Segar banget

Segar banget
bangett

Selasa, 16 Agustus 2011

Lupakan Jurus-Jurus Itu !!!



by Made Teddy Artiana

Seorang guru tengah mengajari salah satu muridnya, yang tercerdas,sebuah jurus pamungkas. Yang jadi masalah, keadaan sama sekali tidak menguntungkan tiga orang musuh yang sakti tengah menunggu dengan tidak sabar. Pertarungan hidup mati sudah disiapkan. Keringat dingin mengalir di dahi keduanya. Jurus pertama..kedua..ketiga..hingga kelima, hingga tiba diakhir jurus kelima, sang guru bertanya, "Bagaimana ? Apakah kau ingat jurus-jurus itu tadi ?". Dengan mata terbelalak..dan wajah pucat muridnya menjawab,"Ttti..tidak". Diluar dugaan sang guru menjawab, "Bagus!! Lupakan saja.Sekarang bertarunglah!!" Mendengar seruan sang guru, ketiga musuh segera merangsek dengan gugup murid melawan sekenanya. Namun aneh, jurus-jurus yang diajarkan sang guru muncul begitu saja, mengalir, tidak persis sama dengan yang diajarkan oleh sang guru, tetapi memiliki jiwa yang sama. Dengan kata lain,jurus yang sama bekerja dengan cara berbeda oleh guru dan murid.

Anda benar. Adegan itu hanya sebuah film kungfu yang diangkat dari sebuah legenda Cina yang sarat dengan ajaran kebijakan. Moral ceritanya adalah Dalam mempelajari ilmu apapun termasuk ilmu kewiraswastaan membaca itu baik..menghafal itupun baik ..bahkan menciplak juga kadang menghasilkan tetapi yang utama dari semua itu adalah nikmati..rasakan..hingga meresap kebagian terdalam diri kita.. hingga menyatu dengan diri…hingga jurus-jurus itu beraksi…tidak sama dengan siapapun juga.

Jika Anda seorang profesional... nikmati pekerjaan Anda hingga kesumsum terdalam. Jika Anda seorang entrepreneur... rasakan kenikmatan perjalanan seorang entrepreneur jangan terlalu pedulikan ujung perjalanan itu entah kaya atau miskin, entah bangkrut atau jaya, apapun itu lakukan yang terbaik, buang semua beban.
Bergerak bebas mengalir, kadang searah air kadang berlawanan dengan aliran air.
Nikmati.
Hidup itu sungguh-sungguh indah.

What a wonderfull world ! what an abundant life !! What an exciting journey !!!

-

Dasar Padang Geblek !!!
by MTA (www.orang-bali.com)


Ketika pertama kali tulisan ini kutulis dan iseng kukirimkan ke teman-teman dekat, beberapa teman yang kebetulan orang padang mengernyitkan dahi. Bahkan ada seorang sahabat yang langsung menelponku, dan bertanya lugas.."Heh Bali, maksudmu apa ?".Ha..ha..ha..kontan aku tertawa..cobalah baca dulu kawan, ajakku. Merekapun menurutinya.

Dulu, kira-kira sepuluh tahun yang lalu, ketika masih berstatus mahasiswa, sekaligus anak kos di Depok sana. Dengan modal cita-cita setinggi langit, meskipun tanpa didukung dengan keadaan keuangan yang mencukupi, kami bertahan. Cerita nonfiksi meskipun terdengar agak klise tentang perjuangan seorang mahasiswa.
Tersebutlah sebuah rumah makan padang yang sederhana dan seorang Uda (sebutan kakak untuk saudara-saudara kita yang berasal dari Padang) yang menempati tempat unik pada keseluruhan kisah perjuangan kami. Rumah makan padang itu menjadi langganan kami, untuk mengisi kampung tengah alias perut ketika cacing-cacing mulai memanggil. Hampir setiap hari kami nongkrong disana. Nama rumah makannya, tidak sempat untuk diingat, apalagi nama Sang Uda. Tetapi jika disuruh mengingat wajah Si Uda, seratus persen aku sanggup. Ingatan akan wajahnya sedemikian kuat sehingga aku tak pernah kesulitan untuk melukiskannya. Nah berhubung nama asli kedua tidak sempat kami ingat, kami memanggil keduanya dengan sebutan Geblek. Rumah makan itu sebagai "Padang Geblek" dan Si Uda dengan sebutan "Uda Geblek". Uniknya sebutan ini berasal dari senior-senior kami, bahkan konon yang pertama kali menamai sebutan itu adalah seorang senior yang kebetulan seorang berdarah Padang !

"Dari semua orang Padang, hanya dia yang Geblek", begitu seloroh yang sering muncul diantara kami. Anehnya ketika seloroh itu muncul, tidak ada ekspresi 'hina' diwajah mereka, malah tampak jelas rasa hormat yang dalam terhadap Si Uda Geblek. Dan satu lagi, ada sebuah percakapan yang unik yang selalu diulang-ulang. Percakapan ini dulu juga sempat terjadi padaku dan tentunya terjadi pada teman-teman baru yang belum mengetahuinya.

"Makan yok"
"Dimana ?"
"Di Padang Geblek"
"Apa ???"
"Iya..Padang Geblek.."
"Lho kok Geblek ? Nama rumah makan padangnya kok aneh"
"Iya nanti lu juga tahu kenapa Geblek, dari semua orang Padang, hanya dia yang Geblek"
"Mahal nggak ?"
"Nah itu dia Gebleknya…tenang aja"

Ketika pertama kali makan ditempat itu, dengan segeralah kita mengetahui mengapa sebutan Geblek diperuntukkan padanya. Si Uda tidak pernah akan segan, menambahkan nasi atau sayuran bahkan lauk pada pesanan kita.

"Nasi lagi ? Cowok masak segitu makannya"
"Ini ayam goreng kemaren malam, tapi masih bagus, mau ya ?"
"Nih Uda tambahkan daging cincangnya"
"Nih uda kasih rendang".

Itu sederetan kalimat favorite-nya, yang begitu sering kami dengan hingga hafal. Biasanya, mereka yang baru pertama kali kesana, akan membelalakkan mata, terkaget-kaget menyaksikan kegeblekan Si Uda,sambil menoleh kearah kami yang tersenyum-senyum geli. "Graaaatisssssss !!" seru kami sambil tertawa bersama. Itulah Kegeblekan Si Uda. Tak jarang kami menggeleng-gelengkan kepala jika mendengar pengalaman-pengalaman unik dari begitu banyak teman-teman yang mengalami ke-geblek-kan Si Uda. Uda…Uda…bagaimana bisa untung. Kaya ? Apalagi !!!

Tapi memang itulah yang dilakukan Uda Geblek. Aneh tapi nyata. Geblek, namun membawa berkah buat kami. Penasaran tentang filosofi hidupnya, setelah kenal dekat akupun memberanikan diri bertanya kepadanya.

"Begini..", jawabnya sambil tersenyum mengangguk-anggukan kepala,"Uda ini punya anak dirantau yang juga kuliah, kalau uda baik sama mahasiswa-mahasiswa, pasti anak-anak uda disana juga dibaikin sama orang-orang.Kalau kita kasih orang makan, pasti anak-anak uda tidak akan kekurangan makan. Doa-doa syukur orang yang kita tolong itulah yang jadi keuntungan buat kita. Apalagi orang tua uda mengajarkan kalau mau kaya jadilah Padang Bengkok, tapi kalau mau beruntung dalam hidup ini, kita tidak bisa jadi Padang Bengkok, kita harus lurus".

Betapa benarnya Si Uda Geblek, ternyata filosofi unik inilah yang membuat ia tidak saja mendapatkan keberuntungan hidup tetapi juga sebuah keuntungan bisnis yang tidak kecil. "Padang Geblek" menjadi sebuah brand yang sangat kuat dikalangan para mahasiswa waktu itu. Belum lagi slogan "Dari semua orang Padang, hanya dia yang Geblek !!", yang diciptakan oleh kami para mahasiswa menjadi sebuah slogan marketing yang unik dan ampuh. Saking ampuhnya slogan itu, hingga hampir siapapun yang mendengarnya akan tertarik untuk berkunjung ke rumah makannya. Bahkan lebih dari itu, kami-kami ini seolah bertindak sebagai sales marketing yang membentuk sebuah fansclub yang demikian loyal menyebarkan cerita-cerita kemurahan hati Si Uda Geblek. Itu semua terjadi tanpa rekayasa. Bukan Si Uda yang menciptakan semuanya, tidak ada ahli marketing yang disewa untuk menciptakan kondisi seperti itu, apalagi teori-teori rumit yang memusingkan kepala dan kantong tentunya. Singkatnya : tidak ada 'Orang Pintar' dibalik semuanya itu, yang ada hanyalah orang yang berdagang dengan 'Nuraninya' dan hidup bertutur bahwa orang-orang seperti inilah yang pasti mendapat dukungan dan keberuntungan dari Sang Pemilik Hidup, The Invicible Hands sumber segala rezeki dan keberuntungan.


Akhir kata…Terimakasih atas ke-Geblekan mu Uda. Entah apa yang terjadi pada kami-kami ini, jika Uda tidak geblek !!!.

--

80% Hoki, 20% Kerja Keras
80% Hoki, 20% Kerja Keras
By (MTA)Made Teddy Artiana


Hampir disetiap pertemuan dengan seseorang yang saya anggap telah sukses, selalu saja ada godaaan untuk melontarkan pertanyaan berikut. Tips nya apa nih Pak supaya sukses/kaya seperti Bapak ? hampir dapat dipastikan jawaban yang selalu saya terima adalah : bekerja keras. Sebagian orang tentu sependapat dengan saya, bahwa jawaban itu klise dan standard banget. Celakanya, walaupun berulang kali menerima jawaban yang itu-itu saja, rupanya saya tidak pernah kapok. Hingga suatu saat, dalam sebuah kesempatan aneh, saya berkesempatan untuk berbincang-bincang dengan seorang sahabat yang notabene ada pengusaha yang sangat sukses. Tetapi lucunya ketika pertanyaan yang sama saya lontarkan, agak mengejutkan juga ia menjawab dengan sangat berbeda. Menurut nya seorang yang berada pada golongan kaya, menengah atau miskin dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai berikut.

80% hoki, 20% kerja keras adalah ciri orang kaya
50% hoki, 50% kerja keras adalah ciri orang menengah
20% hoki, 80% kerja keras adalah ciri orang miskin

Jadi rumusan itu dapat diartikan begini, jika kerja keras Anda itu 80% tetapi hanya menghasilkan sedikit, itu berarti hoki(baca : keberuntungan) Anda hanyalah 20% dan Anda sudah pasti berada pada lapisan ‘orang miskin’. Nah jika, kerja dan hasil Anda sebading, dalam artian 50% kerja, 50% hoki, dapat dipastikan Anda berada pada lapisan kedua, alias kelas menengah. Hal yang sama berlaku pada lapisan teratas atau golongan orang kaya.

Pertama kali ketika mendengar formula itu saya pribadi spontan membantah nya. Kok bisa ? kira-kira begitu kata-kata pembuka yang saya gunakan. Apalagi jika mendengar kata ‘hoki’ serta merta pikiran saya terarah pada sesuatu yang bersifat ‘bawaan’ atau ‘anugerah’ atau ‘dari sononya’ alias nggak bisa dipaksain. Wong udah nggak hoki gitu loh…kira-kira demikian. Sedari dulu memang saya agak alergi dengan satu kata itu. Tetapi jujur saya tidak punya nyali untuk berdebat dengan ‘orang kaya raya’ yang sekarang duduk di depan hidung saya ini. Ngedumel dalam hati adalah pelampisan terbaik disaat-saat seperti ini. Namun syukurlah, menurut sahabat saya tersebut, hoki itu bisa diciptakan. Bisa direkayasa. Oh ya ? Sure ! Langkah pertama, ketahui dulu apa sih yang mengundang keberuntungan itu. Langkah kedua, berubah. Langkah ketiga, membiasakannya. Mendidik diri untuk terbiasa menerapkan hal itu hingga environment hoki itu terekam di alam bawah sadar kita dan pada saat diperlukan …jreeeeeeng!!!…otomatis nongol kepermukaan.

Sahabat saya itu kemudian memberikan contoh yang sangat sederhana. Naik sepeda. Waktu baru belajar, minta ampun susahnya, babak belur, benjut dan sebagainya itu sudah biasa. Pernah bertemu orang yang baru belajar naik sepeda yang tidak pernah jatuh ? Rasanya tidak pernah. Tetapi segalanya menjadi berbeda, ketika kita sudah menguasai sepeda itu. Kini pertanyaanya adalah pernah bertemu orang yang telah mahir bersepeda dan berpikir keras setiap ingin mengayuh pedal nya ? Jawabannya persis sama. Rasanya tidak pernah.

Demikianlah juga dengan kebiasaan-kebiasaan yang ‘berkuasa’ untuk mengundang hoki. Lagi-lagi menurut sahabat saya itu, ia menganjurkan untuk senantiasa berlatih hingga ketrampilan mengundang hoki itu sungguh-sungguh terekam dan menjadi kebiasaan yang mendarah daging di alam bawah sadar kita. Ditanggung kerja keras Anda tersisa hanya 20%, karena yang 80% sudah di handle oleh binatang bernama ‘hoki’.

Bicara soal hoki, tiba-tiba saja saya teringat sebuah quote milik Thomas Lanier Williams III atau yang lebih dikenal dengan nama Tennessee Williams. Penulis sandiwara kelas dunia yang sangat tersohor disekitar tahun 1930-1983 dan telah banyak menerima penghargaan. Beliau sempat sedikit berceloteh tentang hoki. “Luck is believing you're lucky.” Ini good news bagi saya. Karena menurut saya, kalimat ini dapat dijadikan starting point yang cukup bagus untuk mulai menarik hoki kepangkuan kita. Untuk mengundang hoki datang, sangat simple, yakni mempercayai bahwa kita beruntung.

Satu hal lagi, ijinkan saya sedikit mengutip sebuah kalimat dari seorang yang paling bijaksana yang pernah hidup didunia ini, Raja Solaiman, namanya Dalam sebuah syair beliau pernah menulis : “Percuma saja bekerja keras mencari nafkah, bangun pagi-pagi dan tidur larut malam; sebab TUHAN menyediakannya bagi mereka yang dikasihi-Nya, sementara mereka sedang tidur. “

Menggelitik memang. Apakah segalanya ini terlalu disederhanakan ? Ataukah memang demikian sederhana, hanya saja karena campur tangan kita ini, manusia-manusia yang sering menganggap dirinya begitu pandai, akhirnya malah merumitkan segala yang sesuatu.

Lepas dari itu semua, siapapun di dunia ini, termasuk sahabat saya itu, tentu bebas memformulasikan apapun yang dianggapnya resep ‘cespleng’ untuk sukses. Dan mereka sesuai dengan frekuensinya akan menarik realitanya masing-masing. Bagaimana dengan Anda ? Ingin coba resep sahabat saya ? Kalau boleh jujur saya pribadi tengah menerapkan formula hoki-hokian itu. Semoga dalam 90 hari kedepan saya telah merasakan hasilnya. Seperti kata pepatah wong londo...We never know, until we try. (***)

--

Thank’s Papa..Kau Sudah Berbuat Begitu Banyak
By Made Teddy Artiana


Kali pertama dalam hidupku merenungkan hal ini. Sama sekali tidak terpikirkan sebelumnya. Sederhana tetapi dalam. Biasa tetapi sarat dengan anugerah. Anehnya pewahyuan ini terkuak, karena berbagai peristiwa dan cerita yang datang beruntun bak pawai tujuh belasan. Hikmat dan kebijaksanaan memang sering berkunjung terbungkus baju tak sewajarnya.
Bermula ketika menghadiri sebuah pemakaman seorang suami sekaligus ayah, yang meninggalkan istrinya dan kedua anak yang masih kecil. Kemudian mendengarkan seseorang yang dianiaya oleh bapak kandung nya sendiri, hingga gendang telinganya pecah. Ini gila. Bapaknya penjudi dan main perempuan. Sampai-sampai menghamili tetangga sebelah rumah. Setelah itu beberapa hari kemudian menyaksikan orang lain, seorang lelaki muda dengan kepribadian tidak utuh, karena sampai sekarang tidak pernah tahu siapa ayah kandungnya. Lalu iseng mendengarkan curhat pembantu, yang sempat belasan tahun dititipkan oleh bapak ibunya pada saudara, hanya karena sebuah kepercayaan yang tidak masuk akal. Sampai kepada keluh kesah famili jauh yang ayahnya harus melarikan diri dari kejaran polisi, meninggalkan istrinya dipenjara dan tiga orang anak-anaknya, karena ia dan istrinya berjualan handphone selundupan. Kisah nyata ini ditutup oleh air mata istri tercinta yang kadang tumpah, karena memendam rindu kepada ayah tercinta yang telah meinggalkannya sejak ia kecil. Ditambah lagi keinginannya yang dalam untuk sekedar menikmati pelukan ayah tercinta. Sebenarnya rentetan ini tidak akan pernah tertutup, jika saja Anda semua bersedia menambahkan kisah lain dalam pawai karnaval bertema ‘ayah’ ini.
Anehnya semua itu membuat tiba-tiba saja aku merasa menjadi seorang yang paling beruntung didunia ini. Dalam hal memiliki ayah tentunya. Atas nama takdir, semua tragedi diatas tidak pernah aku alami. Bahkan sampai sekarang aku masih dapat merasakan kasih saya seorang papa. Tidak hanya itu, entah karena beruntung atau apapun namanya, aku memiliki seorang papa yang luar biasa. Ia sederhana, setia pada istrinya, rajin bekerja keras, mencintai anak-anaknya dan selalu saja siap mengorbankan apapun untuk keluarga. Tetapi kalau boleh jujur, walaupun malu untuk mengakuinya, tidak pernah terucap kata syukur ataupun terima kasih atas semuanya itu. Kepada Ilahi yang memberikan takdir manis untuk dijalani. Begitu juga kepada Sang Papa, yang telah bertarung sekian lama, melawan kemiskinan, godaan, bertarung habis-habisan untuk aku, kakak dan mama. Terlintas cerita-cerita ‘luar biasa’ tentang awal perjuangan papa ku. Masuk keluar pasar, berjalan kaki berkilometer jauhnya, ketika harus berjualan minyak kayu putih eceran, supaya kami dapat makan dengan layak. Belum lagi berjualan kaset bercampur baur diantara pedagang miskin, gembel dan preman disebuah pasar loak kecil, di Denpasar sana. Sebuah cerita agak tragis pernah kami alami. Waktu itu aku sudah duduk dikelas lima SD. Cukup besar untuk dapat mengingat. Rumah kami sekeluarga mengalami ancaman gusuran. Waktu itu papa, tanpa mengindahkan harga dirinya pergi menghadap mereka yang berwenang Mudah ditebak, ia pasti memelas meminta belas kasihan agar kami tidak digusur. Akan dikemanakan anak dan istrinya jika itu sungguh-sungguh terjadi. Untunglah TUHAN masih berpihak pada kami. Hati mereka, yang berwenang itu melembut dan kami diijinkan untuk tetap tinggal dirumah itu untuk waktu yang tak terbatas. Tetapi yang kuingat jelas dari kejadian itu adalah bekas air mata papaku yang masih membekas dipipi ketika pulang kerumah. Mungkin ia lupa menghapusnya.
Akhirnya perjuangan panjang berbuahkan hasil. Aku dan kakak ku berhasil mengeyam pendidikan perguruan tinggi dan berada pada tingkatan kehidupan yang baik hingga sekarang. Setelah umur ini mencapai 30 tahun baru aku sadari, itu semua karena mimpi seorang papaku. Entah apa jadinya jika papa puluhan tahun yang lalu,hanya karena kemiskinan, tidak berani bermimpi besar untuk anak-anaknya. Mimpi itulah yang agaknya membuat ia, dengan gagah berani bertarung di arena kehidupan. Meski tidak jarang harus babak belur dihajar oleh ujian nasib, aku bersyukur papa ku tidak pernah membuat sekalipun bendera putih dikibarkan. Ia memutuskan untuk berdiri hingga menang. Dan yang paling penting, ia mewariskan ‘keberanian untuk bermimpi’ kepada kami anak-anak papa, sehingga kami menjadi orang-orang yang selalu berani berharap untuk sesuatu yang luar biasa diluar sana. Terlepas dari kenyataan didepan hidung yang seolah-olah membuat itu mustahil.
Aku sadar sesadarnya. Seberapapun kerasnya mencoba, tidak akan pernah bisa membayar semua keringat, air mata bahkan darah yang sudah ditumpahkan papa untuk kehidupanku. Meskipun seandainya IA, Sang Pemilik Hidup ini, memberikan tambahan umur 100 tahun lagi. Membalas kebaikan papa, sama seperti menggarami lautan luas. Mustahil. Tetapi ada sebuah janji dihati ini, untuk bertarung selama nyawa masih membuat mata ini terbuka lebar. Selama TUHAN masih mempercayakan aku untuk hidup dibumi milik-NYA. Sebuah tekad untuk menjadi seorang papa yang terbaik bagi anak-anakku. Menjadi suami yang terbaik bagi istriku. Dan menjadi yang terbaik bagi orang lain. Paling tidak supaya perjuangan papaku tidak menguap sia-sia ditiup angin. Setidaknya ketika nama belakang keluarga disebutkan oleh siapapun, nama itu menebarkan bau harum.
Thank’s papa…walaupun tak pernah kau pinta, akhirnya aku menyadarinya. Kau sungguh sudah berbuat begitu banyak untuk aku, anakmu. Semoga TUHAN yang telah menganugrahkan kau padaku, selalu menjagamu setiap waktu. Dan semoga Dia juga yang telah mengirimkan aku pada mu, mampu membuat mu tersenyum bangga menjadi papaku. (***)
Diposkan oleh Semar Badranaya di 18:38 3 komentar Link ke posting ini
Selasa, 10 Juni 2008
80% Hoki, 20% Kerja Keras
80% Hoki, 20% Kerja Keras
By (MTA)Made Teddy Artiana


Hampir disetiap pertemuan dengan seseorang yang saya anggap telah sukses, selalu saja ada godaaan untuk melontarkan pertanyaan berikut. Tips nya apa nih Pak supaya sukses/kaya seperti Bapak ? hampir dapat dipastikan jawaban yang selalu saya terima adalah : bekerja keras. Sebagian orang tentu sependapat dengan saya, bahwa jawaban itu klise dan standard banget. Celakanya, walaupun berulang kali menerima jawaban yang itu-itu saja, rupanya saya tidak pernah kapok. Hingga suatu saat, dalam sebuah kesempatan aneh, saya berkesempatan untuk berbincang-bincang dengan seorang sahabat yang notabene ada pengusaha yang sangat sukses. Tetapi lucunya ketika pertanyaan yang sama saya lontarkan, agak mengejutkan juga ia menjawab dengan sangat berbeda. Menurut nya seorang yang berada pada golongan kaya, menengah atau miskin dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai berikut.

80% hoki, 20% kerja keras adalah ciri orang kaya
50% hoki, 50% kerja keras adalah ciri orang menengah
20% hoki, 80% kerja keras adalah ciri orang miskin

Jadi rumusan itu dapat diartikan begini, jika kerja keras Anda itu 80% tetapi hanya menghasilkan sedikit, itu berarti hoki(baca : keberuntungan) Anda hanyalah 20% dan Anda sudah pasti berada pada lapisan ‘orang miskin’. Nah jika, kerja dan hasil Anda sebading, dalam artian 50% kerja, 50% hoki, dapat dipastikan Anda berada pada lapisan kedua, alias kelas menengah. Hal yang sama berlaku pada lapisan teratas atau golongan orang kaya.

Pertama kali ketika mendengar formula itu saya pribadi spontan membantah nya. Kok bisa ? kira-kira begitu kata-kata pembuka yang saya gunakan. Apalagi jika mendengar kata ‘hoki’ serta merta pikiran saya terarah pada sesuatu yang bersifat ‘bawaan’ atau ‘anugerah’ atau ‘dari sononya’ alias nggak bisa dipaksain. Wong udah nggak hoki gitu loh…kira-kira demikian. Sedari dulu memang saya agak alergi dengan satu kata itu. Tetapi jujur saya tidak punya nyali untuk berdebat dengan ‘orang kaya raya’ yang sekarang duduk di depan hidung saya ini. Ngedumel dalam hati adalah pelampisan terbaik disaat-saat seperti ini. Namun syukurlah, menurut sahabat saya tersebut, hoki itu bisa diciptakan. Bisa direkayasa. Oh ya ? Sure ! Langkah pertama, ketahui dulu apa sih yang mengundang keberuntungan itu. Langkah kedua, berubah. Langkah ketiga, membiasakannya. Mendidik diri untuk terbiasa menerapkan hal itu hingga environment hoki itu terekam di alam bawah sadar kita dan pada saat diperlukan …jreeeeeeng!!!…otomatis nongol kepermukaan.

Sahabat saya itu kemudian memberikan contoh yang sangat sederhana. Naik sepeda. Waktu baru belajar, minta ampun susahnya, babak belur, benjut dan sebagainya itu sudah biasa. Pernah bertemu orang yang baru belajar naik sepeda yang tidak pernah jatuh ? Rasanya tidak pernah. Tetapi segalanya menjadi berbeda, ketika kita sudah menguasai sepeda itu. Kini pertanyaanya adalah pernah bertemu orang yang telah mahir bersepeda dan berpikir keras setiap ingin mengayuh pedal nya ? Jawabannya persis sama. Rasanya tidak pernah.

Demikianlah juga dengan kebiasaan-kebiasaan yang ‘berkuasa’ untuk mengundang hoki. Lagi-lagi menurut sahabat saya itu, ia menganjurkan untuk senantiasa berlatih hingga ketrampilan mengundang hoki itu sungguh-sungguh terekam dan menjadi kebiasaan yang mendarah daging di alam bawah sadar kita. Ditanggung kerja keras Anda tersisa hanya 20%, karena yang 80% sudah di handle oleh binatang bernama ‘hoki’.

Bicara soal hoki, tiba-tiba saja saya teringat sebuah quote milik Thomas Lanier Williams III atau yang lebih dikenal dengan nama Tennessee Williams. Penulis sandiwara kelas dunia yang sangat tersohor disekitar tahun 1930-1983 dan telah banyak menerima penghargaan. Beliau sempat sedikit berceloteh tentang hoki. “Luck is believing you're lucky.” Ini good news bagi saya. Karena menurut saya, kalimat ini dapat dijadikan starting point yang cukup bagus untuk mulai menarik hoki kepangkuan kita. Untuk mengundang hoki datang, sangat simple, yakni mempercayai bahwa kita beruntung.

Satu hal lagi, ijinkan saya sedikit mengutip sebuah kalimat dari seorang yang paling bijaksana yang pernah hidup didunia ini, Raja Solaiman, namanya Dalam sebuah syair beliau pernah menulis : “Percuma saja bekerja keras mencari nafkah, bangun pagi-pagi dan tidur larut malam; sebab TUHAN menyediakannya bagi mereka yang dikasihi-Nya, sementara mereka sedang tidur. “

Menggelitik memang. Apakah segalanya ini terlalu disederhanakan ? Ataukah memang demikian sederhana, hanya saja karena campur tangan kita ini, manusia-manusia yang sering menganggap dirinya begitu pandai, akhirnya malah merumitkan segala yang sesuatu.

Lepas dari itu semua, siapapun di dunia ini, termasuk sahabat saya itu, tentu bebas memformulasikan apapun yang dianggapnya resep ‘cespleng’ untuk sukses. Dan mereka sesuai dengan frekuensinya akan menarik realitanya masing-masing. Bagaimana dengan Anda ? Ingin coba resep sahabat saya ? Kalau boleh jujur saya pribadi tengah menerapkan formula hoki-hokian itu. Semoga dalam 90 hari kedepan saya telah merasakan hasilnya. Seperti kata pepatah wong londo...We never know, until we try. (***)
Diposkan oleh Semar Badranaya di 12:49 5 komentar Link ke posting ini
Rabu, 09 April 2008
Lupakan Jurus-Jurus Itu !!!
by Made Teddy Artiana

Seorang guru tengah mengajari salah satu muridnya, yang tercerdas,sebuah jurus pamungkas. Yang jadi masalah, keadaan sama sekali tidak menguntungkan tiga orang musuh yang sakti tengah menunggu dengan tidak sabar. Pertarungan hidup mati sudah disiapkan. Keringat dingin mengalir di dahi keduanya. Jurus pertama..kedua..ketiga..hingga kelima, hingga tiba diakhir jurus kelima, sang guru bertanya, "Bagaimana ? Apakah kau ingat jurus-jurus itu tadi ?". Dengan mata terbelalak..dan wajah pucat muridnya menjawab,"Ttti..tidak". Diluar dugaan sang guru menjawab, "Bagus!! Lupakan saja.Sekarang bertarunglah!!" Mendengar seruan sang guru, ketiga musuh segera merangsek dengan gugup murid melawan sekenanya. Namun aneh, jurus-jurus yang diajarkan sang guru muncul begitu saja, mengalir, tidak persis sama dengan yang diajarkan oleh sang guru, tetapi memiliki jiwa yang sama. Dengan kata lain,jurus yang sama bekerja dengan cara berbeda oleh guru dan murid.

Anda benar. Adegan itu hanya sebuah film kungfu yang diangkat dari sebuah legenda Cina yang sarat dengan ajaran kebijakan. Moral ceritanya adalah Dalam mempelajari ilmu apapun termasuk ilmu kewiraswastaan membaca itu baik..menghafal itupun baik ..bahkan menciplak juga kadang menghasilkan tetapi yang utama dari semua itu adalah nikmati..rasakan..hingga meresap kebagian terdalam diri kita.. hingga menyatu dengan diri…hingga jurus-jurus itu beraksi…tidak sama dengan siapapun juga.

Jika Anda seorang profesional... nikmati pekerjaan Anda hingga kesumsum terdalam. Jika Anda seorang entrepreneur... rasakan kenikmatan perjalanan seorang entrepreneur jangan terlalu pedulikan ujung perjalanan itu entah kaya atau miskin, entah bangkrut atau jaya, apapun itu lakukan yang terbaik, buang semua beban.
Bergerak bebas mengalir, kadang searah air kadang berlawanan dengan aliran air.
Nikmati.
Hidup itu sungguh-sungguh indah.

What a wonderfull world ! what an abundant life !! What an exciting journey !!!

om santi..santi..santi
MTA -seorang penikmat hidup- www.orang-bali.com
Diposkan oleh Semar Badranaya di 23:25 1 komentar Link ke posting ini
Dasar Padang Geblek !!!
by MTA (www.orang-bali.com)


Ketika pertama kali tulisan ini kutulis dan iseng kukirimkan ke teman-teman dekat, beberapa teman yang kebetulan orang padang mengernyitkan dahi. Bahkan ada seorang sahabat yang langsung menelponku, dan bertanya lugas.."Heh Bali, maksudmu apa ?".Ha..ha..ha..kontan aku tertawa..cobalah baca dulu kawan, ajakku. Merekapun menurutinya.

Dulu, kira-kira sepuluh tahun yang lalu, ketika masih berstatus mahasiswa, sekaligus anak kos di Depok sana. Dengan modal cita-cita setinggi langit, meskipun tanpa didukung dengan keadaan keuangan yang mencukupi, kami bertahan. Cerita nonfiksi meskipun terdengar agak klise tentang perjuangan seorang mahasiswa.
Tersebutlah sebuah rumah makan padang yang sederhana dan seorang Uda (sebutan kakak untuk saudara-saudara kita yang berasal dari Padang) yang menempati tempat unik pada keseluruhan kisah perjuangan kami. Rumah makan padang itu menjadi langganan kami, untuk mengisi kampung tengah alias perut ketika cacing-cacing mulai memanggil. Hampir setiap hari kami nongkrong disana. Nama rumah makannya, tidak sempat untuk diingat, apalagi nama Sang Uda. Tetapi jika disuruh mengingat wajah Si Uda, seratus persen aku sanggup. Ingatan akan wajahnya sedemikian kuat sehingga aku tak pernah kesulitan untuk melukiskannya. Nah berhubung nama asli kedua tidak sempat kami ingat, kami memanggil keduanya dengan sebutan Geblek. Rumah makan itu sebagai "Padang Geblek" dan Si Uda dengan sebutan "Uda Geblek". Uniknya sebutan ini berasal dari senior-senior kami, bahkan konon yang pertama kali menamai sebutan itu adalah seorang senior yang kebetulan seorang berdarah Padang !

"Dari semua orang Padang, hanya dia yang Geblek", begitu seloroh yang sering muncul diantara kami. Anehnya ketika seloroh itu muncul, tidak ada ekspresi 'hina' diwajah mereka, malah tampak jelas rasa hormat yang dalam terhadap Si Uda Geblek. Dan satu lagi, ada sebuah percakapan yang unik yang selalu diulang-ulang. Percakapan ini dulu juga sempat terjadi padaku dan tentunya terjadi pada teman-teman baru yang belum mengetahuinya.

"Makan yok"
"Dimana ?"
"Di Padang Geblek"
"Apa ???"
"Iya..Padang Geblek.."
"Lho kok Geblek ? Nama rumah makan padangnya kok aneh"
"Iya nanti lu juga tahu kenapa Geblek, dari semua orang Padang, hanya dia yang Geblek"
"Mahal nggak ?"
"Nah itu dia Gebleknya…tenang aja"

Ketika pertama kali makan ditempat itu, dengan segeralah kita mengetahui mengapa sebutan Geblek diperuntukkan padanya. Si Uda tidak pernah akan segan, menambahkan nasi atau sayuran bahkan lauk pada pesanan kita.

"Nasi lagi ? Cowok masak segitu makannya"
"Ini ayam goreng kemaren malam, tapi masih bagus, mau ya ?"
"Nih Uda tambahkan daging cincangnya"
"Nih uda kasih rendang".

Itu sederetan kalimat favorite-nya, yang begitu sering kami dengan hingga hafal. Biasanya, mereka yang baru pertama kali kesana, akan membelalakkan mata, terkaget-kaget menyaksikan kegeblekan Si Uda,sambil menoleh kearah kami yang tersenyum-senyum geli. "Graaaatisssssss !!" seru kami sambil tertawa bersama. Itulah Kegeblekan Si Uda. Tak jarang kami menggeleng-gelengkan kepala jika mendengar pengalaman-pengalaman unik dari begitu banyak teman-teman yang mengalami ke-geblek-kan Si Uda. Uda…Uda…bagaimana bisa untung. Kaya ? Apalagi !!!

Tapi memang itulah yang dilakukan Uda Geblek. Aneh tapi nyata. Geblek, namun membawa berkah buat kami. Penasaran tentang filosofi hidupnya, setelah kenal dekat akupun memberanikan diri bertanya kepadanya.

"Begini..", jawabnya sambil tersenyum mengangguk-anggukan kepala,"Uda ini punya anak dirantau yang juga kuliah, kalau uda baik sama mahasiswa-mahasiswa, pasti anak-anak uda disana juga dibaikin sama orang-orang.Kalau kita kasih orang makan, pasti anak-anak uda tidak akan kekurangan makan. Doa-doa syukur orang yang kita tolong itulah yang jadi keuntungan buat kita. Apalagi orang tua uda mengajarkan kalau mau kaya jadilah Padang Bengkok, tapi kalau mau beruntung dalam hidup ini, kita tidak bisa jadi Padang Bengkok, kita harus lurus".

Betapa benarnya Si Uda Geblek, ternyata filosofi unik inilah yang membuat ia tidak saja mendapatkan keberuntungan hidup tetapi juga sebuah keuntungan bisnis yang tidak kecil. "Padang Geblek" menjadi sebuah brand yang sangat kuat dikalangan para mahasiswa waktu itu. Belum lagi slogan "Dari semua orang Padang, hanya dia yang Geblek !!", yang diciptakan oleh kami para mahasiswa menjadi sebuah slogan marketing yang unik dan ampuh. Saking ampuhnya slogan itu, hingga hampir siapapun yang mendengarnya akan tertarik untuk berkunjung ke rumah makannya. Bahkan lebih dari itu, kami-kami ini seolah bertindak sebagai sales marketing yang membentuk sebuah fansclub yang demikian loyal menyebarkan cerita-cerita kemurahan hati Si Uda Geblek. Itu semua terjadi tanpa rekayasa. Bukan Si Uda yang menciptakan semuanya, tidak ada ahli marketing yang disewa untuk menciptakan kondisi seperti itu, apalagi teori-teori rumit yang memusingkan kepala dan kantong tentunya. Singkatnya : tidak ada 'Orang Pintar' dibalik semuanya itu, yang ada hanyalah orang yang berdagang dengan 'Nuraninya' dan hidup bertutur bahwa orang-orang seperti inilah yang pasti mendapat dukungan dan keberuntungan dari Sang Pemilik Hidup, The Invicible Hands sumber segala rezeki dan keberuntungan.


Akhir kata…Terimakasih atas ke-Geblekan mu Uda. Entah apa yang terjadi pada kami-kami ini, jika Uda tidak geblek !!!.

--

Who’s The Boss ?
oleh Made Teddy Artiana, S. Kom



Tidak banyak yang tahu tentang serial komedi lawas berikut : Who’s The Boss. Serial TV yang dibintangi Tony Danza, Judith Light dan Alyssa Milano ini dapat dikatakan sangat sukses pada zamannya. Ia bercerita tentang ‘hubungan aneh’ antara pembantu rumah tangga –yang kebetulan duda beranak satu- dengan majikannya, seorang janda beranak satu pula. Dikatakan aneh, karena hubungan keduanya sedemikian komplek sehingga tak jelas lagi siapa majikan dan siapa pembantu. Lucu memang, tapi jika direnungkan lebih dalam sedikit-banyak lelucon Who’s The Boss ada benarnya. Kini tengoklah sejenak hidup kita. Bukankah hiruk-pikuk pengejaran akan kesuksesan, kekayaan dan eksistensi diri sering menimbulkan dampak lupanya kita pada ‘siapa Boss yang sebenarnya’ dalam hidup ini. Seolah-olah seluruh uang yang mengelilingi kita, pencapaian, orang-orang disekitar kita, bahkan diri kita ini adalah milik kita sendiri. Seolah-olah semuanya ini berada digengaman kita, dan semuanya itu akan tetap disitu sampai selama-lamanya. Siapa aku dan siapa TUHAN !??

Hingga bencana serupa Wasior, Mentawai dan Merapi sekonyong-konyong datang menyeruak, merampas hidup dan segala sesuatu didalamnya dari depan hidung kita. Entah apa alasan dibalik semua itu, tak ada pendapatan seorangpun dapat menghakiminya. Apakah ini hukuman ataukah ujian semata ?

Tapi satu hal yang begitu jelas : semua itu diijinkan oleh TUHAN untuk terjadi. Dan ketika terjadi, serta merta semua mata membelalak. Dada-dada busung menciut. Pandangan sombong tengadah pun jadi tertunduk. Kini, mulai jelas sudah siapa Pemilik semuanya. Uang, harta, anak, orang tua, teman bahkan nyawa kita, ternyata bukan milik kita. Who’s The Boss pun kembali diingatkan. Walaupun terkesan kejam, pahit dan otoriter, namun adalah sah-sah saja jika Sang Pemilik melakukan apa yang ia suka terhadap miliknya sendiri. Apapun itu, Beliau jauh lebih tahu. Sebuah peringatan bagi semua manusia yang punya mata, telinga dan hati.

Ternyata kita semua hanya sekedar menumpang di dunia ini. Penumpang-penumpang yang seringkali sombong dan melupakan status kita : lahir telanjang, kembali pulangpun dengan telanjang.

Itu tentu saja berarti, kalau sampai sekarang kita masih bisa tidur dengan aman, cukup makan, menonton televisi dengan nyaman, tak terlalu sulit untuk tersenyum, sehat, bahagia, dikelilingi keluarga dan teman, itu semua ‘semata-mata’ karena belas kasihan-Nya. Kasih karunia Sang Khalik lah yang membuat kita ada sebagaimana kita adanya hari ini. Jika demikian, ada baiknya setiap pagi kita awali dengan sujud syukur akan segala nikmat dan kebaikan-Nya dalam hidup kita. Segala hormat dan kemuliaan bagi Sang Raja, The One and Only Boss, dari selama-lamanya, sampai selama-lamanya. Amin. (*)



Dua hal aku mohon kepada-Mu, jangan itu Kautolak sebelum aku mati, yakni:
Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan.
Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku.
Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu?
Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku.
Diposkan oleh Semar Badranaya di 16:40 1 komentar Link ke posting ini
Minggu, 24 Oktober 2010
Antena Berkarat
oleh Made Teddy Artiana, S.Kom



Malam itu, acara menonton televisi dirumah kami agak terganggu. Ribuan semut memenuhi layar televisi kami. Belum lagi bunyi kresek-kresek tak jelas mengganggu telinga. Padahal dua hari yang lalu, setidaknya 80% dari gambarnya masih dapat kami nikmati. Program hiburan favorit yang telah ditunggu-tunggu menjadi sama sekali tidak menghibur. Malam yang seharusnya indahpun, perlahan tapi pasti jadi menjengkelkan.

Jelas bukan salah stasiun televisi. Mereka tentu tetap memancarkan sinyalnya sedemikian rupa. Apalagi tawa riuh tetangga memberitahu kami bahwa televisi mereka baik-baik saja. Kesalahan bukan terletak pada stasiun televisi, bukan juga pada pemancarnya, apalagi pada televisi diruang keluarga, kesalahan ada pada antena televisi kami.

Entah apa penyebabnya antena kami lebih cepat berkarat dari yang seharusnya. “Begini nih kalau beli antena China !”, timpal salah satu dari antara kami menyalahkan. Aku sendiripun tidak mengingat dengan pasti, apakah benar antena yang kami beli memang import dari China. Ucapan itu lebih dari sekedar mencari kambing hitam untuk menyalurkan kekesalan. Lagu lama manusia : mau benar atau salah, yang penting buang sampah !

Namun jika dipikir-pikir, betapa hidup kita seringkali sangat mirip dengan Si Antena Berkarat itu. Cukup banyak penderitaan, pergumulan dan masalah yang timbul hanya karena salah memutuskan. Kita mengira TUHAN diam jauh disana tak peduli, padahal diri-diri kitalah yang harusnya berbenah diri. Ribuan kali bertanya dan mengeluh lewat doa. Kita kira Ia, Sang Pemberi Petunjuk diam seribu bahasa, padahal telinga inilah yang tak mampu mendengar akan suara Surga.

Dunia membutakan mata hati kita, hingga tak mampu melihat kebaikan Nya. Lalu hidup terasa kian sulit. Kehidupan yang seharusnya indah, malah berbalik menghajar kita hingga lebih dari sekedar babak belur. Berputar-putar kelelahan. Compang-camping mengenaskan.

Jelas itu bukan takdir kita. Kita adalah kalifah, pemimpin. Rahmat bagi semesta alam. Bahkan lebih dari itu semua : biji mata TUHAN. Lalu mengapa ini semua terjadi ? Pasti ada sesuatu yang salah !!

Padahal, TUHAN yang Maha Kasih itu dapat dipastikan tetap setia. Tidak hanya menunggu, namun dengan segala inisiatif yang proaktif. Pasti tak terhitung jumlahnya, Ia sudah dan selalu berusaha mengarahkan kita menuju kehidupan yang ‘penuh’ dengan segala kebaikan dan rahmat.

Ternyata memang sesuatu harus dilakukan. Sesuatu yang memang merupakan porsi kita. Dan sesuatu itu adalah : membersihkan diri dari segala karat. Sehingga kita tidak salah pilih, tersesat kemudian menderita, bukan karena tidak dikasihi, bukan karena ditinggalkan, namun hanya karena berkarat.

Mungkin itu adalah satu-satunya cara untuk merasakan kehadiran-Nya. Secara penuh mengalami kebaikan hidup. Dan yang paling penting, membuat kasih TUHAN yang mesra, memeluk kita lalu mengalir bebas, menyelesaikan segala perkara. Sehingga kita dapat menikmati surga di bumi dan surga di surga nanti (*)
Diposkan oleh Semar Badranaya di 19:28 0 komentar Link ke posting ini
Selasa, 19 Oktober 2010
Hidup ini Spekulasi atau Investasi ?
oleh Made Teddy Artiana, S. Kom
fotografer, penulis & even organizer



Insiden kecil-kecilan ini terjadi sekitar lima tahun yang lalu, ketika aku dan beberapa teman kantor tengah mempersiapkan diri untuk terjun, berinvestasi di pasar saham

Yang aneh, kendatipun kami belajar bersama-sama, pendekatan kami terhadap pasar saham terbagi jadi dua golongan. Kelompok yang pertama, yang mungkin sejak dulu diam-diam mengagumi sepak terjang George Soros, memutuskan untuk memposisikan diri sebagai trader. Sedangkan yang lain, merasa lebih bijak untuk memiliki pandangan Sang Komandan Berkshire Hathaway, Warrent Edward Buffet, atau yang lebih dikenal dengan Warrent Buffet. Spekulan versus investor. Yang satu spekulasi, yang lain investasi.

Hari kian hari, perbedaan prinsip ini semakin meruncing, hingga melahirkan sebuah gap yang cukup lebar dan menyisakan sebuah pertanyaan besar : Hidup ini spekulasi atau investasi ?

Mereka yang menggolongkan diri sebagai spekulan, ngotot bahwa modal utama dalam hidup ini adalah spekulasi. Untung-untungan, nasib-nasiban. Alasannya sangat masuk akal : kita tidak pernah tahu apa yang akan kita hadapi dalam hidup ini. Meminjam kata-kata ibunda Forest Gump, "Life was like a box of chocolates. You never know what you're gonna get."

Akan tetapi mereka yang berniat jadi investor, tidak rela jika hidup ini diperlakukan seperti mainan. Mereka bersikukuh bahwa hidup ini adalah investasi. Pandangannya jelas : untuk mendapatkan sesuatu, harus menginvestasikan sesuatu. Lihat Warrent Buffet, kata mereka, bagaimana cara mereka membesarkan Berkshire Harthaway dan mengumpulkan kekayaan dahsyat lewat perusahaannya itu. Hidup ini investasi, Bung !

Seingatku, perdebatan itu memang tidak terselesaikan. Keduanya ngotot tak mau mengalah . Disisi lain, bagiku pribadi kedua pendapat itu ada benarnya. Mungkin karena itu aku tidak memutuskan untuk berpihak yang satu lalu memusuhi yang lain.

Apa asyiknya hidup ini tanpa misteri ? Jika segala sesuatu telah kita ketahui, sehingga tidak tersisa sedikitpun rasa penasaran, sepertinya hidup ini akan kehilangan gregetnya. “If We could see tomorrow what of your plan ?”, kata Guns and Rose dalam lagunya Don’t Cry. Akan tetapi jika hidup ini melulu hanya berisikan misteri gak habis-habis, tebak-tebakan tiada henti dan tanpa sebuah jaminan sedikitpun akan segala susah payah yang kita lakukan, betapa gilanya hidup ini. Dan betapa menganggurnya TUHAN, setelah menciptakan semesta, lalu iseng mengisi waktu luang hanya dengan menciptakan misteri-misteri.

Terlepas dari itu semua, investasi dalam hidup ini tentu tidak identik dengan investasi dipasar saham.

Di pasar saham, otoritas bursa hanya bertugas sebagai pengawas atau regulator. Sehingga permainan fair –sebisa mungkin- dapat tercipta. Kendati demikian, Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal) sama sekali tidak berkuasa (menjamin) semua investasi yang kita lakukan menghasilkan return. Jauh berbeda dengan hidup ini, yang mana segala sesuatu yang kita lakukan dijamin TUHAN akan kembali kepada kita. Cuan (untung) jika yang kita lakukan baik, buntung jika apa yang kita lakukan buruk. Itu sangat nyata, karena belum pernah ada satu manusiapun –entah ia mengakui keberadaan TUHAN atau tidak- berhasil menghindar dari akibat setiap perbuatannya terdahulu.

Dengan begitu nasib kita dapat dipastikan, tidak akan sama dengan nasib investor ataupun spekulator di bursa saham sana. Yang kallo lagi untung, bisa bernasib sama dengan para pemegang saham HM Sampoerna disekitar bulan oktober 2009 : yang untung gede karena di borong sahamnya seharga Rp. 10.600,- oleh Philip Morris. Tapi kalau lagi sial, akan bernasib tidak jauh berbeda seperti pemegang saham BUMI. Yang dibulan Juni 2008, sahamnya berharga setinggi langit (Rp. 8.000-an) tetapi beberapa bulan kemudian, sekitar bulan November, anjlok jadi Rp. 2.000-an. Apa nggak modar ?!

Jadi yang kita tugas kita dalam hidup ini hanya : melakukan apa yang bisa kita lakukan (untuk yang satu itu dijamin : selalu akan ada yang dapat kita lakukan). Dan menyerahkan apa yang tidak dapat kita lakukan (yang masih misteri, yang diluar jangkauan) pada TUHAN. That’s it ! So simple…(*)




Diposkan oleh Semar Badranaya di 15:03 0 komentar Link ke posting ini
Senin, 11 Oktober 2010
Foto Bugil
Foto Bugil
oleh Made Teddy Artiana, S. Kom




Apa yang akan Anda lakukan jika melihat folder dengan nama diatas di laptop atau PC Anda ? Tepat ! Jika Anda kebetulan berjenis kelamin laki-laki, hampir dapat dipastikan Anda akan segera meng-klik folder tersebut dan mencari tahu, ada apa gerangan didalam sana. Naluri laki-laki.

Begitu juga dengan diriku. Salah seorang staff kami memberikan ku external harddisk yang didalamnya terdapat folder “Foto Bugil”. Ini tentunya sangat mengagetkan. Terlebih karena external disk adalah external kantor. “Siapa gerangan yang berani berporno-ria disini ?!”, umpatku didalam hati setengah menuduh. Baru kali ini ada yang nekad, mengundang benda-benda seperti itu masuk kesini !

Setelah diklik, ternyata kosong. Walaupun memuat kata “Bugil”, aku tidak menemui sesosok gambar apapun didalamnya, yang tentunya mewakili kata tersebut. Aku tersenyum. Rupanya cuma iseng, gumanku dalam hati. Apapun itu mereka harus ditegur. Jika itu mereka lakukan dirumah, dikamar atau dalam kehidupan mereka sendiri, terserah. Tapi tidak disini.

Ketika baru saja hendak berteriak memanggil salah seorang staff, tiba-tiba saja aku teringat sesuatu. Astaga, jangan-jangan… !!

Tapi segalanya, sudah terlambat. Virus “Foto Bugil” sudah menginfeksi PC ku. Karena punya background IT yang lumayan dan pernah bekerja 8 tahun di divisi Teknologi Informasi, pada salah satu bank swasta terbesar di Indonesia, check and richeck segera kulakukan. Hasilnya ? Untunglah virus “Foto Bugil” tidak melakukan sesuatu yang membahayakan. Ia hanya membuat shortcut terhadap seluruh file Anda. Segera sesudah itu kita akan melihat folder “Foto Bugil” bertebaran dimana-mana. Belum lagi file-file shortcut berukuran 1 KB yang memenuhi komputer/laptop kita ! Tidak perduli berapa kali Anda menghapus folder tersebut, system autorestore windows akan dengan senang hati mengembalikan “Foto Bugil” ketempat semula. Memang tidak berbahaya, namun cukup menjengkelkan.

Tetapi apapun itu, “Foto Bugil” sukses membuat orang senewen, hanya karena berhasil memanfaatkan sebuah kekuatan besar dalam diri manusia. Kekuatan itu bernama : rasa ingin tahu.

Tanpa kekuatan yang satu ini hidup akan terasa sangat monoton. Kekuatan inilah yang membuat anak-anak kita membongkar apa saja yang ia lihat. Memakan benda apapun yang menarik hati. Dan melakukan apa saja yang tidak pernah Anda duga sebelumnya. Rasa ingin tahu juga membuat manusia dewasa menemukan berbagai hal luar biasa dalam hidup ini.

Laksana pedang bermata dua, rasa ingin tahu dapat menjadi senjata yang luar biasa, sekaligus melukai bahkan membunuh tuannya. Tidak hanya TUHAN, Hantu alias setan pun ikut-ikutan memanfaatkan kekuatan yang satu itu untuk menarik pengikut.

Lakukan wawancara pada mereka-mereka yang terjerat berbagai obat, minuman dan pergaulan terlarang. Atau mereka yang bercerai karena salah satu berselingkuh. Ataupun orang-orang yang terjerat pornografi. Atau mereka yang terjerat oleh perdukunan, klenik, syrik dan segala tetek bengeknya. Hampir dapat dipastikan, 90% akan berkata :
“Mulanya sih coba-coba”
“habis pengen tahu”
“penasaran yang gak habis-habis”

Rasa ingin tahu jugalah yang membuat video tiga artis top Indonesia –yang tidak ketahuan juntrunganya itu- beredar keseluruh jagat raya. Mengendarai internet, mobilephone, PC, DVD dan apa saja yang dapat ditungganginya. Menambah kotor pikiran pria-wanita dewasa. Menodai pikiran-pikiran bersih nan cerdas generasi muda kita.

Rupanya semua ini masih permulaan. Only beginning !

Maka oknum-oknum tertentu –hanya karena uang- mulai mengimport PornStar (Bintang Film Porno) dari luar negeri, masuk ke Indonesia. Yahoo pun ikut mempromosikan kedatangan mereka ke Indonesia. Dari sejak Miyabi yang menimbulkan kontroversi (keingintahuan mereka-mereka yang sebelumnya sama sekali tidak tahu siapa dia) sampai Si X yang sekarang beneran datang.

Bukan tidak mungkin generasi muda yang dulu nya dipenuhi rasa penasaran tentang “hubungan suami istri” kini telah tercekoki dengan ilusi gila bahwa : pornografi adalah bisnis menguntungkan ! Bintang film porno adalah karier cemerlang !! Tidak ada yang salah dari itu semua !!!

Rupanya kita mulai terbiasa akan semua itu. Terlanjur menganggap benda mematikan itu –pornography-sebagai boneka imut-imut yang lucu.

Jangan kaget jika suatu saat nanti disekolah-sekolah, pada saat guru bertanya tentang cita-cita, ada sebagian anak-anak yang akan menjawab dengan berteriak : “Jadi bintang film porno, Bu Guruuuu !!!”

Seorang sahabat pernah mengingatkan, “Rasa ingin tahu -tidak bisa tidak- akan membawa kita ke dua jalur finish yang berbeda. Yang satu : kemuliaan, tentunya jika jalur yang dipilih dalam memuaskan rasa ingin tahu itu adalah hal-hal kebaikan, seperti : ilmu pengetahuan, pelayanan pada sesama dan kepuasan bathin dalam pengenalan pada Sang Pencipta. Sedangkan yang lain adalah : kebinasaan. Ini berlaku pada mereka-mereka yang memuaskan rasa ingin tahu mereka pada jalan-jalan keburukan. Tidak seperti tercebur dalam lumpur hidup, yang mana seseorang akan dengan sadar berontak, walaupun kian terhisap. Jalan-jalan keburukan, membuat pengikutnya tidak sadar akan apa yang terjadi. Semakin tersesat, semakin asyik, namun sekonyong-konyong, dihancurkan sedemikian rupa.

Pilihan beserta seluruh konsekuensinya, berada ditangan kita masing-masing !(*)



Diposkan oleh Semar Badranaya di 18:17 2 komentar Link ke posting ini
Senin, 04 Oktober 2010
Poorly Made in China (Abal-Abal Produk China)
oleh Made Teddy Artiana, S. Kom



Siapapun tahu bahwa dalam hal teknologi dan industri, dunia barat lah pionernya. Mereka yang pertama. Akan tetapi, tidak berarti bangsa-bangsa yang kebetulan bertengger dalam peringkat : ketiga, ketujuh, kedelapan tidak mampu mengejar ketertinggalan mereka. Seperti kata pepatah : mereka yang bersungguh-sungguh, pasti berhasil.
Kita ambil Jepang sebagai contoh. Bangsa Jepang juga dikenal sebagai bangsa peniru. Bahkan konon, kesungguhan bangsa ini tampak, pada pencurian ilmu yang mereka lakukan, –sekali lagi- konon sampai sedemikian, sehingga para relawan rela menyimpan buku-buku didalam perut mereka sendiri !! Ilmu itu kemudian mereka pelajari, dan terapkan. Maka terciptalah Toyota, Honda dan begitu banyak produk lainnya. Yang walaupun pada awal kemunculannya sempat dipandang sebelah mata. Namun, falsafah ‘Kaizen’ sanggup membuat mereka selalu belajar dan memperbaiki diri. Hasilnya : lihat sendiri bagaimana produk-produk mobil Jepang tidak hanya merambah keseluruh dunia. Tapi juga menguasai.

Contoh yang kedua, adik tiri kita yang kualat : Malaysia ! Konon -untuk yang ketiga kalinya- mereka belajar dari Indonesia. “Petronas itu dulu belajar dari Indonesia lho !”, kata salah seorang pejabat senior Pertamina, entah bangga entah minder. Hasilnya ? Petronas berlari demikian kencang meninggalkan gurunya, yang ngesot jauh dibelakang. Terlalu lemah, terlalu gemuk, terlalu banyak korupsi.

Kini contoh yang ketiga, yang paling dahsyat dari semuanya : China. Produk buatan China merambah tidak hanya Indonesia, juga keseluruh dunia. Dengan nama-nama produk ‘plesetan’ yang kadang lucu terdengar ditelinga, produk China laris manis, terutama karena satu hal : super murah ! Saking murahnya, sampai-sampai membuat frustasi para pengusaha dari berbagai negara didunia. Malah banyak dari antara mereka banting stir, beralih fungsi jadi pedagang. Importir produk China. Tetapi walaupun digemari, merupakan rahasia umum –yang ini bukan konon- produk China dikenal rendah mutunya.

Lalu tersebutlah sebuah buku: Poorly Made in China, yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi : Abal-Abal Produk Cina. Buku yang sangat provokatif mencaci-maki, kadang lewat berbagai lelucon produk China. Paul Midler, Sang Penulis, mengaku sebagai ‘orang dalam’ yang mengetahui seluk beluk produk China. Entah apa yang melatarbelakangi penulisan buku yang dipastikan membuat geram pemerintah China ini. Paul Midler sendiri dalam berbagai interview, mengungkapkan keinginannya untuk ‘memberitahu’ para pembeli dunia, khususnya rakyat Amerika, ‘kebenaran’ yang diketahuinya.

Sebagian pengamat menyambut baik apa yang dilakukan Midler, sebagian lagi memandang bahwa semua ini ada hubungannya dengan upaya Negeri Paman Sam, memperbaiki perekonomian mereka.

Apapun itu. Entah abal-abal atau asli, ada satu hal penting yang harus dipelajari Indonesia dari Bangsa China. Tentunya bukan cara memalsu atau trik penurunan kualitas yang disebut Paul Midler sebagai ‘quality fade’. Tetapi, sesuatu dibalik itu semua. Sesuatu yang tentu memainkan peran luar biasa dibalik layar. Kesuksesan serbuan produk China, tentu tidak dapat dipisahkan dari kesungguhan peran pemerintahan China yang membina dan memfasilitasi UKM dan seluruh pengusaha di sana. Mereka, pemerintah China, tidak menfokuskan diri pada gedung bertingkat dan pusat belanja. Namun ‘sungguh-sungguh’ pada peningkatan ekonomi rakyat. Dengan kata lain : berkembangnya produk rumahan sebuah UKM jauh lebih penting daripada segala indikator perekonomian –yang kadang menyesatkan- yang dibanggakan itu, padahal dalam kenyataan : rakyat berada dalam kondisi lapar, kebanjiran dan kemiskinan.

Semoga para pemimpin bangsa ini mulai ‘bersungguh-sungguh’ dan bukan sekedar bermain kata, tebar pesona, sebar citra, dengan berfoto ria –narsis ala ABG- supaya ‘dianggap’ sungguh-sungguh kerja ! (*)

--

Eat, Pray & Love
oleh Made Teddy Artiana, S. Kom
fotografer, penulis & event organizer



Novel karya Elizabeth Gilbert ini memang terbilang sangat sukses. Bukan hanya karena telah bertengger diperingkat pertama bestseller New York Times selama beberapa minggu, namun juga karena versi film dari novel inipun telah dibuat,bahkan sudah beredar diberbagai negara, walaupun di Indonesia belum. Pemeran wanitanyapun tidak tanggung-tanggung, Julia Roberts ! Artis papan atas Holywood.

(Aku dan crew kami, yang kebetulan saat itu juga sedang ada pemotretan di Bali pun, menyempatkan diri untuk berkunjung ke sekitar Monkey Forest, saking inginnya hati ini menyaksikan proses shoting Mbak Julia.)

Satu hal yang paling membanggakan dari novel itu adalah terangkatnya nama Indonesia, atau lebih tepatnya Bali sebagai salah satu tempat terpenting dalam novel tersebut. Sebuah promosi pariwisata gratis tentunya. Kabarnya ini membuat nama Indonesia semakin dikenal di Amerika sana, sehingga Presiden SBY pernah secara terbuka menyampaikan kebanggaan hatinya dengan keberadaan film tersebut.

Terlepas dari itu semua -Eat, Pray & Love- bagiku pribadi berbicara tentang tiga kebutuhan yang tak tergoyahkan dari setiap manusia dalam kehidupan yaitu : makanan (fisik), TUHAN (spiritual) dan cinta (eksistensi). Kehilangan satu saja dari tiga hal itu tentunya berdampak serius bagi manusia siapapun dan dimanapun ia berada.

Bagi Sang Penulis, Eat, Pray & Love secara tidak langsung juga mengacu pada pengalaman pribadinya pada tiga negara yang letaknya terpisah dipenjuru dunia. Eat, di Italia, yang memang terlanjur terkenal dengan makanannya yang lezato. Lalu Pray, di India yang memang dikenal akan tradisi meditasi dan yoganya. Kemudian Love di Indonesia, nah ini yang sedikit unik.

Kalau boleh jujur, sebenarnya ada perasaan sedih dihati ku, terlebih ketika melihat keadaan nyata di sekitar bangsa ini. Apa Elizabeth tidak keliru ? Jangan-jangan Sang Penulis tidak paham benar apa yang sedang terjadi di negara ini. Adakah penemuan cinta di Indonesia ini hanya sindiran belaka ? Adakah cinta memang mudah ditemukan di Indonesia ? Apakah bangsa kita ini memang jadi tempat inspiratif untuk memahami arti cinta ?

Apakah cinta memang terlukiskan diwajah oknum politisi-politisi di Senayan sana yang terlalu sering begitu dekat dengan issue miliaran rupiah ? Dari mulai kantor yang baru, kolam renang baru, ribut-ribut kenaikan tunjangan, ongkos gertak sambal Century hingga kepada biaya perjalanan dinas ?

Atau mungkin cinta ada di rekening gendut para oknum pejabat yang konon bercokol di kejaksaan agung, polisi, pajak dan tempat-tempat strategis lain, yang kabarnya persekongkolannya lebih rapi dari kaum mafia ?

Jelas mereka semua sama. Setali tiga uang ! Tebal muka, tidak tahu malu dan sama sekali tidak tergetar hatinya dengan kemiskinan rakyat. Mereka-mereka yang mengaku ber-TUHAN tapi dalam setiap gerak nafas hidupnya menista nama TUHAN ! Mereka-mereka yang merasa akan masuk surga, hanya dengan menyuap TUHAN dengan sedekah uang haram.

Atau rasa cinta di antara para calon presiden yang tidak terpilih dengan yang terpilih ? Sehingga yang tidak terpilih minimal akan menjadi opsisi yang jujur atau teman sekerja yang tulus.

Atau cinta juga nyata pada perang terbuka antara petugas dan teroris yang tak kunjung usai ? yang membuat tak terbilang air mata dari ibu, ayah, istri dan anak yang tumpah ? Dimana setiap tetesan yang terjatuh, mengeraskan nurani dengan dendam kesumat. Lingkaran setan yang tak kunjung usai.

Atau pada banjir, macet dan seluruh janji-janji yang dianggap gombal yang pada akhirnya menimbulkan umpatan caci maki (atau bahkan doa yang buruk) warga Jakarta terhadap Sang Pejabat yang sampai saat ini masih berkeras mengaku ‘ahli’ ?

Atau sekian tak terhitungnya jumlah demo –baik bayaran atau tidak- yang begitu membiasa menghiasi Jakarta bak pawai tujuh belasan ?

Atau diantara peperangan aparat dengan ratusan orang penjaga makam yang berujung pada tindakan sadis pembunuhan dan pembakaran ?

Adakah cinta di Bekasi sana, saat dua golongan agama yang sama-sama merasa paling benar, paling suci, paling berhak untuk masuk surga, paling mewakili TUHAN namun gagal membereskan persoalan mereka dengan cara surgawi ?

Atau mungkin diantara tawuran pelajar dengan pelajar lain dijalanan, mahasiswa yang merusak kampusnya sendiri ?

Sungguh daftar panjang yang melelahkan hati.

Berandai-andai dengan semua fakta diatas, jika Saja Penulis buku Eat, Pray & Love menyempatkan diri lebih lama lagi berada dinegeriku, besar kemungkinan ia mengungsi mencari negara lain yang lebih masuk akal untuk menemukan cintanya disana. Karena pemilihan Indonesia, sepertinya sangat kurang tepat. Karena jangankan Elizabeth, kami –yang sudah lahir, tinggal dan menua di negeri ini pun- terlanjur tergoda dan menganggap cinta sebagai komoditas sangat mahal di negera kami sendiri. Sama sekali bukan hal yang begitu mudah ditangkap baik dengan mata terbelalak, apalagi dengan mata tertutup dan sekali comot. Semoga saja aku keliru, dan Elizabeth Gilbert yang benar.

Karena itu ada baiknya kita mulai berdoa, mungkin bukan dengan kebencian dan rasa dendam ataupun tawarnya rasa pesimis akan keadaan di negeri ini. Semoga TUHAN masih menyisakan dan akan terus membangkitkan orang-orang jujur dan tulus hati di negeri ini. Sebuah generasi yang hatinya dipenuhi rasa takut akan nama-NYA. Mereka yang mengasihi bangsa, negara dan rakyatnya. Yang bersungguh-sungguh mencintai istri, suami, anak, rumah tangga, orang tua, dan sesamanya. Orang baik yang kehadirannya membaikkan keadaan. Wakil-wakil TUHAN yang menyebarkan cinta dan menjadi rahmat. Sama sekali bukan kebengisan, kearoganan dan kemunafikan, yang sebenarnya jelas-jelas adalah ciri khas setan.

Sehingga suatu saat nanti, setiap jengkal tanah di Indonesia Raya, menjadi tempat inpiratif yang sungguh-sungguh layak dan nyata bagi siapapun untuk bertemu dengan cinta. Yang berarti pula, bertemu dengan TUHAN, Sang Raja. Karena dimana ada cinta yang tulus, disana IA hadir dan bertahta (*)


Diposkan oleh Semar Badranaya di 02:58 0 komentar Link ke posting ini
Senin, 27 September 2010
“Kuperintahkan Kau Untuk Berhenti Berpikir…!”
oleh Made Teddy Artiana
penulis & fotografer

Sebagian orang ketika mendengar atau membaca kalimat diatas langsung berkomentar “Seperti pernah dengar, dimana ya ?”. Sekedar membantu ingatan Anda, saya akan lengkapi kalimat diatas.


“Kuperintahkan kau untuk berhenti berpikir ! Sebab kalau kau berpikir, aku ikut-ikutan berpikirrrr !!”



Bagi mereka yang masih belum dapat mengingat, berikut clue tambahannya. Perintah aneh bin menggelikan diatas diteriakkan oleh seorang jendral –dengan aksen Batak yang kental- kepada bawahannya, lantaran anak buah nya itu saking terbiasa berpikir strategis, sampai-sampai kebiasaannya itu mengusik Sang Jendral.

Anda benar ! Bawahan itu bernama Lukman, sementara Sang Jendral adalah Bang Naga alias Nagabonar.

Adegan unik dalam film klasik Nagabonar ini tidak saja lucu, tapi cukup konyol jika sungguh-sungguh dipraktekkan. Bayangkan : manusia tanpa pikiran apapun diotaknya !

Namun tentunya bukan itu yang dimaksud oleh kalimat yang sebenarnya sarat pesan mendalam tersebut. Bagiku pribadi, yang ingin disampaikan adalah betapa penting kendali pada sebuah kebiasaan yang kadang sangat membantu namun, kadang justru menjerumuskan. Kebiasaan itu adalah : ber-pi-kir.

Serupa tapi tak sama dengan adegan diatas. Andri -bukan nama sebenarnya- adalah salah seorang team leader di wedding organizer yang dikomandoi Wida, istriku, pernah bernasib sama dengan Lukman. Hanya saja tentu bukan Nagabonar yang menyemprotnya, melainkan aku. Betapa tidak, Andri sebenarnya adalah anak muda yag cerdas, banyak sekali hal-hal yang tidak terpikirkan oleh kami namun dapat dideskripsikan dengan lancar olehnya. Parahnya, hanya 20% saja ide yang bernada positif, yang 80% sisanya adalah kecemasan-kecemasan yang bisa saja terjadi dilapangan. “Kalau begini bagaimana ?” atau “Kalau misalnya terjadi anu ?” dan lain sebagainya. Andri spesialis dalam hal itu. Sebenarnya dalam beberapa hal, “keahlian” Andri sangat berguna, karena bagaimanapun antisipasi tentunya sangat dibutuhkan. Namun demikian ketika bersentuhan dengan pisau analistis Andri, sebuah ide se-briliant apapun dalam beberapa menit segera berubah jadi gagasan tolol yang mustahil dilaksanakan. Ini lantaran ide briliant tadi telah dihujani oleh puluhan keruwetan yang telah beranak pinak dikepala Andri. Ketrampilan unik yang mirip dengan pedang mata dua miliknya ini, sungguh-sungguh harus dikendalikan !

Dulu, ketika berkesempatan menggarap proyek buku yang ditulis Bob Sadino, kami sempat berbincang-bincang serius tentang mengapa “orang bodoh” lebih cepat sukses dibanding “orang pandai”. Waktu itu Om Bob “Goblok” Sadino sempat berkelakar : “Orang-orang pintar itu, kadang karena terlalu terbiasa mikir, akhirnya nggak jalan-jalan. Tapi orang bodoh, karena memang sedikit yang dipikirkan ya segera memulai saja. Gimana nati aja deh, kata mereka. Akhirnya orang-orang bodoh itupun sukses. Karena persiapan yang sejati bukan saja dibangun diawal, tetapi justru persiapan sejati itu dibangun ketika kita berani melangkah”

Beberapa orang teman pengusaha dan top manager yang begitu sukses, memberikan tips sederhana berikut untuk kehidupan yang lebih berhasil, yaitu : kendalikan pikiran kita sehingga tetap sederhana, terbuka dan positif. (Ini tentunya tidak sama dengan pengerdilan semua kreativitas yang kita miliki.)

Sepintas ide itu tampak begitu sederhana, cenderung terlalu menyederhanakan hidup yang sseringkali kita hujani dengan kata-kata : “sangat kompleksss” ini. Akan tetapi dalam prakteknya, ternyata tips itu memerlukan derajat ketekunan yang cukup tinggi, sebelum semuanya menjadi kebiasaan yang mendarah daging diri kita. Dan ketika ketrampilan berpikir : sederhana, terbuka dan positif itu mulai Anda kuasai (walaupun belum 100%), dampak positifnya segera dapat dirasakan pada kehidupan kita.

Rupanya jika kita memberikan keleluasaan pada pikiran kita, bukan mustahil maka pikiran itu akan mengaduk-aduk Anda, persis ketika seseorang sedang mencari sebatang sendok yang terjatuh dalam kuali besar sop brenebun. Ia tidak akan berhenti memunculkan keraguan, ketakutan, pikiran jorok, dan lain sebagainya sampai Anda tertidur mumet karena kelelahan. Dan tak jarang mengigil ketakutan membayangkan hal-hal buruk yang terjadi. Intinya : menguras seluruh optimisme yang seringkali memang masih berwujud mimpi yang tentunya tampak belum logis.

Celakanya ketika kebiasaan itu tidak segera kita kendalikan, ia akan berubah menjadi kekuatan raksasa yang sekali sentil, dengan mudah akan meng-KO-kan kita. Mirip seperti ideologi teroris yang tidak segera dipadamkan, kemudian tiba-tiba berubah menjadi bahaya yang agresif yang tidak lagi sekedar mengancam, namun lebih dari itu, berani keluar dari persembunyian, dan terang-terangan menyerang !

Jadi sesegera mungkin agaknya kita harus masuk kearena, bertarung, habis-habisan mengendalikan kebiasaan berpikir kita, mumpung mereka masih imut-imut. Karena percaya atau tidak, seperti perkataan banyak orang bijak : “Pikiran, seperti halnya dengan uang, adalah tuan yang buruk, namun hamba yang baik”. Dengan demikian orang bijak bukan karena banyak, rumit dan kompleks pikiran yang ia miliki, tetapi justru orang bijak adalah mereka yang memiliki kendali penuh atas pikiran mereka. Sehingga mereka mampu mengarahkan pikiran mereka hanya kepada hal-hal yang penting, baik dan berguna.

Menutup artikel yang terasa cukup panjang ini, ada sebuah anekdot yang saya percaya sudah pernah Anda ketahui sebelumnya.

Ketika astronout Amerika ingin pergi ke bulan mereka mendapat sebuah kesulitan, karena pena (pulpen) yang biasa mereka pakai ternyata tidak berfungsi di ruang hampa. Maka NASA melakukan riset beberapa tahun untuk menciptakan tinta hi-tech yang kebal terhadap kondisi ruang hampa. Mereka menghitung sedemikian rupa intensitas, kepatan dan berat jenis tinta tersebut sehingga dimanapun –bahkan diruang hampa- tinta itu tetap masih bisa digunakan.Namun berbeda dngan astronout Rusia, mengetahui tinta umum tidak beroperasi di bulan sana, mereka membawa pensil ! (*)
Diposkan oleh Semar Badranaya di 19:23 0 komentar Link ke posting ini
Selasa, 21 September 2010
Plisss, Jangan ‘Lebay’ dengan Otak Anda !
by Made Teddy Artiana, S. Kom
fotografer & penulis



Sebagai penggemar ilmu pengetahuan tentang potensi manusia, terus terang aku sangat senang mempelajari berbagai topik bahasan yang mencoba untuk menggali potensi yang ada pada diri puncak ciptaan TUHAN itu. Waktu-waktu luang selalu aku isi dengan membaca buku bertemakan hal tersebut.

Belakangan topik yang paling hangat yang muncul kepermukaan adalah tentang otak manusia. Otak kiri, kanan lalu yang sekarang lagi ngetop-ngetopnya adalah otak tengah. Seperti cendawan dimusin banjir, “iklan” aktivasi otak tengah seolah memenuhi ruang-ruang kita. Entah latah atau apa, gejala otak tengah ini berkembang sedemikian rupa sehingga aku pribadi merasa, segalanya sudah mulai menjurus kearah lebay (berlebih-lebihan). Bak bus Trans Jakarta yang karena jalur busway-nya diserebot bajay, lalu ngetril dijalur Kereta Api Listrik. Dengan kata lain : melenceng jauuuuuh banget bo’ !

Fenomena-fenomena lebay itupun muncul begitu jelas disekitar kita.

Beberapa orang menjadi demikian resah sekali untuk mengaktivasi otak tengah mereka, dan orang-orang ini saking resahnya, merasa tanpa aktivasi itu hidup mereka belumlah maksimal. Banyak orang tua seolah terhipnotis, dan mencari short cut mengaktivasi otak tengah anak mereka supaya IQ mereka nambah sehingga lebih mudah menerima pelajaran disekolah (padahal kemungkinan besar yang dibutuhkan oleh anak-anak mereka adalah “perhatian” orang tua). Ada juga orang yang mengaku telah mengalami “aktivasi” disuatu tempat, namun karena kurang ngefek, lalu mengunjungi yang lain, untuk minta “diaktivasi ulang” lalu tidak puas lagi, dan minta diaktivasi lagi untuk kesekian kali. Bahkan ada –Anda boleh percaya atau tidak- seorang oknum yang mengaku expert otak tengah yang bertingkah lebih mirip -mohon maaf tidak semua tentunya- seorang dukun dibanding seorang ilmuwan.

T e r l a l u !!! (kata Rhoma Irama)

Ndilalah (untungnya) aku itu ndak sendirian. Beberapa hari yang lalu di Koran Sindo, aku membaca uraian dari Dr. Sarlito Wirawan, Guru Besar Psikologi UI, yang ternyata juga mengalami kegerahan yang sama seperti yang aku rasakan. Beliau menyatakan bahwa aktivasi otak tengah sudah terlalu jauh disalah tafsirkan oleh pihak-pihak yang mencari keuntungan materi. (untuk lebih lengkapnya silakan baca sendiri  Koran Seputar Indonesia tanggal 19 September 2010)

Lalu apakah faktor otak –entah kiri, kanan, atau tengah- memang punya pengaruh begitu dominan terhadap hidup manusia ? Sehingga memang harus diekploitasi sedemikian rupa hanya karena para ahli mengatakan manusia pada umumnya baru menggunakan sekitar 6% dari kemampuan otak mereka ? Apakah memang benar untuk sukses kita harus –tidak ada jalan lain- habis-habisan memeras otak kiri, mengembangkan otak kanan dan mengaktivasi otak tengah sedemikian rupa ? Apakah benar jika kita bertambah jenius atau pandai atau cerdas atau apalah namanya, membuat hidup kita lebih baik, lebih bahagia, lebih sukses ? Apakah itu modal satu-satunya dan yang terutama yang Sang Pencipta berikan bagi kita untuk mengarungi kehidupan ? Aku pribadi tidak terlalu percaya.

Maksudnya begini, menjadi pandai atau jenius, boleh-boleh saja. Bagusssss ! Tetapi nggak harus !!

Jika Anda ragu, coba lakukan research mendalam pada seluruh kitab suci Anda, atau luangkan waktu untuk menginterview para tokoh atau guru agama atau –yang ini agak susah- jika kebetulan Anda memiliki akses kesana, cobalah bertanya kepada pengusaha-pengusaha sukses : Apakah benar yang menjadi modal utama mereka adalah otak mereka. Apakah benar bahwa hidup manusia itu sedemikian dominan ditentukan semata-mata oleh otak mereka ?

Saya berani bertaruh Anda akan menemukan bahwa hal terpenting adalah : hati. Hati yang dipelihara dengan sebaik-baiknya.

Aku jadi teringat seorang paling bijak dan berhikmat yang pernah ada dimuka bumi ini. Seorang raja yang juga diakui sebagai nabi. Raja Solaiman (Salomo) namanya, menyimpulkan resep untuk sukses dalam kehidupan adalah dengan menjaga hati, sehingga beliau bersabda : “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan karena dari sanalah terpancar kehidupan”.

Sungguh unik, jika kita perhatikan beliau sama sekali tidak memasukkan kemampuan otak pada tips beliau diatas. Berita buruk bagi mereka yang begitu mendewakan otak mereka. Ada apa gerangan dengan hati ?

Mungkin benar manusia baru hanya menggunakan 1% dari seluruh kapasitas otak mereka, tetapi tidak 100% benar ketika yang 1% itu bertambah jadi 10% lalu otomatis hidup mereka bertambah sukses.

Tetapi jika kita men-aktivasi hati kita lebih banyak dalam kehidupan. Yang mana itu juga berarti membersihkannya dari segala yang tidak baik, maka dijamin kita akan bertambah sehat, bertambah bahagia, hal-hal yang baik (termasuk jodoh, rejeki termasuk keberuntungan tentunya) akan tertarik dengan sendirinya.

Karena hati bukan hanya pelita kehidupan, tetapi hati juga adalah jalan menuju sorga. TUHAN yang menjamin, mengenai biaya “aktivasi” hati..he..he..he..gretong alias gratis ! Karena itulah aku pribadi tengah dalam proses mendisiplin diri untuk selalu mengaktivassi dan menjaga hati ini dengan segala kewaspadaan.

Jagalah hati, jangan kau nodai
Jagalah hati, cahaya Ilahi.
Jagalah hati, jangan kau kotori
Jagalah hati, lentera hidup ini.

(*)
Diposkan oleh Semar Badranaya di 10:09 0 komentar Link ke posting ini
Minggu, 19 September 2010
Antara Keong Racun, Monyet dan Inception-nya Leonardo DiCaprio

oleh Made Teddy Artiana, S. Kom
fotografer & penulis



“Dasar kau keong racun, baru kenal eh ngajak tidur !”

Aku berani bertaruh bahwa 9 dari 10 orang Indonesia pasti mengenal akrab penggalan syair diatas. Dubbing lagu Keong Racun via youtube oleh Shinta dan Jojo itu memang luar biasa fenomenal. Tersebar - hingga keluar negeri- lewat internet, handphone, BB bahkan televisi. Naif, konyol, tapi sangat menghibur. Keduanya, disadari atau tidak, telah membuktikan sedikitnya dua hal. Pertama, keperkasaan internet dan segala kerabatnya yang akan mempermudah seseorang untuk eksist (baca: ngetop) di abad ini. Kedua, keberhasilan Shinta dan Jojo membuat siapapun akan bermimpi bernasib lucky seperti mereka berdua. Sejauh ini aku pribadi menganggap semua itu sungguh merupakan fenomena unik, yang merupakan perpaduan antara : iseng, keperkasaan dunia maya dan lagu nyentrik yang sangat menghibur.

Sampai ketika aku mendengar sekelompok anak kecil (antara 8-10 tahun), sambil tertawa cekikikan, menyanyikan syair diatas berulang-ulang. “… baru kenal eh ngajak tidur !”.
Lucu memang, untuk kita yang telah dewasa dan menikah. Tetapi untuk mereka, anak-anak itu. Apakah pengulangan-pengulangan itu tidak kemudian tertanam di bawah sadar mereka, makin kuat, lalu … entah mengendap jadi apa disana.

Yang jelas, ketika harus berhadapan dengan cermin norma agama dan susila, kalimat diatas –untuk anak-anak kita- sama sekali tidak lucu lagi. Bahkan ia kemudian menjelma menjadi virus nakal esek-esek yang mau tidak mau mengusik keimanan.

Aku jadi teringat sebuah dongeng tentang monyet dan angin. Suatu ketika terjadilah taruhan antara monyet dan angin. Monyet berkata sesumbar bahwa angin tidak akan sanggup menjatuhkan dirinya dari atas pohon. Karena merasa ditantang sekaligus penasaran, anginpun setuju. Tanpa banyak cakap angin segera mengeluarkan seluruh kekuatannya untuk meniup monyet agar segera terhempas ketanah. Tapi aneh, semakin kuat angin bertiup, semakin erat pula monyet berpegangan pada pohon. Angin kelelahan, sejauh ini ia gagal. Sedangkan lawannya, Si Monyet berteriak kegirangan sambil berjingkrak-jingkrak mengejek. Untunglah angin tidak menyerah. Ia memutuskan untuk mengubah strategi penyerangan. Jika tadi ia menggunakan ‘kekerasan’ kini anginpun bertiup sepoi-sepoi basa. Karena merasa akan segera memenangkan pertandingan, monyetpun lengah. Ia tidak menyadari penyerangan diam-diam yang dilakukan oleh lawan. Tidak lama kemudian, kelopak matanya mulai terasa berat. Rupanya angin sepoi-sepoi ini telah membuat ia mengantuk. Beberapa saat berlalu, hingga rasa kantuk tak tertahan lagi olehnya, dan akhirnya…gubraaakkk !!! Si Monyetpun tersungkur, jatuh ditanah.

Beberapa pengaruh asusila juga berhasil menjatuhkan kita, persis dengan cara yang sama dengan yang dilakukan angin terhadap monyet. Narkoba datang lewat ‘pergaulan jetset’ masa kini. Perlahan-lahan, lalu mulai diterima sebagai kewajaran. Perselingkuhan semakin berkembang-biak lewat jargon-jargon unik, Temen Tapi 'Keliwat' Mesra, misalnya. Perceraian, hampir dianggap sebagai ‘takdir dari TUHAN’ yang dipublikasi lewat berbagai pemberitaan kawin cerai yang dikemas dalam ‘acara hiburan’. Pornography dan perjinahan menyebar luas keseluruh handphone tua-muda atas nama ‘penasaran’ karena kebetulan pemainnya adalah artis lokal yang sangat ngetop. Dan lain-lain sebagainya.

Seperti halnya ide-ide yang positif, ide-ide bejat seperti ini juga menyebar laksana virus. Yang diletakkan dibawah sadar seseorang dengan tanpa disadari oleh yang bersangkutan. Para pelakunya seolah mengambil peranan Cobb (Leonardo DiCaprio) dalam film Inception karya Christopher Nolan yaitu menyuntikkan sebuah gagasan di alam bawah sadar seseorang lewat mimpi.

Sebagai pekerja seni, aku sama sekali tidak antipati terhadap lagu Keong Racun. Bagiku pribadi lagu sederhana ini sangat jenius. Sejujurnya, aku pribadi termasuk penggemar lagu itu ! Penciptanya dengan luar biasa kreatif berhasil mengangkat kenyataan yang terjadi disebagian pergaulan masyarakat dan mengemasnya dengan kata dan irama yang unik, sehingga sekali diperdengarkan lagu itu akan nyantol laksana lintah dan sulit dilepaskan dari pikiran kita. Penciptanya tentu tidak bermasuk buruk dengar syair-syair yang ia ciptakan. Wong semua itu adalah sebuah kenyataan !

Hanya saja permasalahan datang ketika anak-anak kita, dengan riang gembira ikut-ikutan menyanyikan lagu tersebut dan kita sebagai orang tuanya merasa tidak terlalu perlu untuk menggubris ‘angin sepoi-sepoi basa’ itu.

Kemudian siapa yang salah ? Entahlah. Mungkin memang dunia ini telah begitu tua, sehingga mata hati kita sudah dibuat terlalu rabun untuk membedakan mana daerah putih dan mana daerah hitam. Semua terlihat begitu abu-abu.

Yang jelas segalanya akan segera berpulang kepada diri kita masing-masing. Karena siapapun akan mengakui, adalah sebuah pekerjaan yang mustahil untuk membendung seluruh pengaruh (klise) globalisasi.

Seperti halnya film Inception, dimana lawan Leonardo DiCaprio, yakni Robert Fischer (yang diperankan oleh Cillian Murphy) adalah orang yang begitu terlatih untuk selalu alert menjaga alam bawah sadarnya, semakin hari rupanya setiap orang semakin dituntut untuk memiliki penjaga alam bawah sadarnya, sehingga tidak mudah tercemar pengaruh buruk apapun. Pengaruh yang akan datang lewat ‘mimpi’ dan ‘angin sepoi-sepoi basa’ yang pasti –cepat atau lambat- membuat kita sama seperti monyet yang akhirnya jatuh terjerembab ditanah. Dan sialnya, tugas menjaga bawah sadar kita –supaya tidak tercemar- sungguh bukan perkara mudah. Ada baiknya kita semua sebisa mungkin segera siuman lalu sadar sesadar-sadarnya (*)

Diposkan oleh Semar Badranaya di 11:19 1 komentar Link ke posting ini
Selasa, 14 September 2010
Tiga Orang Kuli Bangunan
ditulis oleh Made Teddy Artiana, S. Kom
fotografer & penulis


Ini adalah sebuah kisah klasik tentang tiga orang kuli bangunan. Kisah sederhana namun inspiratif. Entah darimana kisah ini berasal, yang jelas kisah ini telah melanglang buana begitu jauh. Dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi. Menyeberangi lautan, tiba dibenua yang satu lalu tersebar disana kemudian berangkat ke benua dan bahasa yang lain.

Suatu kali disiang yang terik, disaat ketiganya tengah sibuk bekerja, melintaslah seorang tua.

"Apa yang sedang kau kerjakan ?", tanya orang tua itu kepada salah seorang dari antara mereka.
Pekerja bangunan yang pertama tanpa menoleh sedikitpun, menjawab orang tua itu dengan ketus. "Hei orang tua, apakah matamu sudah terlalu rabun untuk melihat. Yang aku kerjakan dibawah terik matahari ini adalah pekerjaan seorang kuli biasa !!".

Orang tua itupun tersenyum, lalu beralih kepada pekerja bangunan yang kedua. "Wahai pemuda, apakah gerangan yang sebenarnya kalian kerjakan ?".

Pekerja bangunan yang kedua itupun menoleh. Wajahnya meskipun ramah tampak sedikit ragu.

"Aku tidak tahu pasti, tetapi kata orang, kami sedang membuat sebuah rumah Pak", jawabnya lalu meneruskan pekerjaannya kembali.

Masih belum puas dengan jawaban pekerja yang kedua, orang tua itupun menghampiri pekerja yang ketiga, lalu menanyakan hal yang sama kepadanya. Maka pekerja yang ketiga pun tersenyum lebar, lalu menghentikan pekerjaannya sejenak, lalu dengan wajah berseri-seri berkata.

"Bapak, kami sedang membuat sebuah istana indah yang luar biasa Pak ! Mungkin kini bentuknya belum jelas, bahkan diriku sendiripun tidak tahu seperti apa gerangan bentuk istana ini ketika telah berdiri nanti. Tetapi aku yakin, ketika selesai, istana ini akan tampak sangat megah, dan semua orang yang melihatnya akan berdecak kagum. Jika engkau ingin tahu apa yang kukerjakan, itulah yang aku kerjakan Pak !", jelas pemuda itu dengan berapi-api.

Mendengar jawaban pekerja bangunan yang ketiga, orang tua itupun sangat terharu, rupanya orang tua ini adalah pemilik istana yang sedang dikerjakan oleh ketiga pekerja bangunan itu. (*)

Hal yang sama rupanya berlaku pula dalam hidup ini.

Sebagian besar orang tidak pernah tahu untuk apa mereka dilahirkan kedunia. Mungkin karena telah begitu disibukkan oleh segala bentuk “perjuangan”, merasa tidak terlalu perduli dengannya. Bisa hidup saja sudah syukur !

Sebagian lagi, yang biasanya adalah tipe “pengekor” atau “me too” yaitu orang-orang yang punya pandangan yang samar-samar tentang keberadaan mereka dalam kehidupan. Sepertinya begini…kayanya begitu…kata motivator sih begono..tapi pastinya ? Don’t have idea !!

Namun sisanya : golongan terakhir -biasanya hanya segelintir orang- menemukan “visi” atau “jati diri” mereka didunia ini. Mereka adalah orang-orang yang tidak hanya kebetulan lahir, sekedar hidup, bertahan agar tetap hidup, tua karena memang harus tua, kawin lagi jika ada kesempatan, lalu berharap mati dan masuk surga, namun adalah orang-orang yang hidup dalam arti yang sebenar-benarnya.

Mereka sering dianggap sebagai “perpanjangan tangan TUHAN”. Orang-orang yang tidak hanya berjalan dalam tuntunan tangan Yang Maha Kuasa, tetapi juga mengenal benar kemana arah perjalanan itu, dan tentunya bergaul karib dengan DIA, Sang Penuntun perjalanan mereka.

Semoga setelah kembalinya ke fitrah, membuat Anda dan saya tidak hanya menjadi bersih dan suci, namun lebih dari itu, mengetahui untuk apa kita hadir didunia ini. Sehingga tugas maha luas dan abstrak “menjadi rahmat bagi semesta” dapat kita konkritkan dan tunaikan sebelum selesainya sisa waktu yang kita miliki.
Selamat Idul Fitri, Mohon Maaf Lahir dan Bathin. (selesai)

--

Seandainya Aku Jadi Aburizal Bakrie

ditulis oleh Made Teddy Artiana, S. Komp
fotografer & penulis



Aburizal Bakrie. Siapa yang tidak kenal beliau ? 99% orang Indonesia pasti pernah mendengar namanya tidak hanya di dunia bisnis namun juga di jagat perpolitikan. Tidak berlebihan memang, karena sepak terjang Ical, kerap kali menarik perhatian, alias membuat geger.

Terlepas dari masalah pengemplangan pajak, yang dituduhkan oleh Dirjen Pajak, Indonesia Corruption Watch (ICW) dan mantan menkeu, Sri Mulyani yang kabarnya mencapai triliyun-triliyunan, demikian juga masalah Lumpur Lapindo, yang telah ditetapkan pemerintah sebagai bencana alam, dan belum dapat teratasi hingga sekarang.

Terlepas dari itu semua, kalau boleh jujur, sejak dulu aku amat sangat mengidolakan sosok Aburizal Bakrie. Dengan kerajaan bisnis yang begitu menggurita, dari batu bara, perkebunan, minyak, telekomunikasi dan lain sebagainya. Bayangkan berapa besar sumbangan yang diberikan oleh Bakrie terhadap roda perekonomian Indonesia ? Berapa besar bisnisnya berhasil menyerap tenaga kerja diseluruh negeri ini ? Berapa besar devisa yang didatangkan oleh perusahaan-perusahaan mereka ?

(Bandingkan dengan para koruptor goblok yang tidak tahu malu, yang bisanya hanya nyolong, menggertak,main kuasa, memeras, memperkaya diri sendiri, tanpa berdampak pada lapangan kerja untuk orang banyak dan kemakmuran perekonomian bangsa. Kalau berani jadi pengusaha, jangan jago kandang doang !!!)

Buatku pribadi Aburizal Bakrie adalah sosok ideal anak bangsa yang berkontribusi luar biasa dengan enterpreneur spirit yang dashyat. Lulusan ITB ini adalah pengusaha nasional favorite buatku. Perwujudan segala mimpi-mimpi ku. Pengusaha briliant, sukses sejak muda, kaya raya, cerdas dan punya kekuasaan informal yang sangat besar.

Tidak hanya itu, Ical juga dikenal jago sihir. Dunia bisnis sering membuktikan bahwa apa yang bagi sementara orang ‘mustahil’, dapat dirubah oleh beliau menjadi ‘kenyataan’.

Tahun 1997, ketika dunia bisnis berantakan dihajar krisis moneter, group Bakrie seperti halnya perusahaan-perusahaan lain- termasuk kedalam daftar ‘sekarat’ dan harus masuk UGD, karena sudah megap-megap. Sepuluh tahun kemudian, Bakrie sudah mencatatkan dirinya sebagai orang terkaya pertama di Asia Tenggara !

Jauh melampaui Robert Kuok (orang terkaya di Malaysia - memiliki 7,6 miliar dolar AS), Teng Fong (terkaya di Singapura - memiliki 6,7 miliar dolar AS), Chaleo Yoovidya (terkaya di Thailand - memiliki 3,5 miliar dolar AS), dan Jaime Zobel de Ayala (terkaya di Filipina – memiliki 2 miliar dolar AS).

Tersebutlah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bisnis perhotelan, Bumi Modern namanya. Disekitar tahun 2000, group Bakrie masuk dan mengubah tidak hanya nama melainkan juga bidang usaha Bumi. Bumi moderen berubah nama menjadi Bumi Resources, bidang perhotelan jadi pertambangan batu bara.

Bumi mulai dikenal orang ketika ia membeli perusahaan tambang batubara bernama PT. Arutmin Indonesia, ini menggemparkan karena jika dianalogikan traksaksi pembelian ini mirip ikan teri menelan ikan tongkol. Apa yang membuat bank dan para peminjam modal percaya akan visi Bakrie yang belum tentu benar, dan merelakan penjaman duit sedemikian besar ?

Belum lagi selesai keterkejutan dunia bisnis, ditahun 2003, Bumi kembali melakukan hal spektakuler, yang gaungnya sampai kedunia internasional : Bumi membeli KPC (Kaltim Prima Coal)-perusahaan tambang batubara terbesar didunia, dengan kapasitas produksi raksasa- dari tangan Rio Tinto. Kali ini ikan teri itu, berhasil menelan ikan paus bulat-bulat !! Transaksi yang mustahil, tapi berhasil dibuat jadi kenyataan oleh Bakrie.

Dari mana sumber dana pembeliaan berasal ? Apa yang mengakibatkan Rio Tinto mau menjual 100% saham mereka kepada Group Bakrie dengan harga $500 juta, padahal perkiraan harga pemerintah terhadap KPC sebesar $800 juta ? Apa kekuasaan dan pengaruh Bakrie memang sedemikian luar biasa ?

Tidak ada yang dapat memberikan penjelasan dengan pasti. Itu adalah sebuah transaksi keuangan yang demikian rumit, lobby-lobby super tangguh, visi yang sangat luar biasa. Transaksi yang hanya bisa dilakukan oleh para dewa !

Itu belum seberapa, ketika telah mengambil alih KPC dan Arutmin, entah kebetulan atau memang mata sihir keluarga Bakrie sudah dapat melihatnya, beberapa bulan kemudian harga batu bara duniapun melejit, mencapai titik tertinggi. Dengan kapasitas produksi raksasa dan harga jual batu bara yang sangat tinggi, bayangkan keuntungan yang diraih oleh Bumi. Luar biasa !

Tidak munafik, saat itu aku dan beberapa teman yang memang berinvestasi di pasar saham (dalam skala kecil tentu saja) ikut kecipratan rejeki nomplok dari melambung-liar nya harga saham berkode BUMI ini. Setiap pagi kami, para investor kecil-kecilan ini dengan tegang menatap tak berkedip layar monitor, menyaksikan geliat saham BUMI. Bahkan one day trading yang kami lakukan iseng-isengpun menghasilkan hasil yang luarbiasa cukup untuk makan siang tiga bulan.

Seorang teman, dengan jumlah lot saham BUMI terbesar diantara kami, begitu terobsesi, hingga terbawa mimpi ketika saham BUMI disuspen, karena otoritas BEJ menuntut manajemen BUMI memberikan keterbukaan informasi pada investor publik. Dalam mimpi temanku itu, ia dan aku (kok bisa-bisanya aku masuk dimimpinya) menunggu mondar-mandir gelisah di sebuah pintu ruangan yang tertutup yang bertuliskan ‘JANGAN BERISIK BEJ DAN BUMI SEDANG MEETING DIDALAM’.

Beberapa tahun berlalu, harga saham BUMI yang dulu hanya berkisar 300-an, akhirnya sempat menyentuh 8.000-an sebelum kemudian anjlok, buy back dan bertengger diangka 2.000-an, sampai sekarang.

Rupanya akrobat belum selesai, group Bakrie kembali melakukan sesuatu yang menggemparkan dunia bisnis. Mereka menjual Arutmin dan KPC dan nilai jual belinya disekitar $3 miliyar (sekitar 27 Triliyun), jauh diatas transaksi yang dilakukan keluarga Sampoerna dengan Philip Moris, yakni sekitar $2 miliyar (sekitar 18 Triliyun). Membeli di harga $500 juta dan menjual kemudian diharga $3 miliyar !

Beberapa tahun kemudian, kembali terdengar isu bahwa Bumi akan membeli KPC kembali dari tangan Tata Power dengan harga sesuai kesepakatan jual beli, BUMI berhak menerima penawaran pertama jika Tata berniat menjual KPC dan Arutmin. Dan kabarnya, harga itu sangat rendah, hanya 50 persen dari harga beli Tata !
Sedikit menyimpang dari itu semua. Apakah masuk akal jika pengusaha sekaliber ini kemudian mati-matian hanya berniat jadi presiden Indonesia ? Aku meragukannya.

Aku rasa Aburizal sama sekali gak minat jadi presiden, namun lebih dari itu, diatas presiden. Sebuah kekuasaan informal yang sangat amat mempengaruhi presiden. (persis mirip dengan kekuasaan taipan Yahudi terhadap Presiden USA)

Aku rasa itu sah-sah saja. Sepanjang sang saudagar tetap mengedepankan moral dan membuat rakyat dan bangsa ini jauh lebih makmur dari sekarang. Karena suka tidak suka, waktu sudah membuktikan bahwa kadang lembaga-lembaga pengawas, tidak terlalu efektif untuk digunakan sebagai alat memonitor kerja pemerintahan.

So what is the plan ?

Simple walau agak aneh memang, tapi tidak ada salahnya kita coba. Karena pengaruh doa sampai kapanpun, adalah mendekatkan kita dengan kepada siapa kita berdoa (TUHAN) dan mendekatkan hati kita untuk siapa kita berdoa.(anak, istri, sahabat, orang lain, bahkan musuh).

Karena itu mari kita mendoakan 100 orang terkaya di Indonesia dengan hati yang tulus, terutama ia yang berada dipuncak kumpulan mereka, Aburizal Bakrie, supaya TUHAN yang memberikan segenap kecerdasan, keberuntungan, keajaiban, kesehatan dan kemuliaan itu semakin memberkati mereka dengan kemakmuran yang lebih dashyat, menganugrahkan keluarga mereka dengan harmonis, kesehatan bagi mereka, istri, anak dan cucunya dan yang terpenting dari semuanya itu, menggerakkan para taipan-taipan tersebut untuk punya hati yang takut akan TUHAN dan tulus mengasihi bangsa dan rakyat Indonesia.

Sehingga teori gelas penuh yang akan tumpah kesekelilingnya itu akhirnya dapat terwujud.

Apakah itu mungkin ? Sebagian kawan dekat ketika kuceritakan hal ini serta merta mencibir : “Elu kurang istirahat, Made. Jadi mimpinya kebablasan !!”.

Demo dan ancaman mungkin dapat melakukan sesuatu. Demikian pula kekerasaan dan kerusuhan. Tapi ‘doa’ seringkali sudah dilupakan. Sebuah senjata pamungkas yang sudah dibuang jauh-jauh, karena dianggap kuno, gak menghasilkan dan lambat pengaruhnya.

Manusia lupa bahwa ketika kita berdoa kita berurusan dengan kekuatan Maha Dashyat yang mengendalikan tidak hanya langit, bumi, laut dan segala isinya, namun juga jutaan galaksi dan antariksa. Pribadi yang punya otoritas tunggal terhadap waktu, masa dan nasib manusia. Jika IA menutup tak ada yang dapat membuka, meninggikan dan tak ada yang sanggup merendahkan, mematikan dan tidak ada seorangpun yang dapat menghidupkan.

Doa mengundang intervensi TUHAN. Apapun dapat terjadi jika IA sudah terlibat. Tidak ada perkara sebesar apapun yang terlalu mustahil bagi TUHAN, termasuk mengubah hati seseorang.

(Bayangkan apa yang terjadi jika ratusan juta orang Indonesia ini berdoa sungguh-sungguh, demi kemajuan dan kemakmuran bangsa)

Kita kembali menengok judul diatas, kemudian seandainya saja aku akhirnya memiliki kecerdasan, kekayaan dan pengaruh seperti Aburizal Bakrie. Apa sih yang kira-kira akan kulakukan ?

Aku akan ikut mengawasi pemerintah. Mendesak presiden memutasi pejabat-pejabat bandel ke pedalaman gunung Jayawijaya. Menekan kepala daerah, yang waktu berkampanye berjanji ini-itu, mengaku ahli, padahal ‘telmi’ setelah menjabat. Bahkan mengawasi menteri-mentri, yang lebih suka tampil di televisi, berfoto jaim di majalah dan pinggir jalan, padahal tidak berprestasi kerja. Memonitor oknum anggota DPR yang asyik plesiran, main perempuan, korupsi dan lupa bekerja. Mendukung kinerja presiden dan wapres, lewat jalur informal.

Aku akan memberikan pensiun Rp. 500 juta, kepada para guru yang sudah terbukti mengabdi berpuluh-puluh tahun dengan iklash, mencerdaskan para bakal gubernur, mentri, presiden dan pengusaha.

Memberikan 1 M, dalam bentuk ternak, modal kerja dan beasiswa, kepada desa yang masyarakatnya terbukti telah bergotong royong membangun, menjaga dan memakmurkan desa mereka.

Memanggil seluruh orang pintar Indonesia yang terpaksa harus kabur dan bekerja di luar negeri, hanya karena gaji yang kurang dan kurangnya penghargaan terhadap nasinalisme mereka.

Menganggarkan Rp. 1 Miliar setiap tahun untuk pesantren dan pusat-pusat pendidikan agama diberbagai pelosok Indonesia, sehingga para ulama, pendeta, pedanda dan tokoh agama dapat mengarahkan umat mereka kepada jalan yang benar. Dan menjadikan pusat-pusat keagamaan iu sebagai pusat pembentukan akhlak yang mulia, pemuda-pemuda militan ‘yang berani hidup’ berjuang untuk memenuhi takdir mereka sebagai rahmat bagi semesta, dan bukan sebagai tempat berakar nya dendam kesumat, kebencian, balas dendam yang pasti akan menambah lebar luka, mengeruhkan hati nurani, yang jika dilanjutkan tidak akan berakhir sampai kapanpun juga.

Hadiah Rp. 100 Miliar kepada para penegak hukum yang berani membongkar hingga tuntas skandal kejahatan apapun ditubuh lembaga negara.

(ee..kok jadi mirip janji kampanye..hi..hi..)

Memberikan pensiun 1 Triliyun bagi kepala negara/presiden dan wapres, dan 100 Miliar bagi kepala daerah setingkat gubernur, yang dalam masa pemerintahannya telah berhasil membawa dampak kemakmuran dan kemajuan yang signifikan bagi bangsa dan negara.

Dan banyak program lain.

Semoga TUHAN memberkati Aburizal Bakrie dan 100 orang terkaya di Indonesia, sehingga menjadi 100 orang terkaya di dunia dan 100 orang terkaya yang namanya tercantum juga di Sorga ! Karena sampai kapanpun, sepertinya, Sorga tidak akan mungkin terbeli dengan uang, seberapapun besar jumlahnya. Dan TUHAN tak mungkin dapat kita akal-akali, seberapapun cerdas otak yang kita miliki. (selesai)
Diposkan oleh Semar Badranaya di 20:45 3 komentar Link ke posting ini
Senin, 03 Mei 2010
Kau Dengan Gunung Mu, Aku Dengan Gunung Ku
ditulis oleh Made Teddy Artiana, S. Kom
fotografer, penulis & grafik desainer


“Begitu banyak orang takut akan persaingan. Ini aneh. Karena permulaan kehadiran kita didunia ini dimulai dalam sebuah proses persaingan. Mungkin kita dapat belajar dari sebuah proses pembuahan. Sel sperma yang berjuta-juta itu harus bersaing sedemikian rupa untuk membuahi satu sel telur. Mereka harus berlomba berenang begitu cepat, berebut untuk mengawini satu sel telur tersebut. Dan yang kuat, cepat, tangguh akan keluar sebagai pemenang”

Demikianlah uraian yang berulang kali ku dengar dari salah seorang ulama yang sangat terkenal, guru sekaligus seseorang yang sangat kukagumi. Tapi kalau boleh jujur, aku tidak terlalu sependapat dengannya. Uraian beliau tentang persaingan kuanggap tidak seratus persen benar.

Mengapa ?

Aku dibesarkan dalam sebuah masyarakat yang memelihara sebuah persaingan sebagai budaya tak terlepaskan dari kehidupan mereka. (Siapa sih yang tidak ? Aku rasa kita semua mengalami nasib yang sama).

Mula-mula di dunia pendidikan. Sebagian besar dari kita terbiasa/terpaksa belajar dan memperoleh prestasi, seolah-olah seperti dalam sebuah arena persaingan. Juara satu, dua dan tiga. Ranking sepuluh besar. Kebiasaan ini diteruskan dalam dunia kerja, baik dunia profesional maupun bisnis.

Tips dan trick memenangkan kompetisi.
Kiat mengalahkan pesaing.
Cara mengetahui strategi Competitor.
Sebelas langkah untuk segera dipromosikan.
Seratus jurus untuk melampaui karir atasan Anda di kantor.

Kepala ini sudah terlanjur terdoktrin tentang dengan hal-hal seperti itu sehingga hampir tidak ada lagi yang berani bertanya : apakah semua ini mutlak benar ? Benarkah segalanya begitu terbatas ? Benarkah hidup ini tidak menyediakan kecukupan untuk semua orang ? Benarkan TUHAN yang sangat tidak terbatas itu sedemikian miskin, sehingga kita ‘ditakdirkan’ harus saling sikut, saling rampas, adu cepat, adu licik, main dukun, sogok sana sini hanya atas nama memenangkan persaingan. Sementara DIA diatas sana berdiri sebagai wasit –sang pengadu domba- mengganjari para pemenang dan menertawai pecundang-pecundang malang.

Kontradiksi dengan semuanya itu. Bukankah sedari kecil kita juga telah sering mendengar pengajaran-pengajaran sebagai berikut :

“Mungkin bukan rejeki kita”
“Sudah menjadi rejeki dia”
“Rejeki itu sudah kita bawa ketika kita lahir”
“Setiap manusia sudah punya rejeki masing-masing”
“Menjemput rejeki”
“Rejeki tidak mungkin tertukar”
“Iri hati kita tidak menambah atau mengurangi rejeki orang lain”

Periksalah seluruh kitab suci di atas muka bumi ini dan temukan sebuah ayat tentang persaingan. Tentang betapa sedikitnya kemampuan TUHAN memberikan rejeki pada umat-NYA. Tentang betapa terbatasnya segala sesuatu. Dari sana kita akan mendapat gambaran yang jauh berbeda dengan dunia yang didalamnya kita sudha bernafas sejak kecil.

Lalu dari mana doktrin ini berasal ? Apakah pendapat dunia sekuler telah begitu mencemari kita ?

Kita tahu bahwa ada dua jenis manusia didunia ini. Mereka yang beriman dan mereka yang berotak. Ini tidak berarti orang-orang beriman tidak memiliki otak sama sekali dikepala mereka, atau begitu juga sebaliknya mereka yang berotak sama sekali tidak memiliki iman dihati mereka. Ini hanya sebuah istilah yang ingin menggambarkan “tentang apa yang mendominasi kehidupan mereka sehari-hari”.

Bagi mereka yang mengagung-agungkan otak, lebih percaya hanya kepada apa yang mereka lihat, alami dan pelajari. Namun kaum beriman –yang seringkali bersandar pada hati- menaruh kepercayaan pada apa yang tidak kasat mata. Janji TUHAN, pahala, dan lain sebagainya.

Kedua golongan ini saling berinteraksi, saling mempengaruhi satu dengan lain. Mungkinkah diktat besar mengenai persaingan kemudian ditandatangani disini, lalu diterima sebagai sebuah kebenaran turun temurun ?

Kita belajar karena ingin menduduki ranking tertentu atau bahkan lebih parah dari itu : karena takut tidak lulus dan takut tidak memenuhi syarat pekerjaan di masyarakat. Hanya segelintir orang yang belajar karena rasa ingin tahu yang tulus.

Ingin mendapat pendapatan atau jabatan yang lebih tinggi. Bisnis yang lebih hebat. Uang yang lebih banyak. Lalu mulai bermanuver, politiking, si-sa-si-ji-sa-si : sikut sana sini, jilat sana-sini. Apakah pendekatan ‘memberikan yang terbaik dan berkarya sehebat mungkin’ sudah terlalu kuno dan kurang efektif lagi ?

Bukankah ‘memperbaiki diri’ adalah salah satu takdir yang harus kita penuhi ? Bahwa orang yang keadaannya sama saja dengan hari kemarin adalah orang-orang yang merugi dan bahwa orang-orang yang keadaannya lebih buruk dari kemarin adalah orang-orang terkutuk ? Sama sekali bukan alasan siapa menang dan siapa kalah. Siapa yang mendapat dan siapa yang terpaksa menyerahkan.

Lalu untuk apa kita belajar, memperoleh gelar Prof, Dr., SH, S. Kom, MBA, MSI, TKW, HIV ? Untuk apa seluruh daya upaya, pengorbanan, keringat, strategi, riset, kreatifitas dan usaha yang telah kita dikerahkan ?

Untuk menggali tambang emas gunung rejeki kita masing-masing !

Itu juga berarti, sama sekali tidak menjadi masalah jika kita saling membantu, saling sokong, saling memberi informasi rahasia, saling menyumbangkan tips dan trik, karena kita tidak sedang berebutan menggali satu gunung rame-rame, tapi yang kita lakukan adalah menggali gunung rejeki kita masing-masing, yang sudah ditentukan TUHAN menjadi bagian kita sejak kita lahir.

Saling jegal ? Buat apa !?
Itu hanya sebuah pemborosan energi yang sudah pasti membuat pekerjaan menambang emas kita masing-masing jauh lebih lambat dari kecepatan sebenarnya. Lebih jauh dari itu, hanya merupakan kegiatan yang mengotori hati nurani dan mengundang hal-hal buruk terjadi pada hidup kita.

Sedikit banyak ini merupakan kabar baik bagi para pencundang, bahwa ternyata masih begitu banyak harapan dalam hidup ini. Sebaliknya merupakan kabar buruk buat mereka-mereka yang selama ini membusungkan dada, karena merasa telah mengalahkan banyak orang dalam hidupnya. Bahwa ternyata kemenangan yang mereka raih adalah palsu. Para pemenang palsu ini berlari kesetanan padahal tidak ada yang mengejar mereka. Menggali membabi buta, padahal yang mereka gali adalah gunung mereka sendiri, yang tidak mungkin diganggu gugat oleh siapapun. Oooh poor fake winner…

Bahkan Sun Tzu dalam strategi perangnya mengatakan secara implisit bahwa musuh yang sebenarnya ada dalam diri kita. Sehingga seorang jenderal perang yang ceroboh, akan terbunuh. Penakut, akan tertangkap. Lekas marah, akan mudah terprovokasi dan mereka yang begitu sensitif akan kehormatan akan dengan mudah dipermalukan. Bukankah itu semua ada dalam diri kita ? Dengan kata lain yang membuat kita terbunuh, tertangkap, marah, dan dipermalukan adalah diri kita sendiri dan sama sekali bukan orang lain. Jadi pemenang sejati adalah mereka yang mengalahkan bagian dari diri mereka yang buruk dan sama sekali bukan mengalahkan orang lain.

Jadi bagaimana membuat persaingan tidak relevan lagi ?

Agak sedikit berbeda dengan pendekatan yang Blue Ocean Strategy tawarkan (ada baiknya jika kita kembali kepada kebenaran awal, takdir mula-mula manusia) bahwa : kau berhadapan dengan gunung rejeki mu dan aku berhadapan dengan gunung rejeki ku.

Otomatis persaingan menjadi sangat tidak relevan lagi.

Apakah perenungan ini valid ? Apakah ini sebuah kebenaran yang terlupakan atau lamunan iseng keblinger dari orang yang baru hidup sepertiga abad ? Semuanya kembali kepada diri kita masing-masing tetapi apapun itu : “Terjadilah sesuai dengan iman mu !!!” atau dalam bahasa lain “TUHAN adalah seperti prasangka hamba-NYA”.

Oh iya ada sesuatu yang hampir saja terlupakan. Mengenai analogi sel sperma dan sel telur diatas.

Mungkin ada baiknya jika kita melihat dari sudut pandang berbeda. Yaitu sudut pandang sel telur. Bahkan satu sel telur tidak perlu merasa kuatir akan sel sperma untuknya, karena TUHAN telah menyediakan berjuta-juta sel sperma, yang tanpa diminta berenang dan berusaha membuahinya.

Pola pandang seperti ini memang cenderung ganjil dan nyeleneh.

Tapi paling lewat pola pandang seperti ini berakibat
hidup menjadi begitu luar biasa,
sesama yang selama ini dipandang sebagai ancaman, berubah menjadi partner yang menyenangkan,
hati yang semula bergejolak dalam pertempuran yang tidak perlu kini mengalir teduh dan
TUHAN dimuliakan karena ketidakterbatasan kemampuan BELIAU menyediakan segala sesuatu untuk semua.

What a wonderfull world !
What an abundance life !!
What an exciting journey !!!

--

We Love You, Bunga Cintra Lestari !!
oleh Made Teddy Artiana, S. Kom
-company profile developer-


Jika ada yang bilang ku lupa kau
Jangan kau dengar
Jika ada yang bilang ku tak setia
Jangan kau dengar
Banyak cinta yang datang mendekat
Ku menolak
Semua itu karena ku cinta kau

Jika ada yang bilang ku tak baik
Jangan kau dengar
Jika ada yang bilang ku berubah
Jangan kau dengar
Banyak cinta yang datang mendekat
Ku menolak
Semua itu karena ku cinta kau

Saat kau ingat aku ku ingat kau
Saat kau rindu aku juga rasa
Ku tahu kau s'lalu ingin denganku
Ku lakukan yang terbaik
Yang bisa ku lakukan
Tuhan yang tahu ku cinta kau


Hampir semua orang tahu potongan syair diatas adalah lagu milik Bunga Citra Lestari. Coba luangkan waktu mengamati syair-syairnya. Isinya tentang cinta, godaan, kesetiaan yang sungguh dan TUHAN.

Cinta dan kesetiaan memang tidak dapat dipisahkan dari TUHAN.

Sekarang bandingkan dengan syair-syair perselingkuhan yang laku keras akhir-akhir ini. Lagu-lagu yang memandang remeh terhadap kesetiaan, cinta dan sekaligus memandang remeh terhadap TUHAN sumber segala sumber cinta.

(para alim ulama dan tokoh agama berkata : “para artis dan pencipta lagu-lagu jenis ini suatu saat-cepat atau lambat- akan berurusan dengan DIA dan merasakan betapa uang yang mereka dapatkan dari semua itu tidak akan mampu menghibur, mengobati dan mendatangkan damai sejahtera bagi mereka. As long as lagu-lagu perselingkuhan milik mereka bergema dan mempengaruhi orang, selama itu pula laknat itu akan terkirim, bahkan sampai ke liang lahat !!”)

Jika demikian lagu milik BCL itu laksana kolam renang di tengah padang pasir, emas diantara kotoran sapi yang menggunung atau burung cendrawasih dianata kumpulan burung bangkai.

Memang lagu tidak dapat dijadikan satu-satunya penyebab terjadinya segala kekacauan akibat perselingkuhan ini. Semuanya berpulang pada pribadi masing-masing. Tetapi lagu-lagu, film, TV, radio dan sebagainya memegang peranan luarbiasa dalam menformat bawah sadar seseorang.

Tidak percaya ? Silakan buktikan sendiri.
Selama satu minggu kedepan, berhenti mendengarkan lagu-lagu bertema perselingkuhan (atau segala sesuatu yang tidak membangun) lalu gantikan dengan sesuatu yang memotivasi.

Bahkan tak jarang lagu-lagu perselingkuhan menjadi semacam theme song bagi seseorang yang sedang menjalaninya, sehingga mereka seolah-olah merasa sedang beradegan disebuah video klip.

Memang kadang akibatnya bisa jadi tidak langsung terasa, tetapi lagu-lagu yang “nakal” (aku lebih suka menyebutnya : jahat) dapat dianalogikan seperti seseorang yang sedikit demi sedikit sedang membangun tembok pembatas dan tersadar setelah tembok itu terlalu tinggi untuk diloncati, terlalu kuat untuk dirubuhkan, terlalu perkasa untuk dikalahkan.

Siapakah yang dapat membawa bara api dalam bajunya dan tidak terbakar karenanya ?

Demikian pula perselingkuhan. Dunia terlanjur mempromosikan “racun tikus” ini sebagai vitamin yang menawarkan petualangan, kesegaran dan kenikmatan. Aman dan harus dicoba. Padahal perselingkuhan hanya akan membawa sebuah luka bathin yang susah disembuhkan, kehancuran dan ketidakharmonisan dengan hidup dan Sang Pencipta.

Bagaimana kira-kira nasib bangsa ini jika orang-orangnya tidak memandang hormat terhadap cinta, kesetiaan dan pernikahan ? Padahal manusia dibentuk pertama kali dan terutama didalam keluarga mereka ?

Sementara orang-orang tua –kehilangan hikmat- menanggapi itu hanya dengan tersenyum tipis : “Dasar anak muda jaman sekarang”. Atau malah menjadi tauladan bejat dengan berselingkuh bak anak muda.

Bagaimana jika korban perselingkuhan adalah ibu kandung kita ? atau ayah kandung kita ? Apakah nikmat rasanya jika anak, adik, kakak kita terluka karenanya ? Atau jika kita korbannya adalah kita sendiri ? Jika demikian mengapa kita seringkali memposisikan diri sebagai sales marketing perselingkuhan ?

Client kami, seorang mantan pengusaha ternama (dan anak pengusaha ternama pula) yang kemudian bangkrut, karena ulah sang ayah yang berselingkuh dengan artis, nyata-nyata menjadi korban tragis semua itu. Bahkan dihari pernikahannya, dengan mata basah oleh air mata dan wajah memendam luka, ia dengan mata kepalanya sendiri menyaksikan sang ayah masih bermesraan dengan selingkuhannya, didepan istri dan semua undangan pernikahan.

Padahal bukti terbesar cinta kita pada anak-anak kita, adalah mencintai ayah/ibu mereka –atau pasangan kita- dengan tulus dan setia. Harta, kesuksesan, jabatan hanya nomer sekian yang menyenangkan namun belum tentu membahagiakan.

Belum lagi seorang client kami yang lain, nyaris bunuh diri karena dua minggu sebelum acara pernikahannya berlangsung (semuanya telah disiapkan, bahkan undangan sudah tersebar). Calon istrinya membatalkan seluruh rencana pernikahan dan kabur dengan selingkuhannya.

Padahal bakti terbesar kita pada kedua orang tua kita adalah menjadi manusia berakhlak mulia, yang bisa mereka banggakan dihadapan TUHAN kelak. Karena tidak satupun bentuk kesuksesan, harta, jabatan yang terlalu hebat dan dapat dibanggakan waktu itu.

Belum lagi curhat via email seorang ibu dengan dua anak, yang begitu menderita bathin karena terpaksa beradegan palsu setiap hari, dengan berpura-pura tidak mengetahui perselingkuhan suami, demi keutuhan rumah tangga dan anak-anak tercinta.

Ada pula seorang pengusaha warung tenda yang sukses yang akhirnya bangkrut lontang-lantung ditinggal istri karena berselingkuh dengan wanita lain dan kini terpaksa jadi sopir angkot.

“Saya kualat sama istri saya Mas”, katanya disuatu kesempatan padaku sambil menangis tersedu-sedu penuh penyesalan,”tapi sekarang sudah terlambat Mas, sudah terlanjur hancur-hancuran. Sudah kering kali air mata ini Mas minta ampun”.

Daftar ini jika dipanjangkan besar kemungkinan akan jadi sebuah buku setebal ratusan halaman.

Seorang sahabat pernah mengingatkan, “Perselingkuhan atas nama apapun adalah sebuah bentuk penghinaan terhadap keberadaan TUHAN.”

Seorang Ustadz yang sangat terkenal, dalam sebuah kutbah nikah tak bosan-bosan mengingatkan, bahwa suami yang sukses dan mulia adalah suami yang mencintai, setia dan memuliakan istrinya.

Akhir kata :

“TUHAN yang tahu, ku cinta kau”

BCL, semoga dirimu dan Ashraf berbahagia selalu dan entah apakah ada upaya pemakzulan presiden atau tidak, yang jelas…LANJUTKAN !!!

(we love you BCL)

--
Odol” dari Surga
ditulis oleh Made Teddy Artiana, S. Kom
(fotografer yang hobby menulis)


Cerita menggelikan ini kudengar ketika duduk dibangku SMA dulu. Cerita yang akhirnya tertulis begitu dalam di relung-relung hati. Cerita yang meskipun naif, namun bermakna sangat dalam.

Kisah nyata dari seseorang yang dalam episode hidupnya sempat ia lewati dalam penjara. Bermula dari hal yang sepele. Lelaki itu kehabisan odol dipenjara. Malam itu adalah malam terakhir bagi odol diatas sikat giginya. Tidak ada sedikitpun odol yang tersisa untuk esok hari. Dan ini jelas-jelas sangat menyebalkan. Istri yang telat berkunjung, anak-anak yang melupakannya dan diabaikan oleh para sahabat, muncul menjadi kambing hitam yang sangat menjengkelkan. Sekonyong-konyong lelaki itu merasa sendirian, bahkan lebih dari itu : tidak berharga ! Tertutup bayangan hitam yang kian membesar dan menelan dirinya itu, tiba-tiba saja pikiran nakal dan iseng muncul. Bagaimana jika ia meminta odol pada TUHAN ?

Berdoa untuk sebuah kesembuhan sudah berkali-kali kita dengar mendapatkan jawaban dari-NYA . Meminta dibukakan jalan keluar dari setumpuk permasalahanpun bukan suatu yang asing bagi kita. Begitu pula dengan doa-doa kepada orang tua yang telah berpulang, terdengar sangat gagah untuk diucapkan. Tetapi meminta odol kepada Sang Pencipta jutaan bintang gemintang dan ribuan galaksi, tentunya harus dipikirkan berulang-ulang kali sebelum diutarakan. Sesuatu yang sepele dan mungkin tidak pada tempatnya. Tetapi apa daya, tidak punya odol untuk esok hari –entah sampai berapa hari- menjengkelkan hatinya amat sangat. Amat tidak penting bagi orang lain, tetapi sangat penting bagi dirinya.

Maka dengan tekad bulat dan hati yang dikuat-kuatkan dari rasa malu, lelaki itu memutuskan untuk mengucapkan doa yang ia sendiri anggap gila itu. Ia berdiri ragu-ragu dipojok ruangan sel penjara, dalam temaram cahaya, sehingga tidak akan ada orang yang mengamati apa yang ia lakukan. Kemudian dengan cepat, bibirnya berbisik : “TUHAN, Kau mengetahuinya aku sangat membutuhkan benda itu”. Doa selesai. Wajah lelaki itu tampak memerah. Terlalu malu bibirnya mengucapkan kata amin. Dan peristiwa itu berlalu demikian cepat, hingga lebih mirip dengan seseorang yang berludah ditempat tersembunyi. Tetapi walaupun demikian ia tidak dapat begitu saja melupakan insiden tersebut. Sore hari diucapkan, permintaan itu menggelisahkannya hingga malam menjelang tidur. Akhirnya, lelaki itu –walau dengan bersusah payah- mampu melupakan doa sekaligus odolnya itu.

Tepat tengah malam, ia terjaga oleh sebuah keributan besar dikamar selnya.
“Saya tidak bersalah Pak !!!”, teriak seorang lelaki gemuk dengan buntalan tas besar dipundak, dipaksa petugas masuk kekamarnya,” Demi TUHAN Pak !!! Saya tidak salah !!! Tolong Pak…Saya jangan dimasukin kesini Paaaaaaaaak..!!!”
Sejenak ruangan penjara itu gaduh oleh teriakan ketakutan dari ‘tamu baru’ itu.
“Diam !!”, bentak sang petugas,”Semua orang yang masuk keruangan penjara selalu meneriakkan hal yang sama !! Jangan harap kami bisa tertipu !!!!”
“Tapi Pak…Sssa..”

Brrrraaaaang !!!!

Pintu kamar itu pun dikunci dengan kasar. Petugas itu meninggalkan lelaki gemuk dan buntalan besarnya itu yang masih menangis ketakutan.
Karena iba, lelaki penghuni penjara itupun menghampiri teman barunya. Menghibur sebisanya dan menenangkan hati lelaki gemuk itu. Akhirnya tangisan mereda, dan karena lelah dan rasa kantuk mereka berdua pun kembali tertidur pulas.

Pagi harinya, lelaki penghuni penjara itu terbangun karena kaget. Kali ini karena bunyi tiang besi yang sengaja dibunyikan oleh petugas. Ia terbangun dan menemukan dirinyanya berada sendirian dalam sel penjara. Lho mana Si Gemuk, pikirnya. Apa tadi malam aku bemimpi ? Ah masa iya, mimpi itu begitu nyata ?? Aku yakin ia disini tadi malam.

“Dia bilang itu buat kamu !!”, kata petugas sambil menunjuk ke buntalan tas dipojok ruangan. Lelaki itu segera menoleh dan segera menemukan benda yang dimaksudkan oleh petugas. Serta merta ia tahu bahwa dirinya tidak sedang bermimpi.

“Sekarang dia dimana Pak ?”, tanyanya heran.
“Ooh..dia sudah kami bebaskan, dini hari tadi…biasa salah tangkap !”, jawab petugas itu enteng, ”saking senangnya orang itu bilang tas dan segala isinya itu buat kamu”.
Petugas pun ngeloyor pergi.

Lelaki itu masih ternganga beberapa saat, lalu segera berlari kepojok ruangan sekedar ingin memeriksa tas yang ditinggalkan Si Gemuk untuknya.

Tiba-tiba saja lutunya terasa lemas. Tak sanggup ia berdiri. “Ya..TUHAAANNN !!!!”, laki-laki itu mengerang. Ia tersungkur dipojok ruangan, dengan tangan gemetar dan wajah basah oleh air mata. Lelaki itu bersujud disana, dalam kegelapan sambil menangis tersedu-sedu. Disampingnya tergeletak tas yang tampak terbuka dan beberapa isinya berhamburan keluar. Dan tampaklah lima kotak odol, sebuah sikat gigi baru, dua buah sabun mandi, tiga botol sampo, dan beberapa helai pakaian sehari-hari.

Kisah tersebut sungguh-sunguh kisah nyata. Sungguh-sungguh pernah terjadi. Dan aku mendengarnya langsung dari orang yang mengalami hal itu. Semoga semua ini dapat menjadi tambahan bekal ketika kita meneruskan berjalan menempuh kehidupan kita masing-masing. Jadi suatu ketika, saat kita merasa jalan dihadapan kita seolah terputus. Sementara harapan seakan menguap diganti deru ketakutan, kebimbangan dan putus asa.

Pada saat seperti itu ada baiknya kita mengingat sungguh-sungguh bahkan Odol pun akan dikirimkan oleh Surga bagi siapapun yang membutuhkannya. Apalagi jika kita meminta sesuatu yang mulia. Sesuatu yang memuliakan harkat manusia dan IA yang menciptakan mereka.

Seperti kata seorang bijak dalam sebuah buku : “Seandainya saja engkau mengetahui betapa dirimu dicintai-NYA, hati mu akan berpesta pora setiap saat”.


*** Abuna, betapa aku bersyukur TUHAN membuat kau pernah mengalami itu ***

--

MASALAH : SUMBER PERBAIKAN
M. Musrofi



James Sprangler menemukan alat penyedot debu karena ia menghadapi masalah. Masalah dia adalah ia akan kehilangan pekerjaan sebagai petugas kebersihan karena usia sudah terlalu tua. Ia tidak kuat lagi mengangkat mesin pembersih karpet. Ia juga sakit-sakitan gara-gara debu yang beterbangan akibat proses pembersihan itu. Terdorong oleh masalah itu, ia berusaha menemukan cara lain untuk membersihkan karpet. Akhirnya ia menemukan mesin penyedot debu.

George Smith membuat permen bertangkai (Lolly Pop) pada awal tahun 1990. Pembuatan permen inovatif ini karena didorong oleh masalah persaingan yang sangat tajam dalam bisnis permen.

Konon Archimides menemukan hukum tentang massa jenis yang mendunia itu gara-gara ia menghadapi masalah yang diberikan raja kepadanya, untuk membedakan mana logam mulia mana yang bukan. Sampai-sampai raja akan mengganjar dia dengan hukuman mati bila tidak bisa menemukan cara untuk membedakan jenis logam tersebut.

Charles Kettering, yang dulu adalah pimpinan riset General Motor, tulang tangannya hampir patah saat mengengkol mobilnya pada suatu pagi. Beberapa hari kemudian, seorang temannya tewas ketika sedang mengengkol untuk menghidupkan mobilnya. Sedih dan marah, Kettering duduk dan mendaftar lima masalah agar mobil dapat dihidupkan secara otomatis. Dia memulai memecahkan masalah yang sederhana sampai yang rumit, apa hasilnya? Ia menemukan starter otomatis Delco.

Saya juga menghadapi masalah. Sudah dua buku yang saya susun yang diterbitkan oleh penerbit nasional. Masalah saya adalah pihak penerbit memberi royalty per enam bulan sekali. Saya sudah merasakan, ini terlalu lama bagi saya. Masalah ini jika tidak saya pecahkan, semangat menulis saya akan menurun. Lalu saya berpikir, “bagaimana caranya agar saya bisa mendapatkan pemasukan setiap hari dari karangan-karangan saya?” Setelah membuka-buka situs di internet, banyak situs dari luar negeri yang menjual e-book. Lalu saya pikir, ya, saya membuat e-book saja. Maka jadilah situs ini!

Shigeo Shingo, seorang ahli efisiensi dari Jepang, dalam bukunga “Single Minute Exchange Die”, mengatakan, “Problem is the mother of improvement.” Masalah adalah sumber perbaikan, sumber kemajuan, sumber penemuan, dan seterusnya. Mengapa demikian? Sebab masalah adalah sumber stimulus otak Anda.

Gambaran yang mudah tentang otak, seperti dikatakan Tony Buzan,”Otak Anda terdiri dari triuliunan sel otak. Setiap sel seperti gurita kecil yang begitu kompleks. Ia memiliki sebuah pusat dengan banyak cabang, setiap cabang memiliki banyak koneksi. Tiap-tiap sel otak tersebut jauh lebih kuat dan canggih dari pada kebanyakan komputer. Setiap sel tersebut berhubungan dengan puluhan ribu sampai ratusan ribu sel yang lain. Dan mereka saling bertukar informasi. Ini sering disebut jaringan yang paling mempesona, benda yang begitu kompleks dan indah. Dan setiap orang memiliknya.”

Sebagai contoh sederhana, kalau Anda memiliki 10 jenis kata, maka kalau kesepuluh kata ini Anda kombinasikan maka akan terjadi 10! (baca 10 faktorial) kombinasi. Berapa 10!, yakni 10 x 9 x 8 x 7 x 6 x 5 x 4 x 3 x 2 x 1 = 3.628.800 kombinasi kata! Bagaimana yang terjadi jika 100 miliar sel aktif itu dikombinasikan? Berapa banyak jumlah kombinasi yang terjadi? Dan kekuatan otak tidak ditentukan oleh jumlah sel otak, tetapi oleh jumlah hubungan yang terjadi antar sel tersebut! Sel-sel otak membentuk koneksi atau hubungan (sinapsis) dengan kecepatan 3 miliar per detik. Koneksi tersebut adalah kunci kekuatan otak.

DR. Mark Rosenzweig dari California University, Berkeley, melakukan percobaan pentingnya stimuli pada tikus. Tikus-tikus dibagi menjadi tiga kelompok :

1. Kelompok pertama, tikus-tikus ditempatkan di lingkungan tanpa rintangan, atau disebut “lingkungan yang dimiskinkan” atau “tanpa masalah”, bisa dikatakan tanpa stimuli, hanya ada makanan dan air.
2. Kelompok kedua, tikus-tikus kedua ditempatkan di lingkungan yang penuh stimuli atau “penuh masalah”, misalnya tangga, roda putar, bola ping-pong, dan berbagai benda lainnya.
3. Kelompok ketiga, tikus-tikus ditempatkan pada posisi dapat melihat kelompok tikus yang “penuh masalah” tersebut, tetapi tikus-tikus ini berada dalam lingkungan “tanpa masalah.”

Apa hasilnya?

1. Tikus yang tumbuh di lingkungan yang kaya stimulus ternyata lebih baik dalam memecahkan masalah, menemukan lorong-lorong yang menyesatkan, dan sebagainya.
2. Otak tikus-tikus yang ada di lingkungan yang diperkaya kemudian dibedah, diukur cerebral corex yang mengontrol penyimpanan memori dan pemrosesan informasi. Ternyata korteks tikus yang berada di lingkungan yang diperkaya tersebut lebih tebal, sel saraf telah bercabang dan membentuk lebih banyak hubungan.
3. Sedangkan kelompok tikus yang dibiarkan melihat kelompok tikus yang diperkaya, tetapi tidak berinteraksi langsung, ternyata tidak memberi manfaat sama sekali. Melihat berbeda dengan melakukan. Agar stimulus dapat benar-benar berdampak positif pada otak, kita harus berinteraksi langsung dengan stimulus tersebut.

Sekali lagi, adanya masalah sesungguhnya merupakan stimulus bagi sel-sel otak kita, sehingga mereka saling terkoneksi. Semakin banyak koneksi, kekuatan otak semakin besar.


--

LAKUKAN SAJA
M. Musrofi

Vernon A Magnesen yang dikutip Dryden dan Vos mengatakan:
Kita belajar dari 10% apa yang kita baca;
20% dari apa yang kita dengar;
30% dari apa yang kita lihat;
50% dari apa yang kita lihat dan dengar;
70% dari apa yang kita katakan;
90% dari apa yang kita katakan dan kita lakukan.”

Bacalah sekali lagi kata-kata terakhir Magnesen bahwa kita belajar 90% dari apa yang kita katakan dan kita lakukan.

Edison mengatakan,”Genius adalah 1% inspirasi (ide atau rencana) dan 99% keringat.” Hayatilah bahwa ide atau rencana itu hanya bernilai 1%, yang 99% adalah tindakan.

Ibnu Jauzy Al Muhdisy berkata, "Hari - hari adalah lembaran baru untuk goresan amal perbuatan. Jadikanlah hari - harimu sarat dengan amalan yang terbaik. Kesempatan itu akan segera lenyap secepat perjalanan awan, dan menunda – nunda perkerjaan tanda orang yang merugi. Dan barangsiapa yang bersampan kemalasan, ia akan tenggelam bersamanya"

Konon, di dinding-dinding perusahaan sepatu Nike, terpampang semboyan just do it! Lakukan saja!

Kisah Napoleon. "Apakah mungkin untuk melewati jalan ini?" tanya Napoleon kepada para insinyur yang dikirim untuk menyelediki terusan St. Bernard yang menakutkan itu. "Barangkali, bukannya tidak mungkin," jawab mereka dalam nada ragu-ragu.

"Lakukan (tempuh) saja!" jawab Napoleon tanpa menghiraukan kesukaran-kesukaran yang hampir tak teratasi. Inggris dan Austria menertawakan keputusan Napoleon untuk menggerakkan tentara melintasi pegunungan Alpen. Tak pernah ada orang yang bisa, apalagi dengan membawa 60.000 tentara, dilengkapi dengan meriam- meriam besar, berpeti-peti peluru, dan barang dalam jumlah besar. Akan tetapi ketika tindakan yang 'mustahil' itu selesai, orang-orang sekonyong- konyong tahu bahwa hal itu memang bisa dilakukan dari dulu.

--

WAKTU MENCARI MASALAH
M. Musrofi

Saya masih ingat, ketika kelas 3 SMA, salah satu guru saya memberikan pekerjaan rumah (PR) yang benar-benar aneh. Kalau PR biasanya diberi soal kemudian para siswa diminta menjawab, guru itu justru memberi PR supaya kami membuat minimal 20 pertanyaan terhadap salah satu bab dari sebuah buku. Dengan kata lain, kami diminta mencari masalah. Apa yang terjadi? Saya justru terpaksa sangat serius membaca salah satu bab di buku itu. Kalau tidak membacanya, mana mungkin saya bisa membuat pertanyaan? Sayang dari SD sampai perguruan tinggi, benar-benar baru sekali itu saya diberi PR untuk membuat pertanyaan.
Pendidikan dari SD sampai perguruan tinggi yang 16 tahun itu tentu mempengaruhi kebiasaan kita. Karena pendidikan kita berisi tugas atau PR atau mengerjakan ujian untuk menemukan jawaban, maka sedikit banyak ini mempengaruhi kebiasaan kita dalam bekerja atau berwirausaha; bahwa kita hanya biasa menemukan solusi bukan berusaha menemukan masalah.
****
Paling tidak terdapat tiga kategori aktivitas di tempat kerja Anda yang menelan waktu kerja Anda, yakni:

1. Aktivitas rutin atau aktivitas pemeliharaanadalah aktivitas untuk menjalankan job description yang ada, dan aktivitas untuk memelihara sistem dan prosedur operasional perusahaan.
2. Aktivitas peningkatan kinerja, yakni aktivitas yang memang disengaja untuk meningkatkan kinerja unit kerja yang Anda pimpin atau usaha Anda.
3. Aktivitas pemecahan masalah, yakni aktivitas untuk memecahkan berbagai persoalan yang hampir muncul setiap hari di tempat kerja Anda.

Yang mungkin paling banyak menelan waktu kerja Anda adalah aktivitas nomor 1 dan 3 ai ats Bukankah demikian? Bukankah Anda jarang berpikir dan bertindak bagaimana meningkatkan kinerja unit kerja Anda atau usaha Anda. Padahal Masaaki Imai mengatakan, “Seorang manajer harus menggunakan minimal 50% waktunya untuk menghasilkan perbaikan kinerja.” Manajer itu hanya bisa menghasilkan perbaikan kinerja kalau ada masalah yang dipecahkan. Dengan demikian, dengan kata lain manajer itu harus menggunakan sekian waktunya khusus untuk mencari dan menemukan masalah.
Karena itu, kita nampaknya perlu memiliki “waktu yang khusus digunakan untuk mencari masalah.” Kita perlu sedikit mengubah kebiasaan kita : dari hanya terbiasa memelihara prosedur kerja dan menemukan solusi menjadi juga terbiasa berusaha menemukan masalah.
Bagaimana Anda agar terbiasa mencari masalah? Tentu ada banyak cara, misalnya :

1. Meminjam istilah Rhenald Kasali, gunakan “management by walking around”. Terjunlah langsung ke lapangan, ke lantai produksi, ke gudang, ke aktivitas transportasi, dan lain-lain. Lalu lihatlan, perhatikanlah, dan kalau mungkin cobalah sendiri melakukan apa yang dilakukan karyawan paling rendah sekalipun. Sebab melihat tidak sama dengan memperhatikan. Setiap hari, kita melihat apa yang ada di depan kita : orang, benda, dan berbagai kejadian. Tetapi jarang kita sungguh-sungguh memperhatikan. Apakah Anda pernah melihat deretan huruf-huruf “qwertyuiop”? Kalau Anda belum pernah melihat, berarti Anda belum pernah mengetik menggunakan komputer. Huruf-huruf itu adalah baris pertama huruf-huruf di keyboard komputer Anda, dari kiri ke kanan. Mengapa ini bisa terjadi? Karena sekali lagi, kita jarang benar-benar memperhatikan apa yang ada di depan mata kita. Kalau kita mencoba memperhatikan, ide-ide atau pertanyaan-pertanyaan atau masalah-masalah pun bermunculan di kepala kita. Misalnya, untuk kasus deretan baris pertama huruf-huruf di keyboard tadi. Mungkin kita bertanya,”Mengapa urutan huruf-huruf itu seperti itu? Mengapa semua pabrik komputer membuat urutan huruf yang sama? Mengapa tidak ada pabrik komputer yang membuat urutan lain?” Berbagai masalah (yang direpresentasikan dalam bentuk pertanyaan ini) akan mendorong kita untuk menemukan atau membuat sesuatu yang baru.
2. Memperhatikan berbeda dengan melihat. Kita menjalani hidup sehari-hari seringkali hanya melihat tanpa memperhatikan. Perhatian pada dunai sekitar Anda akan membantu Anda mengembangkan kemampuan otak luar biasa, sehingga hal-hal yang nampak biasa dapat Anda kembangkan menjadi hal-hal yang hebat. Anda dapat melihat dan memperhatikan secara jeli apa yang tidak dilihat dan diperhatikan oleh orang lain. Sebagai bentuk latihan, ambil sebuah foto atau gambar yang Anda suka, semakin terperinci semakin baik. Santaikan diri Anda. Pandanglah, fokuskan hanya pada gambar tersebut selama 10 menit. Jangan biarkan pikiran Anda melayang kemana-mana. Otak Anda mungkin akan mampu memunculkan ide-ide dengan sendirinya.

Sebagai misal, di sebuah pabrik mebel, ada beberapa lokasi yang berisi tumpukan kayu-kayu. Pabrik itu penuh dengan kayu-kayu. Kayu-kayu itu ada yang diikat, ada pula yang ditumpuk-tumpuk. Tanto (bukan nama sebenarnya) diminta untuk memperbaiki kinerja sistem produksi perusahaan tersebut. Ia semula berpikir begitu kompleks pabrik itu. Karena pandangan dia selalu diganggu oleh kayu-kayu itu. Setelah ia mencoba untuk memeprhatikan kayu-kayu itu, kemudian bertanya apa gunanya, mengapa diletakkan di tempat itu, pemilik perusahaan itu mengatakan, bahwa kayu-kayu itu sudah tidak digunakan lagi. Tanto kemudian mengatakan bahwa kayu-kayu itu sebaiknya dijual saja. Setelah kayu-kayu itu dijual saja atau diletakkan di tempat tertentu. Pemilik perusahaan kemudian menempatkannya di lokasi tertentu. Sekarang pabrik itu nampak bersih, dan Tanto menjadi lebh mudah untuk melanjutkan upayanya meningaktkan kinerja sistem produksi di perusahaan tersebut.
3. Melihat juga berbeda dengan melakukan. Kita kembali ke percobaan tikus tadi. Ada hasil lain yang menarik dari percobaan tersebut. Tikus di kelompok pertama dibiarkan melihat aktivitas tikus di kelompok kedua, tetapi kedua kelompok ini tidak digabungkan. Ternyata tikus-tikus di kelompok pertama tidak mengalami perubahan perilaku yang berarti. Sekali lagi lagi efek melihat jauh berbeda dengan efek melakukan. Agar kita benar-benar bisa menemukan berbagai masalah, kita sebaiknya mengalami atau berinteraksi langsung dengan obyek.
4. Seringlah berkunjung atau mengikuti berbagai pameran. Dengan begini, Anda meningkatkan wawasan Anda. Wawasan yang luas, akan memudahkan dan memicu Anda untuk menemukan berbagai masalah di tempat kerja Anda. Mungkin saja pameran itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan jenis aktivitas atau produk dari perusahaan Anda, tetap saja ikuti. Misalnya, Anda pengusaha mebel. Kebetulan ada pameran komputer, tetap saja datang. Di situ mungkin Anda akan mengenal berbagai produk atau fitur baru komputer. Ketika kembali ke tempat kerja Anda, barangkali Anda menemukan masalah bahwa ternyata komputer di perusahaan perlu ditingkatkan kinerjanya, entah kecepatannya, kapasitas simpannya, dan sebagainya.
5. Ubahlah kebiasan harian Anda. Ubahlah rute ke tempat kerja atau ke sekolah atau ke kampus. Ubahlah waktu tidur Anda. Bacalah koran yang berbeda. Berkenalanlah dengan teman baru. Begitulah ubahlah kebiasaan-kebiasaan Anda. Dengan mengubah kebiasaan-kebiasaan Anda, otak Anda akan terstimuli oleh hal-hal yang baru.


--
LIMA LATIHAN AGAR (LEBIH) KREATIF
M. Musrofi

Peter F Drucker berkata,”Kreativitas dan inovasi bisa disampaikan sebagai suatu disiplin ilmu, bisa dipelajari dan dipraktekkan.” DePorter dan Hernacki mengatakan, “Kreativitas adalah suatu keterampilan. Kita semua adalah makhluk kreatif. Tetapi kalau kreativitas ini tidak dilatih secara rutin, ia akan lumpuh.” Kalau dilakukan secara kontinu lima latihan sederhana berikut ini bisa menjadikan orang lebih kreatif :

1. Perhatikan sesuatu yang nampak aneh, asing, atau pun mustahil. Ketika kita ingin memecahkan suatu masalah, ungkapkan sebanyak-banyaknya solusi yang mungkin. Tidak peduli solusi itu nampak aneh, asing, menggelikan, bahkan mustahil. Biarkan pikiran bekerja secara liar. Solusi masalah mungkin ada di antara berbagai kemungkinan tersebut.
2. Bawalah selalu buku saku. Ketika sebuah ide melintas di kepala, segeralah dicatat. Anda sering mengalami sendiri, ide seperti burung yang beterbangan di atas kepala. Kalau tidak segera ditangkap burung itu akan terbang. Begitu juga ide, apa pun ide yang melintas, tangkaplah, catatlah. Dimana dan kapan saja, bawalah buku saku, berisi catatan ide. Karena kita tidak pernah tahu kapan dan dimana ide bagus terlahir. Bisa di tengah jalan, sedang tiduran, di kamar mandi, atau dimana saja. Bisa jam enam pagi atau jam dua belas malam.
3. Pelajarilah sesuatu yang baru. Jangan pernah berhenti belajar. Belajar apa saja, belajar negosiasi, belajar tentang ekspor impor, keuangan usaha, belajar produk yang menarik minat Anda, belajar apa saja, pelajarilah selalu keahlian baru, dan tingkatkan keahlian yang sudah dimiliki. Ya, tentang media belajar, bisa mengikuti pelatihan, seminar, membaca majalah, dan sebagainya.
4. Praktekkanlah, lakukanlah, bertindaklah. Just do it! Lakukan saja! Begitu bunyi slogan perusahan sepatu Nike. Latihlah proses kreatif dengan rajin. Tidak semua solusi menghasilkan kesuksesan. Bahkan bisa jadi suatu solusi menghasilkan kegagalan. Yang penting, dengan bertindak Anda akan belajar dari kesalahan. Tanpa tindakan, tidak pernah belajar dari kesalahan.
5. Ubah rutinitas, berpikir dengan cara berbeda. Lihatlah kejadian sehari-hari dari sisi lain. Kalau Anda seorang mahasiswa, ketika Anda memasuki kampus, katakanlah dalam diri Anda,”Saya ini pengusaha, bukan mahasiswa.” Apa yang Anda pikirkan akan berubah : Anda mungkin melihat topi rekan Anda sebagai sebuah inspirasi ide usaha membuat atau berdagang topi kampus. Ketika cara berpikir Anda berubah, tindakan Anda juga akan berubah. Frank Outlaw menulis, “Watch your thoughts, they become words. Watch your words, they become actions. Watch your actions, they become habits. Watch your habits, they become character. Watch your character, it becomes destiny.” Cara berpikirmu menjadi kata-kata. Kata-kata menjadi tindakan. Tindakan menjadi kebiasaan. Kebiasaan menjadi karakter. Karakter menjadi peruntungan (nasib). Jadi cara berpikir menentukan nasib!


--

Temukan Passion Anda
Jamil Azziani

Banyak orang yang membenci hari Senin. Ogah-ogahan berangkat beraktivitas. Bekerjapun hanya sekedar menjalankan kewajiban semata. Tak ada gairah, atau kalaupun ada, gairahnya sangatlah rendah. Hidupnya seperti zombie (mayat hidup) atau mungkin seperti robot, bekerja hanya rutin sesuai job description yang dibebankan kepadanya. Bila Anda mengalami gejala seperti ini, boleh jadi karena Anda bekerja tidak sesuai dengan passion Anda.

Apa itu passion? Menurut saya passion adalah ketika pikiran dan perasaan Anda menyatu dalam suatu gairah yang menggelora ketika beraktivitas dimana Anda sangat menikmati aktivitas itu serta puas bila bisa melakukannya dengan baik. Selain itu, Anda bersedia melakukan pekerjaan itu hingga melewati jam kantor bahkan sewaktu-waktu Anda rela tidak dibayar melakukannya. Andapun rela terus menerus belajar dan terus meningkatkan ilmu dan ketrampilan di bidang itu, bahkan menggunakan uang Anda sendiri.

Atau bila disederhanakan, passion itu adalah perpaduan antara bakat, hobi, minat, gairah terhadap suatu aktivitas. Bila passion ini digabungkan dengan action maka akan menghasilkan 4-ta (harta, tahta, kata, cinta) yang terus menerus semakin tinggi. Mengapa? Karena orang tersebut melakukan aktivitas itu dengan penuh gairah, cinta dan antusiasme yang luar biasa. Ia akan bekerja lebih keras dibandingkan yang lain. Ia akan belajar lebih bersemangat dibandingkan yang lain. Ia rela mengorbankan waktu, tenaga, uang bahkan terkadang jiwanya untuk melakukan sesuatu yang sesuai passionnya.

Action yang didasari oleh passion akan menjadikan hidup Anda semakin bahagia. Anda akan semakin hanyut dengan pekerjaan itu. Anda akan semakin menikmati pekerjaan itu. Hidup Anda tidak hanya sekedar bertahan hidup. Tetapi hidup Anda terus bertumbuh. Selamat bagi Anda yang actionnya telah sesuai dengan passion Anda.

Bagi yang actionnya belum sejalan dengan passionnya, segeralah tetapkan waktu yang paling nyaman, duduklah sejenak: pikirkan hal-hal menarik tentang masa lalu Anda pikirkan apa yang benar-benar Anda minati, apa yang menjadi hobi dan kesenangan Anda, dan apa yang membuat Anda benar-benar bergairah, masa depan seperti apa yang benar-benar Anda impikan. Cari benang merah diantara jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu. Benang merah itulah yang akan menjadi petunjuk passion Anda…

Terus ajukan pertanyaan-pertanyaan itu sampai Anda benar-benar menemukan jawabannya. Jangan sepelekan hal ini, karena bila Anda menjalani hidup tanpa passion yakinlah semakin tua hidup Anda akan semakin gersang dan hampa.

Salam SuksesMulia!

--

Intermezo : Istilah “Sukses” menjadikan Kita Jadi Tidak Bahagia
M. Musrofi

Cobalah pergi ke taman kanak-kanak (TK). Dengarkanlah sendau gurau mereka. Dengarkan dengan seksama irama sendau gurau mereka. Kemudian, pergilah ke sekolah-sekolah dasar (SD). Dengarkan sendau gurau anak-anak SD itu. Lebih menggema mana sendau gurau di TK atau di SD? Dengarkan dengan sangat seksama, apa ada perbedaan irama sendau gurau anak-anak TK dengan anak-anak SD?

Dengarkan pula sendau gurau para siswa SMP. Lalu SMA. Lalu perguruan tinggi. Lalu di kantor-kantor atau di perusahaan-perusahaan. Apa yang Anda rasakan? Bukankah riuh rendah sendau gurau itu semakin berkurang ketika usia semakin bertambah? Bukankah irama sendau gurau juga berbeda dari waktu ke waktu?

Riuh rendah sendau gurau semakin lenyap seiring dengan bertambahnya usia. Menuju riuh rendah kebingungan. Riuh rendah konflik. Riuh rendah ketegangan. Riuh rendah kekhawatiran. Dan seterusnya.

Kalau demikian halnya, mana yang sesungguhnya yang lebih berbahagia? Anak-anak TK atau anak SD atau SMP atau SMA atau mahasiswa atau para pejabat atau para pengusaha?

Ketika anak-anak TK belum bisa membedakan mana rekannya yang kaya, dan mana rekannya yang miskin. Mana rekannya yang “pandai”, mana rekannya yang “bodoh”, mana rekannya yang “cantik”, mana rekannya yang “kurang cantik”, mana rekannya yang “sukses” mana rekannya yang “belum sukses”, dan seterusnya. Ketika itu pula sendau gurau mereka adalah sendau gurau penuh yang “jujur”, bukan sendau gurau “tipuan.”

Ya, ketika anak-anak belum mengenal istilah “sukses”, ketika itu pula mereka berbahagia. Sejak kita mengenal istilah “sukses”, kita jadi orang yang lebih banyak susah dari pada suka. Lebih banyak bingung dari pada tenang. Lebih banyak sibuk dari pada santai. Lebih banyak konflik dari pada damai. Apa Anda merasakan seperti ini? Mengapa? Karena setiap saat kita merasakan belum sukses, maka setiap saat pula kita jadi susah. Jadi sibuk. Jadi tidak nyaman. Jadi tidak tenang. Jadi tergesa-gesa. Jadi bingung. Jadi penuh konflik. Dan seterusnya. Ini terjadi karena saat ini kita belum merasa sukses.

Ya, apakah Anda saat ini sudah sukses? Cobalah jawab dengan jujur. Anda telah menjawab,”Saya belum sukses.” Tanyakan pula kepada orang tua, paman, kakak, adik, tetangga, dan rekan-rekan Anda atau kepada orang-orang yang Anda temui di jalan. Tidak peduli, apakah mereka kaya atau tidak. Apa jawaban mereka? Mungkin 90% atau 100% dari mereka akan menjawab,”Belum sukses.” Tanyakan lagi kepada diri Anda sendiri dan mereka itu, “Kalau saat ini, Anda belum sukses, lalu kapan Anda akan sukses?”Lebih spesifik lagi, ”Pada usia berapa Anda akan sukses?”


--

Pendidikan Yang Rendah dan Sukses Berwirausaha
M. Musrofi

Orang-orang besar seperti Thomas Edison, pendiri General Electric; Henry Ford, pendiri Ford Motor Co; Bill Gates, pendiri Microsoft; Ted Tunner, pendiri CNN; Michael Dell, pendiri Dell Computer; Steve Jobs, pendiri Apple Computer; Ralph Lauren, pendiri Polo; Kemmon Wilson, pendiri Holiday Inn; semuanya bukanlah lulusan perguruan tinggi. James E Carey pendiri UPS di usia 11 tahun berhenti sekolah. Harland D Sanders, pendiri Kectucky Fried Chicken pada usia 12 tahun telah berhenti sekolah.

Matsushita Konosuke pendiri kerajaan elektronik Matsushita Denki, pendidikannya hanya sampai kelas 4 sekolah dasar. Tahun 1965, Universitas Waseda menganugerahkan gelar Doktor dalam bidang hukum kepada Konosuke karena jasanya dalam pembangunan dan kemajuan masyarakat. Tahun 1971, ia menerima gelar Doktor dari Universitas Keio. Tahun 1975, ia terima lagi gelar Doktor dari Universitas Doshiya.

Bambang Arie Bembie, produsen motor mini bermerek Bembie, hanyalah lulusan SD. Baruno, pengusaha fashion style dari eceng gondok, lulusan SMA (SMU). HM Irawan Suryanto (Raja Bola dari Majalengka) dan Anak Agung Gede Kurnia, keduanya lulusan SMP.

Sucipto, lulusan SD, pengusaha sukses pengumpul kertas bekas, punya deposito miliaran rupiah, tanahnya tersebar di mana-mana, sementara rumahnya ditaksir lebih dari setengah miliar. Belum terhitung puluhan truk, mobil pick-up, serta beberapa mobil pribadi.Lewat bawang merah, Bambang Sumaji, gagal menjadi sarjana hukum, sukses menjadi juragan produk kebanggaan Brebes tersebut. Bidang usaha lain pun tak luput dari sambarannya, mulai dari perbankan sampai properti. Omzet Rp 50 miliar dengan gampang digapai.

Nama Sukyatno Nugroho tidak bisa dipisahkan dari nama Es Teler 77, Mie Tek-tek, dan Pasti Enak yang adalah waralaba-waralaba nasional yang tergolong sukses. Dalam banyak seminar ia sering memperkenalkan dirinya sebagai penyandang gelar MBA yang kependekan dari "Manusia Bisnis Asal-asalan". Di sekolah peringkatnya adalah nomor 40 dari 50 murid. Ijasahnya hanya sampai SMP. Di SMTA ia hanya tahan 3 bulan di kelas satu.

Alexander Halolo, tamatan SMP. Ia memiliki 35 angkutan umum minibus, 110 keramba (tambak apung) miliknya, setiap hari rata-rata ia menjual 2,5 ton (5.000 ekor) ikan mas segar ke segenap penjuru. Harga per kilogram ikan mas Rp 9.500. Bayangkan berapa penghasilannya. Ikan mas tersebut ia jual ke Kabupaten Karo, Simalungun, Sidikalang, Kota Rantau Prapat, Medan, Padang Sidimpuan, Pematang Siantar, bahkan ke Provinsi Jambi dan Aceh.

Pendiri Sony Corporation, namanya Akio Morita, adalah siswa yang kebangetan bodohnya. Ia ranking ke 180 dari 180 siswa di kelas. Aristotle Onasis, karena bodohnya, pernah dikeluarkan dari sekolah dan tidak lulus perguruan tinggi.

--

Di Usia Berapa Sebaiknya Memulai Berwirasaha?
M. Musrofi

Ada yang enggan berwirausaha karena merasa diri masih terlalu muda. Tetapi sebaliknya ada juga yang berasalan karena sudah terlalu tua. Aneh rasa-rasanya. Karena dua alasan ini saling bertentangan.

Soal usia yang masih terlalu muda, kenyatannya Dave Thomas, pendiri Wendy’s Restaurant memulai usaha rumah makan pada usia 15 tahun. Oprah Winfrey, pembawa acara yang terkenal di dunia, memutuskan untuk mendapatkan penghasilan dengan bakat bicaranya pada usia 12 tahun. Bill Gates, mulai berdikari pada usia 13 tahun, yang kemudian pada usia 19 tahun mendirikan Microsoft bersama Berry Gordy. James E Casey pendiri UPS (United Parcel Service) memulai usahanya di usia 15 tahun.

Atau contoh yang melegenda, di usia senja (66 tahun), Kolonel Sanders baru memulai usaha dengan mendirikan Kentucky Fried Chicken (KFC) dan berhasil gemilang di usia 80 tahun. Jika usia setengah baya anda anggap terlalu tua untuk merintis usaha baru, tidak demikian dengan Ray “Mc Donald” Kroc. Si penjual hamburger kelas dunia memegang prinsip “anggur”, yaitu makin tua usia makin berjaya. Bekas penjaja mesin milkshake ini memulai usaha pengembangan restoran waralaba cepat saji McDonald’s pada usia yang telah mendekati masa pensiun. Tokoh yang lahir pada tanggal 5 Oktober 1902 ini tidak menjadi apatis karena pertambahan usia. Ia terus berkarya, bahkan menciptakan perubahan besar yang positif bagi kehidupannya dan orang-orang di sekitarnya pada usia 52 tahun.

Rosma, pengusaha sulaman bordir di Sumatera Barat. Usaha tersebut dulunya hanya sebatas usaha sampingan, tetapi ternyata tumbuh menjadi usaha besar. Ia mendapat penghargaan Kalpataru pada tahun 1987. Rosma memulai usahanya pada usia 36 tahun, pada tahun tahun 2002, usianya sudah 76 tahun, tetapi masih giat mengelola usaha tersebut.


--

SUMBER SOLUSI SEMUA JENIS MASALAH
M. Musrofi

“Alif, Laam, Ra. Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya engkau mengeluarkan manusia dari aneka gelap gulita menuju cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, yaitu jalan Tuhan Yang Maha Mulia lagi Maha Terpuji.” (QS. Ibrahim : 1).

Tafsir Quraish Shihab dalam “Al-Mishbah”: “Ayat di atas –sebagaimana kebiasaan Al-Qur’an- menggunakan bentuk jamak untuk kata “azh-dhulumaat” (aneka gelap), sedang kata “an-nuur” berbentuk tunggal. Ini mengisyaratkan bahwa kegelapan bermacam-macam serta beraneka ragam dan sumbernya pun banyak.

Sumber kegelapan ruhani dan penyebabnya banyak, sedang terang hanya satu, karena sumbernya hanya dari Yang Maha Esa, dalam firman-Nya: “Barangsiapa yang tidak mendapat nur dari Allah, maka tidaklah ia memperoleh cahaya sedikitpun” (QS. An-Nur : 40).
-----

Bagi saya ayat ini –beserta tafsir dari Quraish Shihab tersebut- sungguh-sungguh merupakan peringatan bagi kita. Disebutkan di atas bahwa jenis kegelapan itu banyak. Selain jenis kegelapan itu banyak, sumber atau penyebab kegelapan itu juga banyak.

Ketika kita menghadapi sebuah masalah, maka otomatis kita ingin mencari jalan keluar untuk memecahkan masalah itu. Yang patut kita perhatikan di sini adalah dari mana sumber jalan keluar atau solusi itu diperoleh? Sumber solusi adalah Cahaya Allah.

--

KISAH PENEMU DAN WIRAUSAHAWAN BESAR
Tulisan ini diambil dari milis Diskusi HRD Forum

Thomas Alva Edison, seorang penemu terbesar di dunia yang menemukan sekitar 3000 penemuan dan 1.093 diantaranya telah dipatenkan.

Edison dilahirkan pada tanggal 11 Februari 1847 di Milan, Ohio, Amerika Serikat dari pasangan suami-Istri Samuel Ogden seorang tukang kayu dan Nancy Elliot seorang guru. Keduanya merupakan keturunan Belanda.

Pada usia 7 tahun, edison kecil pindah ke kota Port Huron, Michigan dan bersekolah di Port Huron. Namun tidak lama, 3 bulan kemudian ia dikeluarkan dari Sekolah karena menurut gurunya “Dia terlalu bodoh” sehingga tidak mampu menerima pelajaran apa pun, dia pun sering dipanggil idiot oleh gurunya.

Sang ibu, Nancy Elliot memutuskan untuk berhenti sebagai guru dan kemudian berkonsentrasi mengajari Edison baca tulis dan hitung menghitung.

“My mother was the making of me. She was so true, so sure of me; and I felt I had something to live for, someone I must not disappoint.”

Begitulah perkataan Edison kecil yang menunjukkan motivasi dalam diri Edison yang cukup kuat dalam belajar. Setelah dia bisa membaca, Edison jadi gemar membaca, ia membaca apa saja yang dapat dijumpainya ia membaca ensiklopedia, Sejarah Inggris, Kamus IPA karangan Ure, Principia karangan Newton dan juga Ilmu Kimia karangan Richard G. Parker. Kegemarannya yang menonjol adalah membaca, berpikir dan bereksperimen.

Pada umur 12 Tahun Edison menjadi penjual koran, permen, kacang dan kue di kereta api, sama seperti penjual asongan yang sering kita temui di kereta api ekonomi di Indonesia. Keuntungan dari berdagang itu sebagiannya dia berikan kepada orang tuanya dan sebagiannya dia simpan sebagai modal. Nah… Di dalam kereta api, ia menerbitkan koran Weekly Herald sambil mengadakan eksperimen di salah satu gerbong kereta api, setelah sebelumnya meinta ijin perusahaan kereta api “Grand Trunk Railway”.

Pada suatu malam Edison tidak sengaja menumpahkan sebuah cairan kimia sehingga menyebabkan sebuah gerbong hampir terbakar. Karena kasus ini Edison ditampar kondektur hingga pendengarannya rusak, kemudian dia dilarang bekerja di kereta api.

Namun Edison tidak menganggap pendengarannya yang rusak sebagai cacat, namun justru dia menganggapnya secara positif sebagai sebuah keuntungan sehingga ia memiliki lebih banyak waktu untuk berfikir daripada mendengarkan omongan–omongan kosong.

Pada usia 15 tahun Edison remaja menyelamatkan nyawa anak kepala stasiun yang hampir tergilas gerbong kereta api. Karena merasa berhutang jasa, sang kepala stasiun tersebut akhirnya mengajarkan cara pengiriman telegram, Edison hanya memerlukan waktu 3 bulan untuk menguasai pelajaran gratis tersebut. Sesudah itu, ia mendapat pekerjaan sebagai operator telegraf.

Penemuan pertama yang dia patenkan adalah electric vote recorder, namun karena tidak laku, Edison akhirnya beralih ke penemuan yang lebih komersial. Edison kemudian membuat suatu alat yang kemudian ia beri nama stock ticker atau mesin telegraf. Peralatan itu dijualnya dan laku 40.000 dollar Amerika serikat (Sekitar 390 juta rupiah). Edison hampir pingsan melihat uang sebanyak itu. Uang ini dipakai Edison untuk mendirikan pabrik di Newark dan merekrut 300 orang pekerja sekaligus, disini ia mengembangkan telegraf sehingga mampu mengirimkan 4 berita sekaligus.

Pada umur 29 tahun, Edison mendirikan laboratorium riset untuk industri di Menlo Park, New Jersey. dan dalam 13 bulan ia menemukan 400 macam penemuan yang kemudian mengubah pola hidup sebagian besar orang-orang di dunia.

Tahun 1877 ia berkonsentrasi pada lampu pijar. Edison sadar bahwa betapa pentingnya sumber cahaya ini bagi manusia. Dia menghabiskan 40.000 dollar dalam kurun waktu dua tahun untuk eksperimen lampu pijar. Yang menjadi masalah adalah menemukan bahan yg bisa berpijar ketika dialiri arus listrik namun tidak terbakar. Total ada sekitar 6000 bahan yang dicobanya

Melalui usaha keras Edison, akhirnya pada tanggal 21 Oktober 1879 lahirlah lampu pijar listrik pertama yang mampu menyala selama 40 jam. Tahun 1882, untuk pertama kalinya dalam sejarah lampu-lampu listrik di pasang di jalan-jalan dan di rumah rumah

Sungguh patut direnungkan ketika saat keberhasilan dicapainya, dia sempat ditanya: Apa kunci kesuksesannya. Thomas Alfa Edison menjawab:

“Saya sukses, karena saya telah kehabisan apa yang disebut dengan kegagalan.”

Bahkan saat dia ditanya apakah dia tidak bosan dengan kegagalannya, Thomas Alfa Edison menjawab:

“Dengan kegagalan tersebut, Saya malah mengetahui ribuan cara agar lampu tidak menyala”

This Amazing!! Edison memandang sebuah kegagalan sebagai sebuah hal yang sangat positif. Kegagalan bukan kekalahan tapi sebagai sebuah keuntungan. Cara memandang yang positif ini membuat Edison mampu meyakinkan orang lain untuk tetap mendanai proyeknya meskipun gagal berulang–ulang kali.

Mungkin prinsip Edison inilah yang patut kita terapkan dalam kehidupan kita sehari. Bahwa sebenarnya kita tidak pernah mengalami kerugian dan sesungguhnya kerugian itu bermula dari sikap dan cara pandang kita sendiri yang negatif.

Edison telah banyak menghasilkan berbagai penemuan yang sangat berharga bagi perkembangan umat manusia. Telegraf cetak, pulpen elektrik, proses penambangan magnetik, torpedo listrik, karet sintetis, baterai alkaline, pengaduk semen, mikrofon, transmiter telepon karbon dan proyektor gambar bergerak adalah beberapa dari penemuan Edison.

Melewati tahun 1920-an kondisi kesehatannya kian memburuk dan Edison meninggal dunia tanggal 18 Oktober 1931 pada usia 84 tahun.


-

*Tariiikk...Tahaannn...Lepasss...Aaaahhhh*

Tips sederhana untuk sembuh, sehat dan membangkitkan inner beauty

Oleh Made Teddy Artiana

Jelas ini bukan penemuanku. Aku hanya ‘menemukan’ tips ini dalam salah satu
bab disebuah buku. Unlimited Power, buku karya Anthony Robbin, ternyata
tidak melulu bicara soal Neuro Lingusitic Programming dan segala sesuatu
yang berkaitan dengan motivasi, namun juga tentang kesehatan. Masuk akal
memang, karena tanpa kesehatan, segala kesuksesan yang kita raih hampir
tidak ada gunanya.

Yang unik, penemuan kecil-kecilan itu segera saja mendapat konfirmasi dari
sebuah buku tentang pengobatan tradisional China. Untuk yang satu ini aku
lupa judulnya, yang jelas terbitan Erlangga. Lalu buku-buku lain menyusul,
ditambah beberapa artikel di koran dan majalah. Kemudian keterangan lisan
dari seorang profesor yang juga adalah dokter ayahku. Waktu itu ayahku
menjadi pasiennya karena sempat mengidap kekentalan darah. Terakhir, artis
senior Titiek Puspa, turut menguatkannya, dengan penuturan kesaksian
pribadinya di televisi, ketika berobat kanker di salah satu Rumah Sakit di
Singapura sana.

Dari sana aku menarik kesimpulan bahwa hampir sebagian besar penyakit yang
kita derita terjadi karena dua hal. Pertama, karena terhambatnya suplai
oksigen kesel-sel tubuh. Lalu yang kedua adalah ketidaklancaran peredaran
pembuluh limfe. Pembuluh limfe bertugas membunuh bibit penyakit yang masuk
kedalam tubuh kita. Tidak seperti darah yang digerakkan oleh pompaan
jantung, pembuluh limfe konon beredar lewat pernafasan dan gerakan tubuh
yang bersifat khusus.

Nah, kedua hal tersebut yaitu : suplai oksigen dan peredaran pembuluh limfe
hanya dapat dimungkinkan secara sempurna lewat dua hal : berolah raga dan
mengolah nafas.

Kehidupan modern yang serba sibuk dan menyita waktu membuat olah raga
menjadi kebutuhan mahal buat kita. Sedangkan melatih pernafasan, mungkin
karena begitu mudah dan gratis, menjadi hal yang diragukan lalu cenderung
terlalu diremehkan.

Padahal olah-nafas adalah senjata pamungkas yang begitu praktis, tidak
membutuhkan tempat dan alat khusus, sekaligus berdampak luar biasa. Selain
perannya dalam peredaran dan penyerapan oksigen, serta mengaktifkan
peredaran pembunuh limfe dalam mengangkut, dan membuang sampah, racun serta
bibit penyakit dalam tubuh hingga 10 kali lipat !! Belum lagi peranannya
dalam mengaktifkan enzim Kartisol yang berperan dalam meredakan stress dan
enzim Serotonin yang berperan mirip dengan obat penenang. Dahsyat !

Pemakaian istilah olah-nafas, tidak mengacu kepada praktek senam pernafasan
yang rumit dengan gerakan-gerakan khusus yang memerlukan waktu untuk
dipelajari.
Tentu saja itu semua sangat baik. Hanya saja olah nafas yang kumaksud amat
sangat sederhana dibandingkan semua itu.

Tarik nafas 2 hitungan, tahan 4 hitungan, lepaskan 1 hitungan. Atau, tarik 4
hitungan, tahan 8 hitungan, lepaskan 2 hitungan. Lakukan 10 sampai 30 kali.
Sehari 3 kali.

Mengenai posisi, sangat mudah. Kita dapat melakukannya sambil berbaring
dengan kedua tangan disisi kanan dan kiri, atau dengan posisi duduk tnpa
bersandar, dengan posisi tangan diatas paha.

Simple khan ? Memang. Namun cobalah melakukannya dengan
sungguh-sungguhselama 20 menit, , maka tubuh kita akan segera basah kuyub
oleh keringat, dengan tanpa menggerakan ujung jari sekalipun !

Ok, sekarang begini. Lupakan teori-teori diatas, lalu mulailah
mempraktekkannya. Sakit apapun. Dari pusing ringan sampai migrain dan
vertigo. Dari sekedar susah tidur, stress, sampai insomnia. Lalu masuk
angin, asma, diare, alergi, hipertensi, batuk, flu dsb.

Jangankan untuk penyakit-penyakit tersebut, dalam kasus Titiek Puspa yang
sempat mengidap kanker pun, sangat direkomendasikan untuk melakukan praktek
olah nafas diatas.

Oh iya, sebelum lupa, ada lagi yang merupakan efek samping dari olah-nafas
tersebut. Membangkitkan inner dan outer beauty !

Hahahaha..

Anda bebas untuk percaya atau tidak. Tetapi yang jelas dan ilmiah, setiap
hari tubuh kita memperbaharui sel-selnya. Membuang yang lama dan
menggantinya dengan sel-sel baru. Sementara, proses itu memerlukan oksigen
sebagai bahan utama. Selain itu pikiran yang lebih tenang dan damai jelas
membuat aura bersinar.

Selamat mencoba J (*)

--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan beri komentar