Britain – Balfour Beatty dan Cementation (yang mengupah anak Thatcher sebagai ‘penasihat’).

Satu lagi contoh adalah rancangan empangan Ilisu di Turki. Ia dirancang untuk dibina di atas tapak arkeologi yang penting, akan menghalau 25,000 rakyat Kurd dari rumah mereka, dan akan mengancam bekalan air bagi negara-negara jiran, Syria dan Iraq. Setakat ini, ia telah diberikan sokongan padu oleh kerajaan Parti Buruh Baru di Britain.

Kemungkinan ‘bantuan’ juga berkaitan dengan eksport persenjataan ke negara-negara Dunia Ketiga. ‘Bantuan’ kerajaan Britain bagi empangan Pergau di Malaysia diikat kepada perjanjian sulit dengan kerajaan Malaysia untuk membeli persenjataan sebanyak £1,000 juta [RM5,500 juta] dari firma-firma Britain.


Siapakah yang menguruskan semua ini?
Di sebalik Bank Dunia dan IMF adakah kaum kaya dan pemerintah-pemerintah. Majalah Forbes menerbitkan senarai jutawan dunia pada musim panas tahun 2000. Ia mengatakan bahawa:
Terdapat 17 orang baru yang memiliki hart bernilai berbilion-bilion dolar. Jumlah keseluruhan kini berada pada 482 orang.
Yang paling kaya di antara mereka memiliki harta bernilai AS$1.1 trilion. Tiga daripada mereka yang paling kaya mempunyai kekayaan yang sama dengan 48 negara termiskin.

Kekayaan individu-individu ini bergantung kepada perusahaan-perusahaan multnasional gergasi mereka. Lebih kurang 200 perusahaan, diusahakan oleh lebih kurang 15,000 orang kaya, mempunyai hasil yang sama banyak dengan satu perempat daripada hasil sedunia. Perusahaan-perusahaan ini lebih besar daripada kebanyakan negara. Lima perusahaan yang paling besar, diusahakan oleh lebih kurang 40 orang, mempunyai hasil pengeluaran yang lebih besar daripada Timur Tengah dan Afrika bergabung, dan dua kali ganda seluruh Asia Selatan. Individu-individu ini membuat pilihan global mengenai apa yang dihasilkan, siapa yang mempunyai pekerjaan, ke mana duit mengalir dan siapa yang hidup dalam kemiskinan.

--

Rene Suhardono Canoneo
Menjadikan Karir sebagai Passion

Edisi 658 | 27 Okt 2008 | Cetak Artikel Ini

Salam Perspektif Baru,

Selamat bertemu lagi para pembaca Perspektif Baru di seluruh Tanah Air. Kita melakukan wawancara ini sekali seminggu sejak tahun 1995 dengan topik yang menarik dan kadang-kadang khusus. Topik hari ini barangkali belum pernah kita bicarakan yaitu mengenai karir dan tamu kita adalah Rene Suhardono Canoneo. Dia berkarir sebagai executive recruiter dan konsultan karir yang membantu orang lain dalam karirnya.

Rene Suhardono Canoneo mengatakan karir berbeda dengan pekerjaan. Karir adalah punya kita. Kita bisa dipecat dari perusahaan tapi kita tidak pernah bisa dipecat dari karir. Karir kita sebagaimana kita melihat karir itu sendiri. Karir itu justru mulainya dari dalam diri, yang disebut passion (panggilan hati – Red). Passion yang bisa menggerakkan kita untuk melakukan apa pun yang kita mau. Cari tempat yang sesuai dengan passion kita. Jangan membiarkan diri ada di satu tempat dengan setengah hati karena kita tidak bisa maksimal juga di situ.

Menurut Rene, jangan menyerah dalam mencari passion karena suatu saat itu akan muncul. Guna dapat menemukan passion bisa dimulai dengan hal dasar, seperti bertanya pada diri sendiri mengenai apa sih pekerjaan yang kalau dikerjakan membuat hati saya senang? Dalam hal ini dia merekomendasikan untuk kerjakan apa yang Anda cintai, cintai yang Anda kerjakan, kemudian tunjukkan siapa diri Anda.

Saat ini karir Anda adalah justru membantu orang dalam karirnya. Bagaimana kira-kira cara kerja Anda?



Saya cuma mempunyai dua passion. Pertama, makanan dan yang kedua orang. Jadi aspirasinya adalah untuk membuat orang melihat bahwa ada option (pilihan), yaitu option dalam karir dan hidup.



Sekarang kita lihat secara lebih spesifik. Apa yang disebut karir dan apa saja levelnya?



Karir bagi semua orang di setiap level berbeda-beda. Kalau saya bicara karir, orang selalu menyamakan dengan pekerjaan.



Apa sebetulnya perbedaan karir dengan job (pekerjaan)?



Bagi saya berbeda sekali. Job is something that you got from your company (Pekerjaan adalah segala sesuatu yang kita dapat dari perusahaan - Red). Jadi seperti meja yang menjadi bagian dari pekerjaan kita adalah milik perusahaan, tapi karir adalah punya kita. Kita bisa dipecat dari perusahaan tapi kita tidak pernah bisa dipecat dari karir. Karir kita sebagaimana kita melihat karir itu sendiri. Kalau sekarang saya mau menjadi musisi kemudian tahun depan mau menjadi komentator bola maka itu adalah pilihan karir yang saya buat. Kebanyakan dari kita justru menyusun karir sesuai dengan yang dapat mereka lakukan atau ketrampilan (skill) mereka. Kalau orang tuanya mengatakan bila sudah menjadi arsitek maka sampai pensiun bahkan meninggal tetap menjadi arsitek. Saya sangat tidak setuju dengan pandangan tersebut karena karir itu justru mulainya dari dalam diri, yang saya sebut passion (panggilan hati – Red). Passion yang bisa menggerakkan kita untuk melakukan apa pun yang kita mau.



Sejauh mana orang bisa mengikuti cara berpikir yang bagus tersebut kalau perusahaannya tidak selalu memberi tempat pada passion orang?



Seandainya perusahaan tidak bisa menampung passion Anda maka itu artinya it’s time for you to think about your career and move out (Kini saatnya Anda untuk memikirkan karir Anda dan pindah – Red). Cari tempat yang sesuai dengan karir dan passion kita. Jangan membiarkan diri ada di satu tempat dengan setengah hati karena kita tidak bisa maksimal juga di situ. Apalagi kalau bosnya menyebalkan maka langsung saja pindah.



Jadi kalau orang tidak pindah barangkali karena bosnya menyenangkan



Bisa jadi.



Sebetulnya tidak mudah untuk mendapatkan pekerjaan atau dengan perkataan lain lapangan kerja itu susah. Banyak sekali orang lulus pendidikan sarjana strata satu (S1) dan S2 tidak mendapatkan pekerjaan. Bagaimana kita merekonsiliasi kesulitan lapangan kerja itu dengan keinginan untuk mempertahankan passion kita?



Kalau saya selalu mengatakan great money always follow great works dan great works akan selalu datang dari passion. Saya banyak melihat contoh dari orang-orang yang sudah saya temui, yang sudah saya wawancara. Uang itu adalah tujuan jangka pendek dan saya meyakini bahwa ada yang punya kepentingan yaitu yang menciptakan kita bahwa kita akan selalu bisa memenuhi kebutuhan, tapi kita sendiri yang salah kaprah antara kebutuhan dan keinginan. Kalau memang sudah menentukan dan mengetahui passion kita pada satu hal tertentu, maka embrace your passion. Saya punya satu cerita, ada seorang akuntan tidak pernah bahagia dengan pekerjaannya tapi dia sudah memiliki pendidikan S2. Ternyata passion dia adalah fotografi. Pada saat dia melakukan transisi dari akuntan menjadi fotografer bukan suatu hal yang mudah. Pada lima tahun pertama merupakan sebuah perjuangan. Jadi berat sekali buat dia tapi setelah lima tahun dilalui, saya salut sekali sama dia. Mungkin dia bukan orang memiliki materi yang paling berlebihan yang saya tahu, tapi dia salah satu orang yang paling bahagia yang saya tahu.



Bagaimana cara kita mengembangkan diri dalam karir supaya bisa dilirik oleh employer atau orang yang support kita?



Sebelum kita dilirik, lebih baik kita menikmati dulu apa yang kita lakukan. Pada saat kita benar-benar menikmati, saat kita benar-benar menggeluti hasrat kita maka orang tidak bisa untuk tidak melirik kita. Kalau kita jalan di pasar dan ada satu orang yang ogah-ogahan menawarkan jualannya, sedangkan ada satu lagi yang matanya saja sudah berbinar. Tentu yang terakhir yang menarik perhatian kita. Yang namanya ketertarikan maka akan menarik perhatian orang lain. Jadi tidak usah dipikirkan bagaimana saya dilirik. Sama saja dengan bagaimana kita bisa dapat jodoh maka kita tidak harus pasang di biro jodoh. Yang saya rekomendasikan adalah do what you love, love what you do, and then show who you are. (Kerjakan apa yang Anda cintai, cintai yang Anda kerjakan, kemudian tunjukkan siapa diri Anda)



Jadi bukan dari kemampuan tapi dari keinginan dan kesukaan. Tapi bagaimana Anda bisa meyakinkan pembaca bahwa mengikuti karir sebagai panggilan hati (passion) adalah cara yang tidak kontra produktif karena ada kekhawatiran orang asyik sendiri sehingga malah jadi tidak bisa hidup? Apa contoh-contoh kalau kita bisa mengikuti panggilan hati tetap bisa maju dalam pekerjaan?



Nomor satu yang selalu saya katakan kepada mereka adalah yakini betul bahwa pekerjaan ini adalah passion dia. Kalau memang bukan, mulailah cari dari sekarang. Saya sendiri butuh waktu sembilan tahun untuk mengetahui passion saya yang akhirnya diketahui hanya dua hal tadi yaitu makanan dan orang. Yang penting jangan pernah berhenti mencari passion.



Apakah ada batas umur untuk mengetahui passion kita? Bagaimana dengan orang seperti saya sudah berumur 62 tahun?



Tentu tidak ada batasan umur. Partner saya berumur 63 tahun, dan dia mempunyai passion menjadi penulis. Yang dilakukannya sekarang adalah melakukan yang diperlukannya untuk menjadi penulis, and I think he would make it.



Nah, Anda mempunyai pengalaman dan hubungan darah dengan Fillipina serta Indonesia. Apakah ada ciri-ciri kultural atau etnis yang membedakan Indonesia dengan budaya lain dari segi komitmen kepada passion?



Mungkin ini bukan kritik tapi pandangan saya yang mudah-mudahan salah. Kita diajarkan terlalu normatif. Jadi kalau ditanya bagaimana pekerjaannya, pasti komentarnya adalah cukup atau okay (baik). Tapi kita tidak biasa untuk benar-benar memberikan feedback apa adanya. Kepedulian itu besar sekali kaitannya dengan attributes. Misalnya saya Rene Suhardono Canoneo memiliki jabatan vice president, maka akan selalu ditanyakan mengenai seperti apa jenis mobil yang dimiliki, tahun berapa mobilnya, dimana banknya. Nah, atribut-atribut seperti itu membuat kita tidak lagi dinilai dari dalam tapi oleh sekitar kita, dan ujung-ujungnya kalau saya lihat menjadi palsu. Kalau orang sudah begitu maka untuk keluar dari hal tersebut agak susah. Nah jangan sampai kita keterusan, kebablasan terhadap hal seperti itu. Normatif itu bagus dalam arti menjaga kesantunan. Namun dalam menjadikan diri, memberikan opini dan melakoni hidup, kita tidak selamanya harus normatif. Kita harus mengambil risiko untuk melakukan kesalahan dan belajar dari kesalahan itu serta menikmatinya.





Sometime to be save you have to take a risk.



Absolutely



Yang saya senang bahwa ada masa-masa yang berbeda dalam hidup kita. Jadi kalau kita memiliki passion dan saat ini teman kita tidak mempunyai passion maka jangan menilai dia itu inferior, barangkali belum saatnya karena dulu saya juga tidak mempunyai confidence. Lalu, bagaimana dengan jalan karir Anda pribadi?



Saya beruntung dibesarkan di keluarga yang sangat liberal. Jadi benar-benar dibebaskan apa keinginan saya. Mungkin saya lebih parah dari Anda. I had no confidence what so ever, apalagi kalau sama lawan jenis. Kalau dilihat matanya saja sudah langsung menunduk. Jadi banyak pilihan-pilihan dalam hidup saya ditentukan oleh ketidaksengajaan yang akhirnya malah membantu saya ada di tempat sekarang ini. Saya pernah ada di satu bidang pekerjaan yang saya tidak suka sama sekali, yaitu di lembaga pemerintah. Saya mengerjakan itu selama tiga tahun. Saya depresi berat saat itu karena ternyata ideliasme saya untuk memperbaiki negara tidak bisa diaktualisasikan secara tepat. Sampai saya bertanya pada diri sendiri, apa sih yang membuat saya bergerak demikian?



Kalau kita itu hidup dalam satu kotak, maka salah kita sendiri. Nah, apa yang membuat Anda akhirnya bisa keluar dari kungkungan kotak itu?



Waktu itu saya memiliki banyak sekali pertimbangan. Uang adalah pertimbangan yang paling besar karena baru memulai keluarga, baru mempunyai anak. Tampaknya yang disebut comfort zone itu menjamin sekali. Sampai pada satu titik dimana saya benar-benar tidak bisa tahan dan akhirnya mengajukan pengunduran diri dari lembaga pemerintah tanpa memiliki pekerjaan lain dulu. Akhirnya saya benar-benar memulai dari dasar dengan bertanya pada diri sendiri, what really matters to you. Saya coba mengingat hari-hari pertama saya jatuh cinta sama istri dan itu saya coba kaitkan ke pekerjaan. Apa sih pekerjaan yang kalau dikerjakan membuat hati saya senang? Ujung-ujungnya cuma ada dua yaitu apapun yang ada kaitannya dengan manusia dan makanan karena saya suka makan. Akhirnya, saya membuat restoran untuk passion terkait makanan. Ada beberapa restoran, salah satunya bernama Segarra (www.segarrajakarta.com), yang berada di pinggir Pantai Ancol, Jakarta Utara. Restoran itu menyajikan makanan internasional.



Ok, itu adalah yang terkait makanan. Bagaimana dengan passion yang terkait orang (people business)?



Untuk people business adalah Amrop Hever Indonesia. Kami membantu perusahaan mencari orang yang tepat bagi mereka. Istilahnya, executive recruiter atau pemburu pekerja eksekutif.



Apakah Anda bekerja untuk orang yang mencari pekerjaan atau perusahaan yang mencari orang?



Perusahaan yang mencari orang.



Apakah dimulai dengan availability orang tersebut?



Oh, saya tidak peduli dia sedang available atau tidak. Saya tidak mencari orang yang sedang mencari kerja, tapi saya mencari orang yang passionate. Mungkin dia sedang mencari kerja, mungkin dia sudah ada pekerjaan. Kalau sedang ada pekerjaan, saya cuma menggoda dia untuk menanyakan kira-kira kalau ada kesempatan apakah mau pindah. Saya mulai dengan menawarkan apakah bisa mengobrol terlebih dulu dengan saya.



Dalam hal ini orang yang bekerja dengan orang lain, people who are in the people business, sangat banyak seperti bisa menjadi guru, konsultan, dan counselor. Lalu, mengapa memilih executive recruiter?



Executive recruitment hanya salah satu aktivitas yang dikerjakan secara formal yang bikin dapur ngebul, tapi juga ada hal-hal lain seperti memberikan coaching soal karir.



Apakah dalam hal itu Anda bekerja sebagai konsultan pribadi?



Tidak sebagai pribadi, tapi lebih ke massa. Jadi saya menulis dan sebagainya.



Yang paling penting barangkali untuk saya tanya, kalau seseorang merasa bahwa dia mempunyai passion melebihi pekerjaannya, apa hal konkrit yang harus dia kerjakan?



Kesatu, yakini dulu bahwa memang itu passion dia dan bukan sekadar hobi. Kedua, harus membuat perencanaan untuk satu tahun, tiga tahun, lima tahun ke depan. Yang paling sulit adalah ketiga, melakukannya. Kalau memang betul perusahaan tidak bisa mengakomodasi, maka kini saatnya Anda pindah. Tinggalkan semua atribut, tinggalkan semua comfort zone. There’s always risk.



Dari segi pekerjaan Anda, apakah setiap bulan Anda bisa berhasil merekrut seseorang? Apakah ada cukup orang di dunia ini terutama di Indonesia?



Sangat cukup dan tambah bangga deh dengan teman-teman profesional kita.



Apakah ada sektor spesifik yang Anda lebih fokus?



Ada empat sektor yang saat ini sedang marak, yaitu energi, infrastruktur, telekomunikasi dan jasa finansial. Jadi fokusnya lebih di sana.



Untuk orang dalam bidang-bidang yang tradisional, apakah ada orang seperti Anda juga atau memang mereka agak stagnant dalam job?



Stagnant dalam job itu pilihan masing-masing dan mereka tidak harus merasa seperti itu karena banyak sekali player seperti saya sebagai katalis. Kalau dia mau pindah ke pekerjaan lain tapi sekali lagi itu hanya pekerjaan bukan karir, maka sebaiknya mencari tahu passionnya. Kalau bisa mulai pekerjaan sendiri, mengapa tidak dan mengapa mesti takut.



Siapa saja klien Anda dan kira-kira darimana saja perusahaan tersebut berasal?



Kalau dari kuenya adalah 60% saat ini perusahaan multinational (asing), 30% perusahaan dalam negeri, 10% badan usaha milik negara (BUMN).



Apakah setiap bulannya ada perputaran?



Selalu ada.



Kalau ada economic downturn seperti sewaktu crash tahun 1996, juga beberapa resesi dan devaluasi, apakah itu mempengaruhi jumlah orang yang dicari oleh perusahaan?



Mempengaruhi jumlah orang yang dicari dan mempengaruhi jenis orang yang dicari karena pada saat krisis dibutuhkan karakter orang yang berbeda. Orang yang bisa “bersih-bersih”, yang selalu mempunyai keyakinan bahwa selalu ada harapan dibandingkan dengan yang yang senangnya lari kencang kemudian jatuh dan tidak bisa bangun.



Apakah Anda melakukan recruitment untuk pemerintah dan partai politik?



Tidak, BUMN saja kalau ada kaitannya dengan recruitment.



Terakhir, barangkali bisa disebutkan lagi nama perusahaan Anda dan bagaimana menghubungi Anda karena kami di Perspektif Baru tidak pernah menyembunyikan kemungkinan-kemungkinan kerjasama.



Mudah sekali kalau tertarik cari informasi lebih lanjut bisa ke Amrop Hever Indonesia: www.amropheverindonesia.com

--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan beri komentar