Segar banget

Segar banget
bangett

Rabu, 31 Agustus 2011

BE A CREATIVE WOMAN IN GOD



Written by sariwati
Wednesday, 04 May 2011 15:32


Berikut ini adalah bahan yang saya pakai di dalam sebuah retreat kaum wanita yang diadakan oleh Woman of Virtue IFGF GISI Pusat di Lembang. Jika anda sedang mencari bahan untuk mengajarkan hal ini, silakan anda meng copy nya dan memperbanyaknya, selama itu untuk pelayanan saya sungguh mengijinkannya dengan senang hati.
Semua wanita pada dasarnya diciptakan dengan segala ke-detilannya. Berbeda dengan kaum pria, cara berpikirnya yang lebih banyak menggunakan perasaan dibandingkan dengan logikanya ternyata membuat kaum wanita juga sebenarnya dibuat lebih kreatif dalam banyak hal. Hanya tinggal bagaimana anda kaum Hawa mau menggunakan setiap kelebihan yang anda berikan itu atau tidak.
Kalau mungkin saat ini anda sedang berpikir-pikir apakah anda memang kreatif atau tidak, dan ragu-ragu tentang talenta yang anda miliki, saya mau mengajak anda untuk melihat kebenarannya lebih jauh lagi di dalam firman Tuhan yang merupakan sumber kebenaran itu.
1. KENALI DIRI ANDA - ANDA ADALAH ANAK ALLAH
Kejadian 1 : 26
Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita..”
Bukti yang nyata tercatat dengan jelas bahwa manusia dijadikan menurut gambar Allah, yang kemudian menaruh diberikanNya hidupNya di dalam manusia itu.
Kejadian 2 : 7
ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.
Roma 8 : 14 – 15
Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!"
Jika kita adalah anak Allah, maka tentunya kita akan memiliki DNA yang kurang lebih sama dengan Bapa kita. Ada karakter-karakter Ilahi yang juga bisa kita miliki. Salah satu karakter yang akan kita bahas adalah tentang kreativitas Allah yang juga mengalir dalam diri kita. Potensi Ilahi yang bisa kita kembangkan untuk menjadi berkat bagi diri kita sendiri maupun orang lain.
2. BEBERAPA POTENSI YANG BISA KITA MILIKI
a. Potensi Inovatif (Menemukan hal baru)
Apa bedanya menciptakan (create) dan menemukan (inovate)?
Menciptakan (create) : Membuat sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada. Dan pada dasarnya, hanya Allah yang sanggup melakukan hal ini. Dia cukup berfirman, maka segala sesuatu itu terjadi.
Menemukan (inovate) : Membuat sesuatu yang baru dari segala sesuatu yang sudah ada.
Ketika kita katakan mencipta lagu, pada dasarnya orang tersebut tidak menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada, karena nada-nada yang dia rangkai berasal dari nada-nada di alam ini yang memang sudah ada, hanya di rangkai kembali menjadi suatu lagu yang baru.
Bahkan listrik pun bukan diciptakan tapi ditemukan. Dan ada banyak teknologi yang canggih, meskipun itu penemuan yang baru, tapi sesungguhnya semua sudah berasal dari segala yang ada, hanya dirancang ulang sehingga menjadi suatu hal yang baru.
Tapi secara garisnya, sifat kreatif itu tetap mengalir di dalam diri anak-anak Allah karena kita mempunyai potensi itu dari Bapa kita. Hanya kita bukan benar-benar menciptakan dari yang tidak ada, tapi kita bisa terus memperbaharui dari segala yang ada menjadi sesuatu yang semakin baru dan semakin baik.
b. Potensi Otoritas dan Kuasa
Kuasa Otoritas kita miliki karena hal itu memang diberikan kepada kita untuk bisa menguasai alam ini dan segala isinya, dan karena diberikan oleh Allah kepada kita untuk bisa menaklukkan dan mengatur semua hal yang diberikan Allah kepada kita.
Kejadian 1 : 26
Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.
Yohanes 1 : 12
Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;
Kebanyakan dari anak-anak Tuhan belum sepenuhnya menggunakan kuasa yang diberikan oleh Allah kepada kita sehingga kita belum mengalami kemenangan yang sesungguhnya direncanakan bagi kita.
c. Potensi untuk bertumbuh dan bermultiplikasi
Potensi untuk bertumbuh pelipatgandaan diberikan dengan maksud agar kehidupan kita di dunia ini bisa menjadi berkat buat banyak orang dan banyak tempat. Hal ini dimampukan oleh Allah berdasarkan kemurahan hati dan kebutuhan di setiap peristiwa.
Kejadian 1 : 28
Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."
Matius 14:19
Lalu disuruh-Nya orang banyak itu duduk di rumput. Dan setelah diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya membagi-bagikannya kepada orang banyak.
Markus 8:20
"Dan pada waktu tujuh roti untuk empat ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-potongan roti kamu kumpulkan?" Jawab mereka: "Tujuh bakul.
Yesus menunjukkan cara melakukannya. Dia membawa dan mendedikasikan apa yang ada padaNya kepada Allah Bapa. Dia mengucap syukur atasnya dan membagikan kepada setiap orang yang memerlukannya. Disitulah terjadi multiplikasi yang ajaib.
2 Raja-raja : 42-43
Datanglah seseorang dari Baal-Salisa dengan membawa bagi abdi Allah roti hulu hasil, yaitu dua puluh roti jelai serta gandum baru dalam sebuah kantong. Lalu berkatalah Elisa: "Berilah itu kepada orang-orang ini, supaya mereka makan."
Tetapi pelayannya itu berkata: "Bagaimanakah aku dapat menghidangkan ini di depan seratus orang?" Jawabnya: "Berikanlah kepada orang-orang itu, supaya mereka makan, sebab beginilah firman TUHAN: Orang akan makan, bahkan akan ada sisanya."
d. Potensi Iman dan Mukjizat
Potensi Iman dan mukjizat yang akan memampukan kita melakukan segala kemustahilan menjadi mungkin
Bahkan bukan Cuma masalah biasa saja, tapi juga segala penyakit dan berbagai kesulitan bisa kita atasi denga potensi ini.
Matius 17:20
Ia berkata kepada mereka: "Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, —maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.
Semua potensi ini bisa kita miliki ketika kita berada di dalam Tuhan, dan dengan iman kita benar-benar bisa menggunakannya untuk kemuliaan Tuhan dan untuk memberkati diri sendiri dan juga orang-orang di sekitar kita.
Di dalam perumpamaan tentang talenta di Matius 25 : 14 – 30 kita bisa menemukan bahwa tidak ada satu orangpun yang tidak dibekali dengan talenta. Allah itu sungguh adil, sehingga Ia menyediakan setidaknya satu talenta bagi tiap orang. Dan untuk menentukan berapa banyak yang Ia berikan itu bukan berdasarkan suka atau tidak suka pada seseorang, tapi berdasarkan kemampuannya. Dan selanjutnya, apakah talenta itu berkembang atau tidak akan tergantung dari seberapa bisa dipercayanya orang tersebut dalam menggali potensi dan mengembangkan tiap talenta yang Ia berikan itu.
Dalam hal ini, saya ingin meminjam istilah dari Rev. Jentezen Franklin yang saya rasa sangat tepat dalam mengungkapkan tentang talenta ini. Allah akan menaruh setiap talenta itu dengan prinsip ini juga : RIGHT PEOPLE, RIGHT PLACE, RIGHT PLAN
a. RIGHT PEOPLE – Dia mengenal kita
Dia tidak pernah salah memilih orang. Dan kita adalah orang-orang pilihan yang tepat di dalam bidang yang kita miliki saat ini. Jangan pernah kita berpikir bahwa kita melakukan apa yang kita kerjakan sekarang karena memang kita layak untuk itu. Tapi sungguh ada tangan ajaib yang turut bekerja di belakan semua ini untuk menaruh kita dengan satu pemikiran yang tepat sesuai dengan kesukaan kita juga.
Yeremia 1:5
"Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa."
Setiap kita diberi talenta yang pas.
Jangan hanya melihat jumlah talenta awal yang kita miliki, tapi bersyukur dengan semua itu dan pakai semua potensi yang ada, sehingga kita bisa melihat bagaimana semua potensi itu kemudian bertumbuh dan berbuah-buah, berlipat ganda dan menjadi banyak.
KUNCI :
Setia terhadap perkara kecil, tekun melaksanakannya, maka kita akan diberikan tanggung jawab terhadap perkara yang besar. (Matius 25 : 21)
b. RIGHT PLACE – Di tempat yang tepat
Kis 17 : 26 - Dia menetapkan posisi tempat kita
“Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi dan Ia telah menentukan musim-musim bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka.”
Kita akan selalu berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat ketika kita berada di dalam Tuhan. Tidak pernah ada kesalahan dalam hal ini. Jadi, jangan mengeluh mengenai tempat kita berada sekarang, tapi sebaliknya lakukan hal yang baik semaksimal mungkin supaya justru kita bisa memaksimalkan apa yang Tuhan taruh dalam hidup kita, karena untuk segala sesuatunya itu Tuhan selalu punya rencana yang tepat.
Ia tidak pernah salah dalam menempatkan kita semua. Kita tidak pernah tahu seberapa ketepatannya sampai sesuatu terjadi dalam hidup kita dan barulah kita akan menyadari semua keindahan rencananya itu. Tapi puji nama Tuhan kalau Dia itu setia dan selalu melakukan hal yang tepat bagi kita yang mengasihiNya.
c. RIGHT PLAN – Rencana yang tepat
Dia merancangkan segala sesuatunya itu sempurna, sesuai dengan segala kehendakNya bagi setiap orang yang mengasihi Dia.
Roma 8 : 28
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
Biasanya ‘sekarang’ yang kita katakan adalah setelah segala kejadian berlangsung dan selesai, dan setelah kita bisa melihat hasil dari semua perbuatanNya itu. Tapi bukan begitu dengan iman. Sekalipun kita belum melihat hasilnya, kita tetap bisa mengatakan demikian, itulah iman yang sesungguhnya. Mari kita belajar dari hal itu bahwa kebaikan yang Allah berikan akan tetap berlaku meskipun kita belum merasakannya sekarang.
Segala kreasi Allah terjadi bukan hanya setelah Dia berfirman “Jadilah terang..!”, tapi justru jauh sebelumnya, berada di dalam kendali pikiranNya, semua kreatifitas itu sudah ada. Tidak mungkin Ia membuat segala sesuatu tanpa satu perencanaan di dalam pikiranNya yang tak terbatas itu. Ia membentuk formula dan segala rupa alam semesta ini di sana, di dalam perasaan dan pemikiranNya. Ia taruh segala keinginan hatiNya dalam kesempurnaan dan pemikiranNya yang dahsyat.
Yeremia 29 : 11
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
Ia bisa melihat jauh ke depan, karena Ia yang membuat rancangan itu dan Ia selalu berdiri lebih tinggi dari kita semua, sehingga jarak pandangNya tidak pernah dapat dibatasi oleh apapun. Ia mampu melihat sampai kejauhan. Bahkan apa yang selama ini tidak bisa kita lihat, Ia bisa.
Amsal 23:18
Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang.
Dan Jika kita memang berasal dari Dia, diciptakan serupa dan segambar dengan Dia, RohNya tinggal di dalam kita, nafas hidupNya mengalir di dalam kita, maka kita akan memiliki karakter dan potensi yang Dia miliki juga. KreatifitasNya bisa kita dapatkan juga. Jadi, mengapa ragu dengan kehidupanmu?
INGAT :
ALLAH ADALAH SUMBER DARI SEMUA POTENSI ITU
Yakobus 1:17
Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.
Untuk bisa tetap kreatif dan produktif, maka yang harus kita lakukan adalah kita harus melekat kepada Dia supaya bisa terus produkif dan bermultiplikasi.
Yohanes 15 : 4
Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.
3. MULAILAH PERJALANANMU SEKARANG
Ketika kita mengerti semua hal ini, maka kita bisa mulai berjalan dengan semua yang kita sadari betul bahwa kita memilikinya. Dan ada banyak potensi mulai bisa dikembangkan dengan satu keyakinan bahwa hal itu akan berhasil untuk kita lakukan.
a. Mengenali talenta yang kita miliki.
Biasanya muncul berawal dari hobby dan kesukaan kita, berkembang menjadi satu hal yang menghasilkan. Satu talenta yang kita punya bisa dikembangkan menjadi banyak hal yang mungkin tak terpikirkan sebelumnya.
Mis :
Kegemaran mengobrol – bercerita, bisa dikembangkan : Menjadi pembicara, story teller, motivator, konselor dan bisa dilanjutkan dengan menuliskan semua itu menjadi buku.
Memasak – dikembangkan menjadi akhli masakan, buka katering, kafe, atau restaurant. Bisa juga mengembangkan resep-resep yang bermutu, mengajarkan pada yang lain, atau menuliskan menjadi buku resep yang bermutu.
Prakarya – dikembangkan menjadi suatu karya yang baik untuk dinikmati dan dijual, atau menjadi pemberi inspirasi pada orang lain dengan membuka kursus dsb.
Mengajar – diawali mengajar anak sendiri, lama-lama bisa buka kursus untuk anak-anak lain.
Kecantikan – diawali dengan suka mendandani diri sendiri, lama-lama menjadi bisnis
Fashion – juga berawal dari hoby lama-lama menjadi bisnis.
Bahkan dari banyak barang bekas bisa menjadi satu peluang bisnis yang baik.
Cobalah mencari apa yang menjadi hobby kita itu, dan mulailah melakukan perjalanan yang dahsyat dengan hal itu.
b. Berani mencoba merealisasikan apa yang kita impikan.
Semua orang suka bermimpi karena mimpi itu gratis, tapi sayangnya hanya sebagian yang berani merealisasikan apa yang mereka impikan itu. Jadi, mengapa tidak memulainya sekarang, karena tidak ada kata terlambat untuk itu.
c. Tekun dan konsisten melakukannya.
Jika kita suka melakukannya, tapi mungkin masih banyak kegagalan pada saat ini, jangan menyerah coba terus. Satu waktu kita akan melihat hasilnya.
Orang-orang yang berhasil pada saat ini bukan berarti tidak pernah gagal dulunya. Mereka juga mengalami jatuh bangun, hanya bedanya mereka tidak menyerah di saat gagal. Mereka mencoba lagi hingga akhirnya bisa berhasil.
d. Banyak belajar dan bertanya pada mereka yang sudah akhli dan lebih dulu melakukannya.
Malu bertanya sesat di jalan. Jika anda membutuhkan informasi yang tidak anda ketahui, cobalah dari sekarang mulai bertanya kepada banyak orang bagaimana cara memulai apa yang anda sedang jalani saat ini.
Banyak bertanya dan belajar dari sang akhli pasti tidak ada ruginya.
e. Banyak membaca dan membuat studi banding.
Sangat perlu kita memperluas wawasan dengan banyak membaca dan membuat studi banding. Saat ini tersedia begitu banyak sumber untuk hal ini, terutama untuk memberikan inspirasi dan menyegarkan pikiran kita.
f. Jangan malu untuk memperkenalkan dan mempromosikan apa yang kita lakukan.
Bagaimana orang bisa tahu apa yang kita kerjakan kalau kita tidak berani memperkenalkannya. Jadi mengapa kita tidak melakukannya, selama kita tahu bahwa apa yang kita lakukan itu baik, benar dan memang bisa berguna.
g. Jika sudah berhasil, jangan lupa belajar mengatur sistem keuangannya dengan baik dan benar.
Banyak usaha terjebak dalam hal manajemen keuangan yang buruk sehingga menjadi kurang baik hasilnya. Jadi pelajari juga hal ini supaya usaha yang kita buat ini menjadi langgeng dan semakin berkembang.
Namun diatas segalanya, sekali lagi jangan lupa bahwa BERKAT TUHANlah yang menjadikan kita kaya, sehingga sekalipun kita sudah merasa berhasil bukan berarti kita melupakan Dia. Dan lakukanlah segalanya itu sungguh-sungguh untuk kemuliaan nama Tuhan, jangan khawatir, ketika anda mampu menyelesaikannya dengan baik, maka Ia akan mengajak anda untuk ikut menikmati dalam kebahagiaan Tuanmu itu.
Semoga bermanfaat. Tuhan Yesus memberkati.

--

SELESAIKANLAH DENGAN BAIK
Written by sariwati
Saturday, 04 June 2011 13:19

Lukas 14 : 26 - 27 "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.
Mudah untuk memulai sesuatu, tapi sulit untuk menyelesaikannya. Ya, itu yang sering terjadi di dalam hidup kita. Bahkan kalau saja engkau tahu, sejak tadi saya sudah mengganti entah berapa kali tulisan hari ini. Karena saya berusaha untuk menceritakan hal yang bisa semua orang baca dengan baik dan mencernanya, yang akhirnya bisa merasa terberkati. Tapi karena topiknya belum terlalu matang, maka sulit sekali untuk membuat lanjutannya. Akibatnya, saya harus menggantinya lagi. Dan yang lebih parah lagi, saya harus menggantinya berkali-kali. *menyedihkan*.
Saya selalu teringat dengan satu kutipan yang menyatakan ‘orang itu dinilai bukan dari bagaimana dia memulainya, tapi bagaimana dia mengakhirinya.’
Tuhan Yesus juga mengerti prinsip ini. Bahkan Ia benar-benar mengingatkan setiap orang yang akan mengikut Dia untuk benar-benar berani mempertanggung jawabkan keputusannya di dalam mengikut Dia, dan bukan hanya sekedar ikut-ikutan orang lain dan kemudian menghilang di tengah-tengah waktunya.
Banyak orang mudah untuk mengatakan bahwa mereka mau mengikut Tuhan, tapi tidak mengerti resikonya dan berapa harga yang harus mereka bayar untuk itu. Itulah yang terjadi di masa ketika Yesus masih ada di dunia ini.
Lukas 14 : 26 -27 "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.”
Pada masa itu kemanapun Yesus pergi selalu diikuti oleh serombongan besar orang. Entah bagaimana, tapi sepertinya keberadaan Yesus benar-benar menarik perhatian orang untuk mengikutiNya. Apalagi dengan demonstrasi kuasa yang memang benar-benar Dia tunjukkan melalui pelipatgandaan makanan, kesembuhan yang ajaib, dan begitu banyak kisah yang mengenyangkan rasa haus dan lapar mereka akan firman Tuhan, lengkaplah rasanya menjadi alasan bagi mereka untuk semakin giat menjadi pengikutNya.
Kalau seandainya Yesus ada di jaman ini, saya tidak bisa membayangkan seberapa yang akan menjadi follower TwitterNya. *senyum* Pasti buanyaaakk sekali.
Soalnya, saat itu saja, setiap gerakanNya dan perpindahanNya dari satu daerah ke daerah lain yang sebenarnya cukup melelahkan dan panjang perjalanannya itu sangat mampu menarik begitu banyak orang untuk berduyun-duyun mengikutiNya, apalagi kalau Cuma tinggal follow di Black Berry atau FaceBook. Jangan-jangan hanya suara ‘ehem’ saja bisa berarti status baru sedang di tag ke semua orang, dan pastinya akan menyedot perhatian semua orang.
Yesus sendiri menyadari hal ini. Tapi Ia bukan sedang mencari pengikut. Ia mencari murid. Level pengikut dan murid tentunya sangat berbeda. Dan Ia bukan membutuhkan pengikut. Ia membutuhkan orang yang mau menjadi muridNya yang taat dan setia. Orang yang mau ikut menyelesaikan karyaNya dan bukan hanya sekedar ikut-ikutan tanpa mengetahui apa yang mereka lakukan.
Luk 14 : 25 Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya.
Selalu banyak orang yang berduyun-duyun mengikutiNya. Kemanapun Ia pergi sepertinya tidak pernah bisa melepaskan diri dari orang-orang ini. Bahkan kelihatannya semakin hari semakin banyak pengikutNya itu. Tentunya kondisi ini juga yang diperhatikan oleh para pemimpin agama Yahudi ketika itu, dan membuat mereka benar-benar iri dengan situasi ini.
Tapi mereka semua tidak mengerti, bahwa akan terjadi penyaringan yang besar di situ. Karena banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih (Mat 22:14). Dan cara Yesus menyaring mereka dengan menerapkan standar yang sangat tinggi.
Yesus menyadari bahwa pada saat itu pasti banyak orang akan mengaku bahwa mereka adalah pengikutNya dan bangga bisa mengikutiNya kemana-mana. Bahkan tidak heran jika ada di antara mereka yang mulai mengangkat diri mereka sendiri menjadi asistenNya. Dan semua yang dikatakan oleh Yesus ketika itu akan mereka telan bulat-bulat dan menyiarkannya kembali begitu saja walau kebanyakan dari mereka tidak mengerti apa yang mereka dengar itu.
Matius 7:21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
Ya, lebih banyak pengikut Tuhan yang hanya bisa berseru Tuhan, Tuhan...tetapi mereka semua hanya melakukan apa yang mereka sukai dibandingkan dengan melakukan apa yang Tuhan perintahkan. Dan untuk inilah penyaringan dilakukan, karena Tuhan sekali lagi sedang mencari murid dan bukan hanya sekedar mencari pengikut.
Lukas 14 : 26-27 "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.
Menjadi murid sangat berbeda dengan sekedar pengikut. Ada banyak pengikut, tapi hanya sedikit yang mampu menjadi murid. Bahkan setelah menjadi murid pun kita akan diuji dan disaring kembali, untuk membuktikan seberapa kualitas kita di hadapan Tuhan.
‘Wahhh...pengajaran apa ini? Dia sesat...!!! Bukankah selama ini kita diajarkan untuk menghormati ayah ibu kita? Mengapa sekarang Dia justu mengubahnya dan kita diajar untuk membenciNya? ‘ ....’sepertinya kita salah mengikuti Dia selama ini’...’Iya, mengapa Dia juga meminta kita untuk membenci diri sendiri?’
Dan begitulah kira-kira apa yang akan kita dengar di dalam percakapan mereka semua hari itu. Berbagai pandangan dan persepsi baru akan muncul di antara mereka, dan hasilnya? Tidak heran kalau hari itu sejumlah besar dari orang yang berduyun-duyun itu akan mulai meninggalkan Dia.
Tapi tidak begitu dengan muridNya. Mereka akan tetap berada bersama Dia. Dan kenyataannya, ketika semua mata menyaksikan bagaimana Ia ditangkap, disiksa dan bahkan disalibkan...bersamaan dengan itu, semua pengikutNya itupun menghilang entah kemana. Yang tersisa hanyalah para muridNya-kecuali Yudas tentunya- dan para wanita yang setia mengikut Dia sampai pada kesudahannya.
Lukas 14 : 28 Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan , tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya.
Sejak awal, Yesus mengingatkan mereka semua bahwa tidak mudah menjadi muridNya. Benar-benar dibutuhkan keputusan yang matang. Persis seperti orang yang hendak membangun menara, kalau mereka tidak membuat perhitungan yang matang, maka besar kemungkinannya biayanya tidak mencukupi seluruh kebutuhannya, sehingga mereka akan berhenti di tengah pembuatannya. Dan kalau sampai itu terjadi, bukankan mereka akan merugi besar? Dan yang paling mungkin terjadi adalah banyak orang yang memperhatikan apa yang ia kerjakan itu tentu akan mengejeknya dan menganggapnya tidak becus melakukan pekerjaannya itu.
Begitu juga ketika kita memutuskan untuk mengikut Tuhan. Ada harga yang harus kita bayar, dan cukup mahal. Itulah mengapa Dia meminta kita untuk memperhitungkannya dari awal, supaya jangan sampai ketika kita memutuskan untuk melakukannya, kita hanya sanggup mengikutinya setengah jalan, lalu kita kembali ke tempat asal kita. Dia berharap bahwa semua orang yang mengikuti Dia akan sanggup menyelesaikannya sampai ke garis akhir.
Lukas 14 : 27 Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.
Berat? Itu sudah jelas. Tapi pesanNya itu juga jelas. Sambil memikul salib, Ia minta kita tetap mengikut Dia. Kalau tidak demikian, maka kita tidak layak bagi kerajaanNya. Beratnya beban yang kita pikul tidak akan jadi secara otomatis menghilang begitu saja ketika kita menjadi muridNya. Tapi Ia akan membantu kita untuk memikulnya bersama. Beban itu akan menjadi ringan karena Dia akan turut menanggungnya bersama kita. Tapi kalau kita menjadi kecewa dengan situasi itu dan malah meninggalkan Dia, maka segala konsekuensinya akan kita tanggung sendiri.
Menjadikan Yesus sebagai Tuhan memiliki arti yang sangat dalam. Ia meminta kita untuk benar-benar bisa menaruh Dia di atas segalanya. Mencintai Dia dengan sepenuh hati, sedemikian rupa sampai-sampai kita tidak lagi memikirkan kepentingan kita di atas kepentingan Dia. Itulah maksud dari perintahNya itu. Bukan kesesatan, bukan penyimpangan, bukan sungguh-sungguh membenci secara membabi buta. Tapi Ia meminta kita untuk bisa melihat Dia sebagai panutan yang akan kita taruh di atas segalanya.
Mudah untuk diucapkan, tapi sulit untuk dilakukan. Jujur saja, kebanyakan dari kita lebih memilih untuk melakukan apa yang kita suka saja dibandingkan dengan apa yang Tuhan kehendaki. Tapi kedangkalan seperti ini sangat rentan untuk menjadi kecewa.
Tapi kalau kita berhasil memotivasi diri kita untuk tetap mengikut Dia sampai kesudahannya, ada banyak janji Tuhan yang akan terjadi dan bisa kita nikmati. Ia akan mengangkat kita lebih tinggi. Ia juga akan menyertai kita sampai kesudahannya. Ia akan mengajak kita dalam kebahagiaanNya. Begitu juga Ia akan membukakan pintu-pintu berkat itu bagi kita. Dan banyak hal baik yang akan menjadi bagian kita.
Sobat, saya sendiri sudah mencicipinya, dan saya rindu untuk mendapat bagian yang lebih banyak lagi di dalam Tuhan. Dan kenyataan yang bisa saya sampaikan adalah bahwa bagian itu masih sangat banyak di surga sana, siap untuk dicurahkan bagi setiap orang yang mengasihiNya. Jadi, ayo jangan berdiam diri saja. Kita lakukan bagian kita apapun resikonya.
Ambil keputusan untuk mengikut Dia dan melanjutkannya sampai kesudahannya. Jangan berhenti di tengah jalan, tapi terus maju. Jika engkau merasa kelelahan, maka yang engkau perlukan adalah kesegaran baru yang dari Tuhan. Minta itu daripadaNya, dan berjalanlah lagi. Nikmati masa-masa yang penuh dengan keajaiban bersama dengan Dia. Belajar melepaskan diri dari segala yang kita miliki, taruh pikiran kita di dalam Kristus, maka kekuatan itu akan menyertai kita. Amin.

--

THIS IS MY CHURCH – MY HOME
Written by sariwati
Friday, 24 June 2011 00:02

Filipi 2 : 1-3 Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia.
Sejak aku menjadi seorang fulltimer di gereja ini, aku hampir tidak mengenal yang namanya ‘working hour’. Walau banyak orang bilang itu artinya sekarang aku punya ‘flexible time’, tapi kenyataannya sama sekali tidak begitu.
Dan lucunya lagi, meskipun kantorku berada dilantai 5 sebuah mall yang cukup besar di Bandung, bukan artinya aku sering berjalan-jalan untuk shopping dan juga tidak walau hanya sekedar browsing dan melihat-lihat. All my time in my office. It takes all my being and my time. Benar-benar fulltime.
Aku dan rekan-rekan fulltime ku setiap hari masuk kerja jam 9 pagi, dan kami akan pulang sekitar jam 7 – 8 malam. Dan itu kami lakukan dari Selasa sampai hari Sabtu. Khusus Minggu, karena hari itu banyak kebaktian yang dilakukan, walau ada sedikit toleransi, tapi kami jarang hanya bisa mengikuti satu kali saja. Minimal kami akan hadir di dua kebaktian, baru sesudahnya kami sedikit bebas. Dan hari Senin, walau itu merupakan hari libur yang aneh sebenarnya, itupun seringkali terisi dengan banyak kegiatan. Alhasil, kalau dihitung-hitung, maka jam kerja kami sudah melebihi waktu normal orang-orang.
Tapi aku menceritakan ini bukan karena keberatan dengan semua itu. Sungguh, kami semua menikmatinya. Itu yang membuat aku juga heran. Walaupun begitu banyak kerjaan yang tidak ada hentinya, tapi kami benar-benar menikmatinya. Bahkan ada beberapa anak yang justru lebih memilih untuk berada di kantor ini daripada keliaran tak karuan di luaran.
Semuanya bekerja saling bahu membahu dan tidak ada yang merasa keberatan untuk saling mengisi dan menguatkan satu sama lain. Kami benar-benar bisa saling membantu dan mendukung untuk banyak kerjaan yang memang lumayan padat dari waktu ke waktu.
Kegiatan dan event di gereja kami mengalir tidak ada hentinya, dan bahkan begitu bertubi-tubi membuat kami sendiri bingung bagaimana kami bisa melewati semua itu dengan kemampuan kami yang tidak seberapa. Kalau bukan karena Roh Allah sendiri yang bekerja bersama-sama dengan kami, aku yakin itu sama sekali tidak mungkin.
Dan buat aku sendiri, di sepanjang sejarah aku bekerja, belum pernah aku mengalami yang seperti ini. Sukacita itu mengalir luar biasa dan semangat untuk membangun gereja ini seperti tidak ada matinya. Bahkan di tengah-tengah begitu banyak tekanan, kritikan dan ancaman, toh aku tidak mundur dan memilih untuk terus maju membuktikan keseriusan dan kecintaanku pada Tuhan. Bisa dibilang, aku benar-benar addicted pada Tuhan.
Justru aku merasa heran kalau ada orang yang tidak begini. Karena rasanya, setiap orang yang sudah mengalami Tuhan, tentunya akan merasa ingin lagi dan ingin lagi. Tidak habis-habis anggur yang Tuhan alirkan di dalam hidup ini, selalu baru setiap hari. Walau kadang lelah juga, dan ada kalanya berseru butuh istirahat, tapi bukan membuatku ingin berhenti.
Kalau anda mengikuti semua kegiatan kami dan melihatnya sendiri, rasanya anda juga pasti akan menggeleng-gelengkan kepala merasa bingung dengan apa yang kami lakukan di dalam kotak kantor kami itu. Setiap hari selalu banyak pekerjaan, sangat sibuk, tapi juga penuh dengan canda tawa saling menghibur baik dalam arti sebenarnya maupun dalam arti dalam tanda kutip. Tapi kekompakan kami benar-benar luar biasa dalam mengerjakan semua pekerjaan di sini.
Dan aku, yang memang in charge sebagai kepala dari mereka semua itu benar-benar membutuhkan hikmat Tuhan untuk bisa mengatur dan mengendalikan semuanya supaya semuanya berjalan dengan baik. Tentunya juga, dengan situasi yang begitu padat, dibutuhkan karakter seperti es, yang selalu siap mendinginkan suasana.
Banyak orang yang memperhatikan kami akan selalu bertanya, sebenarnya kalian ini sibuk apa sampai-sampai bekerja tiada henti? Pertanyaan itu sering membuat kami bingung sekaligus ingin tertawa, karena kami juga tidak mengerti. Tapi setiap hari selalu ada banyak hal yang bisa dan harus kami lakukan. Tentunya berbeda dengan pekerjaan sekuler, ketika kami tidak ada pekerjaan formal, maka ada banyak pekerjaan informal yang perlu kami pikirkan juga. Misalnya bagaimana caranya membangun gerakan anak muda supaya mereka lebih bersemangat dalam melayani, dan bagaimana menjangkau mereka semua, dan bagaimana mengajak mereka semua bisa terlibat di dalamnya. Juga bagaimana memperhatikan orang-orang yang sudah lama tidak ke gereja, dan bagaimana supaya mereka bisa mau tetap setia dan bahkan ikut melayani.
Belum lagi jika ada jemaat yang ulang tahun, sakit, hendak menikah, tertimpa kesusahan, atau bahkan ketika ada yang kedukaan, semua itu akan menjadi urusan kami juga. Juga masalah bagaimana memberi dan menyalurkan pemberian orang kepada mereka yang sangat membutuhkan, itu semua dibutuhkan hikmat dan kebijaksanaan, karena kami benar-benar harus bisa menseleksi dan melakukannya dengan ketegasan tapi kasih. Tugas yang berat.
Jadi, benar-benar banyak hal yang harus kami lakukan. Dan semuanya itu membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Kalau kami berhitung dengan waktu, maka aku yakin, tidak akan pernah bisa menjadi efektif dalam melakukannya.
Addicted dengan Tuhan. Ya, memang kata addicted kedengarannya kurang baik. Tapi kita belajar dari kata yang berkonotasi negatif ini.
Bagaimana seorang yang addicted/kecanduan obat dan minuman keras itu bisa begitu rupa bertingkah laku yang aneh ketika mereka tidak menemukan obat dan minuman keras yang mereka butuhkan itu. Mereka bisa berteriak-teriak dan memaki-maki hanya untuk menemukan apa yang mereka inginkan. Begitu terikatnya sehingga sepertinya mereka tidak bisa hidup tanpa itu.
Aku mengutip dari sebuah buku ‘Crossing Over’ yang ditulis oleh Paul Scanlon, tentang bagaimana seorang pendeta yang banting setir dari pekerjaan pelayanannya di gereja, dan sekarang dia bekerja menjadi seorang bartender. Tragis sekali terdengarnya. Tapi itulah kenyataannya.
Alasannya mengapa dia bisa begitu adalah karena dia merasa frustrasi dengan kenyataan betapa sulitnya bagi dia untuk memobilisasi jemaatnya dan mau turut serta dalam melaksanakan apa yang menjadi visinya. Lebih dari 20 tahun dia mencoba, tapi hasilnya tidak ada. Akhirnya dia menjadi lelah dan tidak mau lebih lama lagi untuk melakukannya. Alhasil, kini dia memilih untuk menjadi bartender saja.
Apakah kini dia happy dengan pekerjaannya? Ya, katanya. Karena ternyata lebih sulit untuk membuat jemaat bisa ‘addicted’ dengan Tuhan, dibandingkan pelanggan bar ini ‘addicted’ dengan minuman di bar itu. Di bar ini, ia tidak perlu memaksa mereka untuk hadir. Para pelanggan itu akan setia kepada diri mereka sendiri, tidak perlu dipaksa, mereka akan datang dan membeli minuman. Mereka juga tidak perlu dipaksa untuk mengeluarkan uangnya untuk membeli lebih banyak lagi. Dan mereka juga tidak perlu dibujuk untuk bisa datang lagi di kemudian hari. Mereka akan dengan sukarela datang lebih awal dan pulang larut malam. Semua hal yang tidak bisa dilakukan oleh ‘penduduk’ di gereja, justru bisa dilakukan oleh mereka disini. Bahkan kalau bisa, mereka juga rela untuk saling ‘melayani’ demi minuman lebih cepat disajikan.
Kedengarannya memang sangat tragis, tapi kita bisa belajar banyak dari pengalaman itu. Kalau anda ada di ladang pelayanan, tentu anda mengerti apa yang pria ini jabarkan barusan. Memang kenyataannya kita sering bertemu dengan situasi seperti itu. Aku juga demikian. Tapi justru ini menantangku untuk mengubah situasi itu.
Aku pribadi sama sekali tidak suka dengan kondisi gereja yang ‘dingin’ dan tidak ada gairah. Aku suka dengan situasi yang ramai dan bersemangat. Dinamis dan bisa membuat setiap orang ikut dalam setiap movement yang ada. Namun persis seperti yang dialami bartender itu, kadang kita akan menemui orang-orang yang berpikiran berbeda dengan kita. Entah karena kesibukan mereka, entah karena memang mereka hanya menganggap gereja dan kegiatannya hanya buang waktu saja.
Tapi aku berketetapan menjawab tantangan ini. Bagaimana caranya mengubah gereja menjadi satu tempat yang menyenangkan, menantang dan bisa menarik banyak orang untuk berkumpul bersama dan melakukan banyak hal yang bisa mengubahkan kehidupan orang-orang.
Dan dengan passion itu jugalah kenapa aku menyediakan banyak waktu di gereja dan di kantor. Aku rindu membangun atmosfir yang bisa membuat orang-orang betah di rumah Tuhan. Tempat dimana kita bisa setia kepada Tuhan dan kepada diri sendiri. Tempat yang benar-benar bisa menjadi pelabuhan kita yang membutuhkan kehangatan dan campur tangan Tuhan.
Sayangnya, perkembangan gereja di jaman ini memang berbeda dengan gereja mula-mula di jaman para rasul. Kalau kita perhatikan, bangku-bangku gereja hanya terasa panas ketika hari Minggu saja, sementara di hari-hari lain, bangku-bangku itu akan terasa dingin. Mengapa bisa begitu? Karena mereka hanya hadir di hari Minggu saja, sementara di hari-hari lain akan cukup sulit untuk mengumpulkan ‘keluarga’ Tuhan ini.
Ya, apalagi dengan satu trend pemakaian gedung gereja yang sudah sangat berbeda pula. Dulu, semua gereja memiliki gedung sendiri yang bisa diatur dan dikelola sendiri, sehingga kapanpun mereka bisa melakukan kegiatan di dalamnya. Tapi coba perhatikan sekarang, karena peraturan yang memang cukup ketat dalam membangun tempat ibadah, kini banyak gereja hanya meminjam gedung dan tempat-tempat pertemuan untuk beberapa jam saja. Itulah kenyataannya.
Memang betul, gereja bukan tergantung dari tempatnya, tapi dari jiwa-jiwa yang terkumpul di dalamnya. Nah, masalahnya sekarang, semakin sulitnya gedung yang bisa kita gunakan itu, membuat semakin sulit juga bagi kita untuk saling memberi diri terikat satu sama lain menjadi tubuh Kristus.
Keadaan gereja yang seperti jaman ini malah memperkuat alasan banyak orang untuk tidak terlalu sering berada di ‘gereja’, karena mereka melihat tidak ada tempat yang layak untuk berkumpul. Padahal, kalau saja mereka mengerti, bahwa yang membuat ‘gereja’ itu menjadi gereja yang sesungguhnya, sama sekali bukan gedung itu, tapi keberadaan mereka itu sebagai bagian dari tubuh Tuhan.
Dalam pengalamanku melayani Tuhan, aku menemukan bahwa sepertinya keberadaan gereja di dalam sebuah tempat yang jauh akan bisa lebih terasa dibandingkan dengan di kota tempat kelahiran kita. Mengapa bisa demikian?
Ya, ketika beberapa tahun yang lalu aku sempat pergi ke Auckland – New Zealand, di mana aku melayani sekelompok orang Indonesia yang memang sudah lama tinggal dan memilih untuk menetap di sana, aku menemukan gairah mereka yang berbeda dalam bergereja. Dan aku menemukan, kemungkinan karena kondisi mereka yang jauh dari keluarga dan kerabat, itulah yang membuat mereka merasa membutuhkan siapapun yang bisa menerima dan memperhatikan keberadaan mereka. Dan di sinilah fungsi dari gereja itu berlaku. Sesama anggota gereja, sesama tubuh Tuhan yang ada di dalam gereja mereka itulah yang menggantikan keluarga mereka yang sesungguhnya.
Dan persis seperti gereja yang mula-mula berdiri, begitu jugalah yang terjadi di antara mereka. Setiap pertemuan gereja adalah peristiwa yang mereka nanti-nantikan. Dengan semangat dan gairah yang meluap mereka semua akan hadir, karena di situlah mereka akan merasa saling memiliki yang lebih kuat.
Tapi berbeda dengan kondisi di kota kelahiran kita, apalagi di kota besar yang sibuk. Sebagai contoh, karena saya orang Bandung, maka jelas sekali perbedaannya. Ketika kita merasa bahwa semua keluarga kita ada di kota yang sama, maka kita tidak merasa ada urgency untuk selalu berada di gereja. Malah banyak di antara kita bisa mangkir dari kegiatan gereja hanya dengan alasan ada ‘acara keluarga’. Kekentalan dalam hubungan gereja sama sekali berbeda. Dan tidak ada satupun yang bisa menyalahkan ‘absensi’ anda.
Tapi apakah kita hanya menganggap gereja sebagai sebuah lembaga yang sepertinya terpisah dari kehidupan kita? Atau sebaliknya justru kita akan merasa bahwa gereja inilah yang bisa memperbaiki semua kondisi lembaga yang lain? Bukankah ini yang seharusnya terjadi?
Lembaga pernikahan, lembaga keluarga, lembaga sosial, lembaga pemerintahan tidak akan pernah menjadi kokoh jika tidak memiliki dasar yang kuat. Dan dasar yang kuat itu adalah firman Tuhan sendiri. Di atas batu karang itulah ketika kita mendirikan dan membangun, segalanya akan menjadi lebih kuat. Bukankah banyak orang mengakui betapa rapuhnya pernikahan itu jika hanya didirikan atas nama ‘cinta’? Ya, tapi herannya tetap saja banyak orang melakukannya.
Jadi rasanya begitu penting bagi kita untuk senantiasa memotivasi diri kita untuk selalu berada di atas lembaga yang kokoh itu, yaitu gereja yang sesungguhnya. Sebagai bagian dari gereja kita akan menemukan banyak hal positif di dalamnya.
Fil 2 : 1 Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan....
Anda lihat? Itulah hal-hal yang kita perlukan, dan semuanya itu ada di dalam Kristus dan gerejaNya. Jadi, mengapa kita harus ragu-ragu untuk lebih terlibat lagi di dalam gerejaNya. Lakukanlah dan lakukan itu segera. Anda akan benar-benar menikmati satu persekutuan yang nyata. Bukan artinya setelah kita berada di sana maka kita akan menemukan kesempurnaan yang tak bercacat cela, dan tidak akan ada proses yang menyakitkan. Itu pasti akan anda temukan. Tapi, ketika kita memilih untuk tetap berada di sana dan melalui semua prosesnya, anda akan melihat dan merasakan hasil yang baik dalam kesudahannya.
Aku sendiri benar-benar rindu dan tertantang untuk benar-benar memberikan satu cita rasa yang baru di gereja tempat aku berada saat ini, dan di semua gereja pada umumnya. Melalui tulisan ini, aku juga menantang anda semua untuk bersama-sama melakukannya dan membuat perubahan yang bisa dilihat banyak orang. Jadikan gereja menjadi ‘rumah’ bagi siapapun yang datang, dan menjadikan semua orang merasa ‘at home’ di dalamnya, sehingga mereka suka untuk datang, berada di dalamnya, dan menjadi bagian di dalamnya. Bagaimana dengan anda? Alangkah menyenangkannya jika setiap orang yang datang ke gereja bisa mengatakan ‘this is my home’ dan menganggap setiap orang yang tergabung di dalamnya sebagai ‘family’. Jika bisa begitu, aku yakin bahwa setiap orang akan lebih nyaman berada di dalam gereja, dan masing-masing mau terlibat sebagaimana layaknya sebuah keluarga besar di seluruh dunia ini lakukan ketika mereka ada di dalam rumah mereka sendiri. Apakah anda setuju dengan hal ini? Mari kita sama-sama ciptakan hal ini di dalam setiap gereja di mana anda berada. Amin.
-

Tips Mengajarkan Anak Menabung & Berbagi

Lebaran biasanya identik dengan bagi-bagi angpau pada anak-anak. Agar si kecil tidak menghambur-hamburkan angpaunya itu, mulailah mengajarinya menabung dan berbagi.

Mengajarkan anak untuk menabung dan berbagi tentu tidak mudah. Apalagi jika anak merasa uang Lebaran yang didapatnya itu adalah haknya. Ia tentu ingin menggunakan uang tersebut sesuai keinginannya seperti membeli mainan favoritnya.

Namun bukan berarti tidak ada solusi untuk mulai mengajarkan si kecil menabung. Anak akan paham kegunaan menabung jika Anda bisa memberitahukannya bahwa aktivitas itu punya manfaat besar.

Berikut ini beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mengajarkannya menabung dan berbagi, seperti dikutip dari About:

1. Begitu anak sudah bisa menghitung, perkenalkan mereka pada uang. Beri anak sebanyak mungkin informasi yang ingin diketahuinya. Perhatikan dan ulangi, itulah cara terbaik untuk membuat anak belajar.

2. Belikan anak celengan atau buatkan mereka rekening di tabungan. Cara kedua ini sepertinya berlaku jika anak sudah berusia cukup besar. Untuk anak-anak yang masih berusia pra sekolah dan taman kanak-kanak, Anda bisa mulai mengajarinya menaruh uang di celengan.

3. Minta Anak Membuat Daftar Keinginan
Dengan adanya daftar keinginannya itu anak bisa lebih termotivasi untuk menabung. Buat anak paham ada cara yang menyenangkan untuk menghabiskan uangnya itu dengan daftar keinginan tersebut.

4. Buat Gambar
Kalau anak menabung untuk membeli suatu benda yang spesial, tidak ada salahnya Anda memintanya menaruh gambar benda tersebut di kamarnya. Gantung gambar benda itu agar dia selalu ingat dari tujuannya menabung.

5. Beri Contoh
Tentu saja sebagai orangtua Anda pun harus memberinya contoh soal aktivitas menabung ini. Anda perlu punya celengan sendiri, dan mengajak anak ke bank saat Anda akan menabung. Ketika melakukannya, jelaskan pada anak tujuan Anda menabung. Dengan memberikan contoh ini, anak pun bisa belajar dari orangtuanya.

6. Ingatkan Anak
Pada beberapa anak, mereka bisa jadi terlalu fokus menabung, hingga tidak mau mengeluarkan uangnya untuk apapun. Jika hal itu terjadi, ingatkan dan bantu mereka untuk kembali menikmati uangnya misalnya membeli benda-benda kecil. Anda juga bisa mengejutkannya dengan membelikannya sesuatu yang ia suka.

7. Ajarkan Berbagi
Selain menabung, jangan lupa juga untuk mengajarkan anak berbagi sejak kecil. Saat Anda memberikan zakat atau menyumbangkan uang ke panti asuhan misalnya, Anda bisa mengajaknya. Dari uang angpaunya itu, minta anak menyisihkannya untuk diberikan pada mereka yang kurang beruntung.

--

SKETSA LUKISAN HIDUPKU
Roma 1:20 Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih.
Seperti sebuah sketsa lukisan, kadang aku melihat kehidupanku dilukis dihadapanku sedikit demi sedikit oleh tangan sang Masterpiece. Dan aku tahu pasti bahwa lukisan itu belum selesai.
Guratan-guratan yang Dia buat benar-benar membawaku ke satu tahap demi tahap yang sangat mengagumkan. Lihat saja bagaimana Ia bisa membuat guratan di dalam kehidupan sebagai seorang ibu bagi dua anak-anakku. Sungguh membuatku terpesona. Bagaimana melihat mereka dalam pelukanku, merasakan kehangatan mereka mendekapku dengan dua lengan kecil mereka. Dan ketika dua pasang mata itu menatapku dengan penuh cinta, sungguh memberikan inspirasi yang sangat luas artinya bagiku. Mami...sebuah panggilan kehormatan yang kuterima dari mereka, selalu keluar dari bibir mereka yang mungil dan penuh dengan cinta yang mendalam.
Background warna-warni yang mewarnai latar belakang guratan itu sungguh membawaku ke satu pengertian bahwa hidup ini begitu penuh dengan rasa dan pengalaman yang luar biasa. Semuanya itu begitu indah tak terkira. Sebagai pemegang peran utama dalam lakon hidupku sendiri, aku senang karena Dia memberiku banyak kesempatan untuk memberikan inspirasi dalam lukisan itu. Dan bersyukur bahwa Sang Artis itu senantiasa mengerti apa yang menjadi impian dari tokohnya itu. Bahkan sambil menggoreskan tiap warna dan bentuk itu, tak lupa Ia selalu memberikan sentuhan akhir yang prima, lengkap disertai dengan lagu yang sesuai dengan gerak langkahku.
Bapaku , sang Masterpiece itu memang bukan pribadi yang melakukan dengan asal. Setiap sentuhanNya selalu punya makna tersendiri. Ia selalu punya alasan dibalik setiap keputusanNya. Kedalaman pikiranNya tidak akan pernah bisa kita mengerti, tapi di akhir setiap hasilnya, kita akan dibuatNya heran dan kagum akan semuanya.
Teman, lukisanku belum lagi selesai hari ini. Masih ada banyak hal yang hendak Dia taruh dalam lukisan itu. Aku suka dengan gayaNya dan suka dengan segala hal yang Dia taruh sebagai penyemarak hidupku. Aku melihat, sekalipun kadang ada tonjolan-tonjolan yang saat dibuat sangat menyakitkan bagiku, tapi ketika aku tahu maksud karya itu, aku melihat bahwa semuanya itu sungguh indah untuk keseluruhan hasil lukisan itu.
Kini aku sangat menyadari, bahwa di balik semua rasa sakit itu, Dia menaruhnya bukan untuk menyiksaku, melainkan karena Dia tahu bahwa semua itu akan menambah keindahan dari seluruh pemandangan lukisan yang terbentang di hadapanku. No matter what, I love Him so much, my maker, my lover, my creator, my redeemer. Jesus Christ the Lord. Praise God.

--

STUCK!!!
Written by sariwati
Tuesday, 29 March 2011 12:18

Mazmur 121 : 5 Tuhanlah Penjagamu, Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu.
Sekali lagi aku menyaksikan sebuah kisah yang sangat menarik. Filem 127 Hours benar-benar berhasil menyedot perhatianku. Apa engkau sudah menontonnya? Aku harap kalian menyaksikannya jika bisa. Kisah yang benar-benar menakjubkan tentang semangat dan sebuah passion terhadap sesuatu. Wow!! Itu penilaian yang bisa kuberikan.
Kisah tentang kecintaan terhadap alam membawanya untuk selalu punya keinginan untuk bertualang, menyusuri Grand Canyon yang memang pernuh dengan misteri. Bebatuan alam yang terbentuk ribuan tahun yang lalu, penuh dengan keindahan, dan mengundang untuk ditaklukkan dan ditelusuri. Dan tokoh ini melakukannya dengan begitu serius, dan saking cintanya, dia bahkan mau melakukannya sendirian.
Batu-batu yang tersusun begitu rupa, memang sangat menakjubkan dan indah. Apalagi jika diteropong lebih detail lagi, diikuti setiap lorong yan terbentuk, ternyata akan membawa kita ke tempat-tempat indah yang sulit untuk ditemukan di tempat lain. Tapi tentunya dibutuhkan satu keberanian untuk sampai ke sana. Kemauan saja tidak cukup. Benar-benar harus ada tekad yang kuat.
Melewati lorong-lorong sempit yang membuat kita sulit bergerak jika berjalan biasa. Kadang harus rela berjalan seperti cicak, bersandar dan bergeser dengan punggung sambil menahan berat tubuh dengan ke dua tangan kita. Dan ada satu ketegangan yang luar biasa ketika di satu posisi ia sengaja menjatuhkan dirinya dari posisi itu, dengan berteriak melepaskan ketegangan ia pun meluncur ke bawah dan tak lama terdengar bunyi BYURRRR!!! Wow...ternyata di bawah sana ada sebuah kolam yang begitu indah, tak terjamah dan sangat bersih. Dan hanya orang-orang yang memiliki keinginan yang kuat saja yang bisa menemukan ‘surga’ itu.
Tapi kisah ini tidak akan pernah diangkat menjadi kisah yang ‘extra ordinary’ kalau bukan karena satu kejadian yang mengerikan ini.
Di satu titik, ketika ia melanjutkan perjalanannya, ia memasuki satu celah bumi dan mulai melewatinya dengan semangat yang sangat besar. Dengan tangannya ia mengelus permukaan dinding batu yang ia lewati, meresapi semua keajaiban alam itu. Sesekali ia menghirup udara di situ sambil menutup matanya, senyum lebar menghias wajahnya, menandakan bahwa ia sangat menyukai petualangan itu dan mengagumi semua ciptaan Allah yang sempurna itu. Dan sambil terus ia melakukannya, ia masuk lebih dalam ke celah bumi di sana, sampai satu waktu tanpa ia sadari ada batu yang bergerak tepat ketika ia melompat masuk ke dalam celah itu. Sehingga akibatnya, batu itu menghimpit lengannya dan membuat ia terjepit di sana, tidak bisa lagi bergerak ke mana-mana. Ouch!! Rasa sakit sudah tidak usah disebutkan lagi. Ia menjerit sekeras-kerasnya, dan ia melihat bagaimana ibu jari tangannya sepertinya sudah patah karena bagian itulah yang paling pertama kena batu besar tersebut.
Yang lebih parah, sekarang ia benar-benar tidak bisa bergerak ke mana-mana. Ia berusaha melepaskan batu besar itu, tapi sedikitpun tidak bergerak.
Singkat cerita, ia pun berusaha menenangkan diri sambil berusaha membuat dirinya survive, tetap hidup selama ia di sana. Dengan bekal air minum yang tentunya hanya sedikit, dan persediaan makanan yang tidak seberapa, ia berusaha untuk mempunyai pikiran yang jernih sambil berpikir bagaimana ia bisa menyelamatkan dirinya dan keluar dari situ.
Untuk bisa ada orang yang datang ke tempat itu dan menyelamatkannya benar-benar membutuhkan keajaiban. Apalagi jika dilihat posisinya yang benar-benar terjebak di sebuah celah bumi, yang jika di lihat dari atas akan sangat sulit untuk mengetahui bahwa di dalam sana ada seseorang yang membutuhkan pertolongan. Bahkan teriakannya pun tidak ada gunanya sama sekali, karena suaranya dengan segera tertelan bumi. Dengan keadaan itu, rasanya sama sekali tidak ada gunanya semua teriakan itu. Bahkan tidak ada alat penghubung yang bisa berfungsi, sehingga ia benar-benar terjebak, terisolasi di tempat yang dalam itu.
Jam demi jam ia lewati, tapi semangatnya membuatnya tetap survive. Ia bahkan mempelajari semua perubahan di tempat itu, dan bisa memperkirakan perubahan cuaca, juga mengenali kebiasaan pada jam berapa si burung elang melintasi tempat itu.
Dan setelah melewati 127 jam berada di sana, ia memutuskan bahwa ia tidak mau lebih lama lagi berada di sana. Ia melihat bahwa ia tidak bisa bergerak itu karena sebagian dari lengan kirinya terjepit bebatuan itu. Ia memutuskan bahwa itu artinya ia harus merelakan sebagian lengannya itu terjepit di sana selama-lamanya, atau seluruh tubuhnya akan terbujur kaku mati. Maka ia mulai melakukan satu tindakan yang sangat tidak masuk akal sebenarnya. Ia mengamputasi lengannya sendiri dengan sebuah pisau lipat yang tumpul. Tapi ia terus melakukannya sampai akhirnya ia berhasil mematahkan bagian lengannya itu, dan iapun berhasil terlepas dari ‘jebakan’ .
Menegangkan sekaligus mengagumkan menyaksikan bagaimana ia mengambil keputusan dan melakukannya.
........................
Teman, tanpa kita sadari, seringkali kita juga berada di dalam situasi yang seperti itu. Mungkin kita bukan terjepit di bebatuan dalam arti yang sebenarnya. Tapi ada banyak situasi yang seperti itu. Masalah keuangan, keluarga, pekerjaan, sekolah, dan banyak lagi yang menghimpit kita. Persis seperti batu yang bergerak tadi, tiba-tiba...melanda kehidupan kita. Tidak pernah ada yang merencanakannya, dan tidak juga kita mengundangnya. Tapi begitu saja sepertinya berguling dan menimpa hidup kita. Membuat kita tidak bisa bergerak, dan tidak mengerti harus berbuat apa.
Dalam kondisi seperti itu, kita akan berteriak dan berseru dengan keras...hati kita akan menjerit dan akhirnya merasa lelah, karena memang kekuatan kita tidak seberapa. Dan kenyataannya, tidak semua orang seperti tokoh itu, yang mampu mengambil tindakan amputasi itu. Lebih banyak dari kita akan berpikir ribuan kali. Karena biar bagaimanapun, rasa sakitnya pasti luar biasa. Selain itu, keputusan itu artinya kita akan kehilangan bagian yang terpenting dalam tubuh kita itu untuk selamanya. Jadi bagaimana? Apa yang seharusnya kita lakukan?
Mazmur 121 : 1-2 Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi.
Ya...inilah jawabannya. Di dalam situasi seperti ini, terjepit dengan masalah yang begitu berat, tidak bisa bergerak. Pertolongan kita satu-satunya hanya berasal dari Dia yang menciptakan kita.
Di satu tempat yang namanya ‘kemustahilan’ itulah sesungguhnya Allah bekerja. Dia tidak sekejap pun meninggalkan kita sendirian. Bahkan di dalam celah yang paling dalampun ia akan bisa mendengar teriak kita minta tolong.
Mazmur 121 – 3 – 5 Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap. Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel. Tuhanlah Penjagamu, Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu.
Teman, sungguh tidak ada yang mustahil bagi Dia. Jika engkau mengerti hatiNya dan mengenalNya dengan baik, engkau akan tahu bahwa sungguh benar ayat firman ini. Di dalam celah itu, selalu ada jalan keluar. Bukan dengan kekuatanmu, bukan dengan ketakutanmu, bukan dengan teriakanmu, bukan dengan khawatirmu, tapi karena iman percayamu...maka engkau akan selamat.
Yesaya 30:15 Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH, Yang Mahakudus, Allah Israel: "Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu."
Ketika terjepit dalam masalah, bukan berarti dengan meronta-ronta maka kita akan bisa keluar dari masalah itu. Justru sebaliknya. Rontaan kita seringkali akan membawa masalah itu makin menghimpit dan meremukkan sampai akhirnya membuat kita terbujur kaku. Engkau setuju dengan aku? Memang begitulah seringkali hal itu terjadi.
Hari ini, ketika engkau berseru dari dasar bumi, percayalah pertolongan itu akan datang.
Yang perlu engkau lakukan adalah tinggal tenang supaya engkau dapat berdoa, dan tetap percaya kepada kebaikanNya. Memang terkadang ‘amputasi’ itu perlu dilakukan. Bisa jadi ada bagian di dalam hidup kita yang mengganjal semua berkat dan pertolongan itu datang. Mungkin itu dosa dan kesalahan kita, mungkin bagian milik kita yang terlalu kita sayangi sehingga hal itu menjadi lebih berharga dari hal apapun juga selain dari Dia. Mungkin kemarahan kita, dendam, iri hati dan segala yang buruk yang masih kita simpan di dalam hati. Sudah waktunya bagi kita untuk meng-‘amputasinya’ segera.
Teman, nasihat bagi kita semua hari ini..coba perhatikan sekelilingmu. Di saat semua yang ada sepertinya tidak berubah dan tidak ada pergerakan, bisa jadi bukan karena mereka yang tidak bergeser, tapi lebih karena posisi kita sedemikian rupa terjepit di dalam suatu masalah yang membuat kita tidak bisa ke mana-mana. Arahkan pandangan kita kepada Tuhan, dan carilah Dia. Berserulah kepadaNya, karena Dia akan hadir di tempat manapun engkau berada hari ini. Dia mengasihimu. Engkau berharga di mataNya. Engkau adalah kesukaan bagiNya ketika engkau tinggal dalam percayamu.
Apa yang kutuliskan hari ini juga kualami. Hanya bedanya, aku sudah keluar dari celah bumi itu. Memang harus ada yang ku ‘amputasi’, yaitu perasaan marah dalam hatiku. Tapi Allah mengajariku banyak hal melalui ‘jepitan’ dan ‘himpitan’ itu, bahwa Dia mengasihiku dan mengerti pikiran dan perasaanku. Dia tetap bersamaku melewati lembah kekelaman itu. Dan ketika aku merelakan hal itu, hatiku jauh lebih tenang. Dan dengan ringan aku kembali bisa berjalan menyusuri kehidupan ini, bersama dengan Dia sang penolongku yang sungguh hidup dan amat baik. Dapat kurasakan kembali pelukanNya yang hangat menuntunku untuk melanjutkan perjalanan.
Ketika engkau menyambut uluran tanganNya hari ini, engkau akan merasakan sukacita yang besar mengalir dalam hidupmu. Ya..Yesus sungguh luar biasa. Bersama Dia, kita pasti bisa melakukan perkara yang dahsyat. Amin.
By: Ps. Sariwati Goenawan – IFGF GISI Bandung

--

WARISAN TAK TERNILAI
Written by sariwati
Thursday, 24 February 2011 05:52

Pengkhotbah 7:11 Hikmat adalah sama baiknya dengan warisan dan merupakan suatu keuntungan bagi orang-orang yang melihat matahari.
“Menjaga toko itu harus seperti seorang tentara yang menjaga pos. Tidak boleh sembarangan ditinggal, takut ada musuh tiba-tiba datang menyerang. Juga tidak boleh semau-maunya dibuka atau ditutup. Ada atau tidak ada musuh yang menyerang, pos harus tetap dijaga,” demikian salah satu nasihat Papa saya yang sudah almarhum.
Nasihat yang tidak akan saya lupakan sampai kapanpun. Semakin dewasa dan dengan semakin banyaknya pengalaman hidup yang saya dapatkan, semakin saya mengerti kebenaran nasihat tersebut.
Ya, nasihat yang baik dari seorang papa yang notabene tidak pernah mengenyam seminar leadership apapun. Muncul dari pengalaman hidupnya, ia bisa mengeluarkan banyak nasihat yang bijaksana. Dan saya menyukai semua ajaran itu. Bahkan sampai hari ini, ada begitu banyak hal baik yang masih saya ingat, dan bahkan saya terapkan dalam hidup saya.
Pernyataan itu berawal dari situasi pada saat itu, kami memang memiliki sebuah toko. Walaupun bukan toko yang besar, tapi milik kami sendiri. Dan toko itu adalah kebanggaan papa saya. Ia memilikinya dari hasil keringatnya sendiri. Ia memulainya dari nol, dirintisnya sampai menjadi miliknya sendiri. Dan dari toko tersebut ia berhasil menghidupi keluarganya, istri dan kami ke-enam anak-anaknya. Wah, bisa dibayangkan memang tidaklah mudah.
Papa dan mama harus bangun pagi-pagi benar untuk kemudian membuka toko tersebut. Memang kelihatannya bukan hal yang sulit melakukannya, karena kami memang tinggal di dalam toko tersebut. Sepertinya tidak banyak diperlukan daya juang untuk melakukannya. Tapi saya yakin, anda tidak akan mengatakan demikian jika anda ada dalam posisi tersebut selama berpuluh-puluh tahun.
Setiap pagi, selama enam hari seminggu, duapuluh lima hari sebulan, bertahun-tahun, yang harus anda lakukan adalah bangun pagi-pagi, membersihkan diri, dan membuka pintu-pintu toko itu, dan membereskan barang-barang, membersihkannya, dan siap menerima pembeli.
Benar-benar dibutuhkan satu kesetiaan dan komitmen yang luar biasa. Tidak setiap orang bisa melakukannya dengan mudah. Dan setiap kali datang konsumen, seperti apapun mereka, maka tugas kami adalah menerima dengan senyum dan melayani sebaik mungkin. Usahakan supaya ketika mereka keluar dari toko, jangan sampai mereka tidak membeli satu barangpun dari toko kami. Itulah yang kami lakukan.
Rasanya anda mulai mengerti apa yang dimaksud dengan nasihat yang diberikan papa saya tadi kan? Tentu saja, dengan memiliki toko seperti ini, tidak ubahnya kami memiliki pos di tengah perang. Harus selalu ada penjaganya. Harus selalu ada orang yang siap menerima kedatangan siapapun. Memang dalam hal ini, bukan artinya konsumen itu adalah musuh. Tapi tidak mungkin kita membiarkan konsumen datang dan melenggang semaunya di toko kami.
Dilatih menjadi pedagang bukanlah hal yang terlalu sulit buat saya. Karena memang sejak muncul di dunia ini, saya langsung bisa mencium aroma pedagang. Saya tinggal dan dibesarkan di tengah-tengah dunia perdagangan. Bahkan bisa dikatakan saya hidup dan menghirup nafas di dalam toko tersebut. Bau barang-barang dagangan itu sepertinya sudah menyatu dalam darah daging saya. Mungkin itu salah satu sebabnya, kenapa sampai hari ini saya sangat menyukai bau kertas. Ya, saat itu orang tua saya memang memiliki toko alat tulis. Dan bau kertas adalah yang paling dominan dari semuanya. Saya suka sekali dengan bau tersebut, dan suka sekali jika melihat kertas tertumpuk rapi. Mungkin anda heran mendengarnya, tapi itulah kenyataannya. Mungkin itu pula sebabnya asal muasal saya menyukai buku-buku bacaan. Semua buku merupakan tumpukan kertas yang terpotong dan tersusun rapi, bukan? J
Dari sejak kecil pula saya dilatih untuk bertanggung jawab menjaga toko tersebut.
Hampir setiap hari, pada jam-jam tertentu, mama saya akan meminta kami anak-anaknya untuk bergantian menjaga toko tersebut. Biasanya dia memilih pada jam-jam yang memang tidak sibuk, sementara ia sendiri akan istirahat satu atau dua jam. Jujur, itu adalah jam-jam penyiksaan bagi kami. Karena dengan begitu, kami tidak bisa pergi ke rumah teman, atau melakukan aktivitas kami yang lain. Tapi toh, kami melakukannya. Aku menyayangi orang tuaku, dan sangat mengerti kalau mereka memerlukan istirahat.
Dan ternyata, apa yang kami lakukan tersebut sangat berguna untuk saat ini, setelah berpuluh-puluh tahun kemudian. Bekerja bukan lagi merupakan satu hal yang asing bagi kami. Melayani orang adalah satu gaya hidup bagi kami. Menjaga sikap dan selalu tersenyum bukanlah paksaan bagi kami. Itu semua sudah menyatu dalam diri kami. Dan itu dibentuk sejak kami masih sangat kecil. Thanks to my parents.
Kalau saya menuliskan apa yang masih bisa terkumpul dalam ingatan saya, itu karena saya rindu bisa membagikannya lagi kepada siapa saja yang mau belajar tentang kehidupan ini. Mereka yang mau mengalami perubahan, dan mau mengalami pembentukan karakter melalui sebuah perjuangan dari waktu ke waku.
Perubahan ada yang sifatnya instant, tapi lebih banyak yang melewati waktu yang panjang. Tapi kalau kita mau melewati setiap prosesnya, maka kita akan melihat dan merasakan banyak sekali manfaatnya.
Bersyukur saya memiliki orang tua yang hebat. Kesabaran mereka dalam membentuk kami anak-anaknya harus diacungi jempol. Padahal, mereka bukan lulusan kuliahan. Keduanya tidak mengenyam pendidikan yang terlalu tinggi. Papa hanyalah jebolan sekolah menengah di jaman Belanda. Tapi beliau sempat bekerja sebagai tenaga administrasi di Unilever jaman itu. Pengalaman administrasi itu menjadi kekuatannya dalam membangun usaha. Dan itu adalah salah satu yang ia turunkan kepada kami anak-anaknya, selain kemampuan berbahasa. Papa bisa beberapa bahasa sekaligus. Bahasa Belanda, Inggris, Mandarin dan tentu saja Melayu. Sayangnya kemampuan ini hanya menular sedikit. Saya hanya bisa mendalami bahasa Inggris saja. Saya kurang suka Belanda, dan sedikit kesulitan mempelajari Mandarin.
Falsafah hidup papa saya adalah Ora et Labora, berdoa sambil bekerja. Sangat umum kedengarannya. Tapi kalau anda tahu bagaimana kehidupan kami saat itu, maka anda akan mengerti bahwa falsafah ini benar-benar nyata dalam hidup kami.
Bagaimana tidak. Kami benar-benar membangun mezbah doa setiap hari. Bahkan ketika kami semua sudah terkantuk-kantuk, maka papa akan memaksa kami untuk berkumpul dan berdoa. Dan doa-doa yang dinaikkan adalah doa-doa rutin yang benar-benar membuat kami mengantuk. Bahkan tidak jarang beberapa diantara kami benar-benar tertidur di tengah-tengah doa tersebut. Tapi papa tidak pernah menyerah. Ia tetap menyuruh kami berdoa. Besoknya begitu lagi, besoknya juga, dan besoknya lagi. Terus begitu, setiap hari sepanjang kami masih tinggal bersama-sama di satu rumah.
Sekali lagi saya tuliskan, perubahan itu tidak semuanya instant. Saya sangat percaya dengan proses kehidupan. Itulah yang membentuk saya menjadi seperti hari ini.
Hasil taburan benih, yang papa lakukan dari waktu ke waktu, membentuk kami anak-anaknya menjadi seperti adanya kami hari ini. Hasil dari kesabaran seorang papa, yang menanamkan dasar-dasar rasa takut akan Tuhan. Bagaimana menggantungkan seluruh pengharapanmu kepada Tuhan. Bagaimana kami dilatih untuk melihat kebesaran Tuhan. Menyaksikan doa-doa kami dijawab. Semuanya adalah hal yang luar biasa.
Hari ini, ketika saya menuliskan kembali semuanya ini, disertai dengan tekad untuk menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak saya. Menjadi teladan dan membimbing mereka dengan cara yang sama yang saya dapat dari orang tua saya.
Memang jaman sudah sangat berubah. Tapi apa yang papa mama saya taruh dalam hidup saya, masih sangat relevan untuk jaman ini. Dan ketika kami menerapkannya pada anak-anak kami sekarang, ada banyak hal yang masih bisa dilanjutkan.
God is good. Dia akan terus membukakan banyak rahasia kehidupan kepada kita yang mau diproses olehNya. Dan apa yang saya tuliskan ini, dan ada banyak lagi yang lain nanti, itu semua adalah anugerah, hasil satu hubungan yang dekat dari papa dengan Tuhan. Saya akan coba menuliskan semuanya, sebagai satu ekspresi rasa syukur dan bangga akan semua yang dilakukan orang tua kami selama ini. God bless them. Miss them much....

-
AKU INGIN PULANG
Written by sariwati
Saturday, 29 January 2011 21:57

Lukas 14 : 17 – 19 Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa,aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa.
“Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan sekarang?” pikirnya sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Semuanya telah habis. “Semua yang kumiliki habis sudah. Tidak ada sisa sedikitpun. Bahkan beberapa keping terakhir, sudah kubelikan makanan yang tidak seberapa dan sudah habis kumakan.” Ia menoleh ke kiri dan ke kanan, berusaha mencari seseorang yang ia kenal. Tapi aneh, sepertinya mereka semua menghilang begitu saja. Berbeda sekali dengan hari-hari kemarin, ketika ia baru saja tiba di kota ini, penuh dengan barang bawaan yang berharga.
Ia teringat saat-saat yang menyenangkan itu. Ia baru saja tiba dari kota asalnya, nun jauh di sana. Membawa begitu banyak harta benda yang luar biasa banyaknya. Dengan pakaian maha indah yang ia kenakan, harum-haruman dari parfum yang mahal semerbak setiap ia berjalan melewati setiap orang di kota idamannya ini. Dan belum lagi ia berjalan lebih dari sepuluh langkah, sudah ada sekumpulan orang-orang yang langsung menyambutnya dengan ramah dan penuh senyuman.
Ia juga ingat, bagaimana mereka semua itu berebutan ingin menyalaminya dan berkenalan dengannya. Begitu ramah, siap membantunya membawakan semua barang bawaannya yang memang amat sangat banyak.
Dengan murah hati dan bergaya bak pangeran, ia pun membiarkan orang-orang itu menolongnya, berjalan dengan gagah dan sedikit pongah tepatnya, ia pun mengukir senyuman yang tipis, seakan-akan tidak terganggu tapi akan sedikit pilih-pilih untuk memilih siapa yang akan menjadi temannya nanti.
Dan sejak hari itu, ia tinggal di sebuah penginapan yang mahal, selalu banyak yang menemaninya dan merekapun berpesta siang dan malam seakan tidak ada habisnya kesenangan di dunia ini. Tidak ada hal mendesak lain yang dilakukan selain berpesta, makan dan minum, mengumbar kesenangan dan memamerkannya kepada setiap orang di kota itu.
Namanya begitu cepat menyebar dan membuatnya menjadi terkenal dalam seketika. Hampir setiap orang di kota itu ingin mengenalnya, dan ia sangat menikmati setiap detik dalam hidupnya itu.
‘Hidup yang menyenangkan...’pikirnya. ‘Tidak ada perintah, tidak ada persaingan, tidak usah bekerja..semua orang melakukan apa yang kuperintahkan. Aaaahhh..inilah impianku...’katanya lagi dalam hatinya sambil mengumbar senyum dan tawa, dan tidak henti-hentinya memerintahkan kepada pelayan restoran,”Lagi...sajikan lagi minuman dan makanan terenak yang kalian punya!!”
Sampai satu ketika, entah bagaimana...ia baru menyadari kalau semua harta miliknya mulai menipis. Saat itulah ia baru menyadari bahwa seberapapun yang ia miliki, ternyata ada batasnya. Dan ia mulai berpikir keras bagaimana ia bisa mempertahankan reputasinya sebagai ‘orang kaya yang baik hati’ itu.
Ia mulai mencari orang yang mau memberikan pinjaman kepadanya, dengan janji bahwa ia akan segera membayarkannya kembali. Tapi tidak ada yang mau beresiko meminjamkan kepada seorang yang begitu boros menghabiskan uang hanya untuk bersenang-senang. Dan hasilnya, dia yang dulunya dikenal sebagai orang kaya yang baik hati itu, kini berubah menjadi orang kaya yang jatuh miskin.
Sejalan dengan itu, satu demi satu setiap orang yang mengikutinya mulai meninggalkannya. Sampai akhirnya ia benar-benar hanya sendirian, tidak ada satu orangpun yang mau mengenalnya lagi. Mengerikan sekali. Ia merasa menjadi orang yang paling kesepian di dunia ini. Ia sangat gelisah, tapi tidak mengerti apa yang harus ia lakukan.
Dan kini, ia terdampar di daerah yang tidak ia kenal sama sekali. Ia baru saja diusir dari penginapan mewah tempat ia tinggal hari-hari ini, karena ia sudah tidak bisa membayar biayanya. Padahal ia sudah berusaha memohon untuk dibiarkan tinggal di sana dan membayarnya dengan tenaganya, tapi ternyata pemilik penginapan tidak menerimanya. Dan dengan sedih dan malu, ia akhirnya pergi meninggalkan penginapan itu.
Pakaian indah yang ia kenakan adalah miliknya yang terakhir. Ia mengelusnya, dan mulai berpikir, apakah ia harus melepaskannya dan menjualnya demi sesuap makanan? Ia meraba kain sutra halus itu, warna ungu yang jelas melambangkan bahwa ia adalah anak bangsawan itu kini kelihatan memudar di matanya, berganti dengan bunyi keroncongan di perutnya. Akhirnya, kampung tengah itu menang. Ia melepaskan jubah indah itu dan menukarnya dengan sepiring makanan di pinggir jalan yang ia lewati.
Sambil menikmati makanan itu ia berpikir keras. What’s next? Ia benar-benar sudah kehilangan akal. Semuanya yang ia miliki sudah habis. Ia sama sekali tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan. Bekerja!! Ya, ia tahu bahwa ia harus kerja. Tidak ada cara lain lagi. Itu satu-satunya cara bagi dia untuk tetap bertahan hidup di sini. Semangatnya bangkit kembali. Ia ingat bahwa ia adalah lulusan terbaik di universitas di tempat asalnya. Ia merasa yakin kalau ia akan mudah diterima di salah satu perusahaan terbaik di kota ini. Ia mulai mengingat-ingat semua kenalan yang ia miliki di kota itu.
‘Ahhh...siapa tahu pria pemilik kebun anggur itu mau mempekerjakan aku menjadi salah satu managernya. Kemarin kami mengobrol dengan akrab soal usahanya tersebut. Aku akan mencobanya,’ pikirnya.
Tapi apa yang ia pikirkan tidak seperti kenyataannya. Orang tersebut malah mengatakan kalau ia tidak mengenal dia. Semakin keras ia berusaha mengingatkan, malah membuat dia akhirnya diusir ke luar dari halamannya. Sangat menyedihkan. Dan ia berpikir lagi dan lagi-lagi ia menjadi kecewa ketika menemukan tidak ada satu orang pun yang mau menolongnya.
Dan kini, setelah usahanya yang kesekian puluh kali, akhirnya membuahkan hasil yang tidak terlalu menggembirakan. Duduk diantara sekawanan babi tentu bukan impiannya sama sekali. Bau..kotor..dan berisik sekali!!! Babi-babi ini sama sekali tidak bersahabat. Lihat saja, pakaiannya yang tersisa menjadi sangat kotor terkena kibasan tubuh babi yang gendut dan kotor itu. Lumpurnya terbang ke sana kemari tanpa bisa dihindari. Iiiiiiihhhhhh...!!! Jijik!!! Ingin rasanya ia segera melarikan diri, tapi tidak bisa.
Ini satu-satunya pekerjaan yang tersedia bagi dia.
Dengan sedih dia menarik napas panjang. Dan barulah pada saat itu, semua kisah indah masa lalunya mulai muncul dan membuatnya menyadari sesuatu. Sesuatu yang ia baru sadari bahwa keputusannya untuk meninggalkan Bapaknya adalah keputusan yang benar-benar salah. Alangkah bodohnya ia, mau menukar semua kenyamanan dan jaminan hidupnya itu dengan semua kesenangan sesaat, tapi ujungnya adalah kemalangan yang panjang tak menentu ini.
Rasa sesal muncul di hatinya. Aaahhh..andai saja aku tidak bertingkah. Andai saja aku mau mensyukuri semua yang kumiliki. Andai saja aku menyadari betapa sayangnya Bapa kepadaku..aaahhhh..sepertinya aku tidak perlu mengalami semua ini, bukan? Ia mulai menangis..dan berpikir..’Aku ingin pulang!!!’
‘Tapi....apakah Bapa akan senang melihatku kembali? Aaahhh bisa jadi ia akan sangat marah melihatku. Kata-kataku terlalu kasar dan menyakitkan ketika aku meninggalkannya waktu itu. Bagaimana ya? Hmmmm...mungkin aku akan bilang, kalau aku memang sudah tidak layak dianggap anak Bapa. Kalau Bapa mau mengakuiku menjadi pelayannya saja, itu sudah lebih dari cukup bagiku.’
‘Yaa...aku akan mengatakan hal itu. Tapi.....apa Bapa mau menerimaku menjadi pelayannya sekalipun? Jangan-jangan, melihat wajahku saja, Bapa sudah tidak sudi. Aku benar-benar gundah dan ragu untuk melakukannya.’
Semua itu bercampur aduk di hatinya.
Ia melihat ke sekelilingnya sekali lagi. Pemandangan akan babi-babi bau dan jorok itu sangat membuatnya gelisah. Ia merasa tidak damai sama sekali. Ia tahu, ini bukan tempat yang cocok bagi dia. Akhirnya..keputusannya bulat sudah. “Aku akan pulang!!”katanya. Dan iapun mengambil langkah untuk berjalan menuju rumahnya.
Teman...ini adalah kisah tentang si anak bungsu yang melarikan diri dari segala ruang lingkup Bapanya. Banyak diantara kita yang secara tidak sadar menjadi seperti si anak bungsu ini. Dan baru menyadari kalau kesalahan besar terjadi karena keputusan yang salah. Tapi puji Tuhan kalau akhirnya ia mau menyadari dan menyesali kesalahannya tersebut.
Keputusan terakhir yang ia buat itu sangat tepat. Kembali kepada perlindungan Bapa adalah hal yang paling benar yang perlu kita lakukan juga saat ini. Tidak ada tempat yang lebih baik daripada kembali kepada pelukan Bapa. Dan sungguh bersyukur, bahwa Bapa kita adalah Bapa yang baik. Ia tidak akan memasalahkan masa lalu kita. Ia akan selalu siap menerima kita kembali setiap saat, dan akan memulihkan kondisi kita di saat kita sungguh-sungguh mau berbalik kepadaNya.
Anda tahu kelanjutan kisah ini bukan?
Lukas 14 : 20 b – 24 Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa.Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria.
Itulah yang akan Bapa kita lakukan ketika melihat ada seorang dari kita yang terhilang tapi kemudian berlari kembali kepadaNya. Sampai hari ini, matanya masih terus mencari-cari dan rindu untuk menemukan siapa yang akan segera kembali dari perantauannya.
Mari, jangan terlalu banyak berpikir, kita segera berjalan pulang dan kembali kepada Tuhan, dalam hal apapun..tidak ada yang bisa membandingkan segala kefanaan yang kita miliki dengan apa yang bisa Tuhan beri di dalam hidup kita. Amin.

--

I AM STILL IN THE RACE, ARE YOU?
Written by sariwati
Tuesday, 25 January 2011 08:26

1 Korintus 9:24 Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya!
Tahun telah berganti, dan aku memandang diriku sendiri di dalam cermin sambil tersenyum dan berkata pada diriku sendiri,”You did it...you are still in the race until today!” It’s really a big WOW!!! Dan tanpa sadar aku bertepuk tangan keras sekali sambil berseru,”Yes!!! God is really good, bros and sis.”
Mungkin anda tidak mengerti apa yang aku ceritakan tersebut. Tapi aku harap anda ikut menikmati rasa sukacita yang aku miliki. Aku masih ada di dalam pertandingan ini. Aku masih terus berjuang dan berlari dengan energi yang hampir sama ketika aku memulainya, bahkan lebih aku rasa. Dan masih terus bertanding dengan harapan dan stamina yang tidak berkurang.


Film “Amazing Race” yang ditayangkan oleh salah satu stasiun TV Kabel benar-benar berhasil menyedot perhatianku dan memberiku inspirasi untuk terus berjuang sampai titik darah penghabisan. Pertandingan yang entah menyedot berapa besar biayanya, karena ini adalah pertandingan istimewa yang berawal dari sebuah negara, kemudian mereka akan berpindah ke negara berikutnya, dan terus begitu sampai di negara terakhir yang mereka kunjungi sebagai titik finish nya. Kira-kira ada 8 negara yang akan mereka kunjungi, bukan sekedar untuk bersenang-senang, tapi untuk melakukan satu tujuan, yaitu melakukan perintah dalam pertandingan tersebut dan dengan segera berpindah ke tempat yang lain jika mereka sanggup menyelesaikan perintah tersebut, dan menerima petunjuk berikut. Tidak ada waktu untuk menikmati pemandangan keindahan negeri tersebut. Setiap pemain hanya mampu berpikir bagaimana mereka harus segera melakukan perintah tersebut dan segera berlari menyelesaikannya.

Yang membuatku terkesan adalah bagaimana mereka memiliki semangat yang tidak ada habisnya. Berlari ke sana kemari, bahkan berpindah dari satu pesawat ke pesawat lain, sambil memegang peta perjalanan mereka, dan terus saling menyemangati satu sama lain dengan rekan pertandingan tersebut, terus melesat. Sepertinya tidak ada kata menyerah.
Bahkan ketika mereka menemukan satu rintangan yang sangat mengerikan, yang mungkin belum pernah mereka lakukan, toh mereka tetap berlari dan melakukannya dengan stamina yang besar dan benar-benar mencengangkan banyak orang. Dan sekalipun terkadang seperti sudah di ujung tanduk, hampir kalah, tapi ketika di satu point mereka bertemu dengan pasangan peserta yang lain, maka mereka akan bersorak dan mengatakan...”Hey..we are still in the race!!” artinya mereka belum ter eliminasi, masih ada harapan untuk maju ke babak selanjutnya.
Begitu juga dengan kehidupan kita. Sekalipun ada banyak tantangan di depan, tapi selagi kita masih mau bangkit dan berjuang, maka akan selalu ada harapan untuk terus maju dan menuju level selanjutnya. Yang terpenting adalah jangan pernah menyerah!!
Semangat inilah yang selalu menyertai langkahku dalam menjalani hari-hari ke depan ini. Begitu banyak pekerjaan dan hal-hal menarik yang harus aku hadapi. Tentunya semua itu bukan tanpa tantangan dan rintangan. Tapi satu hal yang aku tahu, aku tidak akan pernah menyerah dan berhenti. Aku percaya kekuatan dari Tuhan Yesus akan terus menyertaiku dan memampukanku melewati semua ini.
Jika anda sedang berpikir untuk beristirahat, dan cuti dari semua hal yang Tuhan percayakan, jangan terlalu lama. Bukan artinya anda tidak boleh beristirahat. Tapi lakukan secukupnya, dan mulai ancang-ancang untuk melakukannya lagi. Lihat, garis finish itu tidak lama lagi akan kita capai. Jadi, jangan sampai tereliminasi hanya karena istirahat yang terlalu banyak. Ayo kita bangkit, dan mulai lagi. Ingat, bukan mereka yang terpandai atau terhebat yang akan sampai di garis finish, tapi mereka yang mau berjalan terus dan melakukannya dengan tekun, mereka itulah yang akan menikmati kemenangan bersama Tuhan. Amin.

--

TEPUK TANGAN YANG BISA MENJATUHKANMU
Written by sariwati
Wednesday, 04 May 2011 15:34

Yesaya 14 : 12 - 14 "Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa! Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara. Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi!
Berdiri di mimbar dan berbicara di hadapan sedikit orang bisa jadi pada mulanya akan sedikit gugup. Tapi ketika kita bisa melihat antusiasme yang mereka tunjukkan bisa mengubah kondisi itu. Semakin baik respon mereka akan semakin membuat kita bersemangat menyampaikan apa yang perlu kita katakan.
Semakin banyak jumlah audience di hadapan kita tentunya akan membuat kondisi yang berbeda lagi. Gemuh tepuk tangan dan respon positif yang diberikan sejumlah besar orang tentu akan membuat kita makin bergairah dan merasa senang berada di atas panggung itu berlama-lama.
Saya perhatikan dan saya rasakan itulah yang sebenarnya. Karena saya sendiri kadang berada di dalam posisi tersebut, jadi saya bisa katakan memang itulah yang sebenarnya. Semakin besar crowd nya, semakin bersemangat kita menyampaikan isi sharing kita. Dan tanpa disadari, kadang kita juga jadi membedakan persiapan yang kita buat. Kalau crowd sedikit, maka kita akan menyiapkannya biasa saja. Tapi kalau crowd nya besar, maka kita akan lebih ekstra mempersiapkannya.
Begitu juga yang terjadi di dalam dunia entertainment. Saya menyaksikan bagaimana mereka yang awalnya dari kalangan biasa, yang bukan artis sama sekali, ketika mereka memulai perjalanan karirnya di atas panggung, maka biasanya akan terlihat sekali ke –awam-an nya. Gerakannya masih malu-malu, suara yang dikeluarkan pun walau bagus, tapi tetap terasa ‘amatir’. Tapi coba setelah sang ‘awam’ ini diberikan kesempatan berikut, plus sambutan yang gemuruh dari para penontonnya, pasti akan membawa perubahan yang drastis kepadanya. Plus pujian dari sang juri atau penonton, maka sikap dan kepercayaan diri mereka pun akan berubah dengan sendirinya. Yang tadinya malu-malu, kini semakin yakin dengan penampilannya. Dan semakin lama semakin menikmati sambutan tersebut dan membuat mereka tidak akan pernah mau meninggalkan panggung itu kalau bisa.
Popularitas dan sambutan meriah yang hingar bingar mengelu-elukan sang bintang benar-benar bisa mengubah karakter seseorang. Mereka yang tadinya pemalu, kini bisa dengan tegak memandang tanpa keraguan lagi. Mereka yang tadinya memang sudah begitu pe-de, kini bisa semakin yakin akan dirinya sendiri. Bahkan mereka yang tadinya biasa saja, kini bisa menjadi sombong dan lupa akan siapa dirinya sebelumnya.
Begitulah yang menjadi awal kejatuhan dari Lucifer, yang dulunya merupakan pemuji Allah, kini tidak lagi. Ia terlalu menikmati kepopuleran itu sehingga ia ingin memilikinya sendiri, dan lupa kalau semua pujian itu bukan bagi dia tapi bagi Allah. Ia ingin merebutnya dari pemiliknya yang sebenarnya.
Menjadi terkenal dan populer mungkin impian bagi sebagian besar orang. Tapi yang berbahaya adalah bagaimana kepopuleran itu bisa menjegal kehidupan kita sehingga kita men Tuhankan diri kita di atas orang-orang tersebut. Hati-hati. Apa yang kita miliki hari ini bisa menjadi berkat buat kita, tapi bisa juga membawa kita pada kejatuhan. Dan kejatuhan yang terjadi bisa sangat dalam.
Dedikasikan posisi kita saat ini kepada Tuhan supaya Dia tetap menjadi fokus utama hidupmu. Bukan artinya Dia tidak akan mengijinkanmu berada di posisi puncak, tapi jangan sampai posisimu menjauhkanmu dari Dia.
Apa yang terjadi pada Lucifer bisa terjadi pada siapa saja. Kekayaan dan kemakmuran dan kehormatan memang diinginkan oleh banyak orang. Bahkan banyak orang rela melakukan apa saja untuk bisa mendapatkannya. Mengapa tidak, kalau sesudahnya mereka pikir bisa terbayar segala pengorbanan mereka.
Tapi jangan sampai kita tertipu oleh kesenangan sesaat. Apa yang kita lihat saat ini bisa saja sangat memukau, tapi tidak untuk hal jangka panjang. Jangan sampai ketika kita menyadarinya, semuanya sudah terlambat. Tidak ada lagi waktu untuk memperbaikinya.
Berikan dan kembalikan segala kemuliaan itu kepada Tuhan. Dialah pemilik yang sah atas semua kuasa, kehormatan dan kemuliaan itu. Ketika kita berada di panggung itu dan menyampaikan semuanya, dan jika kita mendengar gemuruh tepuk tangan itu, pastikan bahwa kita menyadari mereka bertepuk tangan bukan untuk kita, tapi untuk Tuhan. Jangan pernah ingin memilikinya. Dia tidak akan membagi kemuliaan itu dengan siapapun. Tapi Dia akan pastikan jika engkau setia kepadaNya, maka Dia akan mengajak engkau masuk ke dalam kebahagiaan Tuanmu itu. J

--

CHASING YOUR DREAM
Written by sariwati
Saturday, 16 April 2011 11:42

1 Korintus 9:26 Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul.
Sekali lagi hari ini aku menyaksikan perjalanan seseorang yang mempunyai tekad yang kuat untuk mengejar impiannya. ‘Around the world in 80 Trades’...judul petualangan yang fantastik. Dari seorang pialang saham yang hanya bekerja di balik komputernya setiap hari, menjadi seorang yang mengejar petualangan yang sangat menguntungkan di dalam hidupnya.
Berbekal 25,000 pound dari hasil penjualan apartemennya, ia mulai berangkat ke negara-negara yang ia harapkan bisa membeli sesuatu untuk kemudian ia jual kembali di negara berikut yang akan ia kunjungi. Menarik sekali.
Sebagai seorang yang juga punya latar belakang pengalaman di bidang perdagangan dan ekonomi, tentunya aku menyukai perjalanan seperti ini. Profit...itu yang akan menjadi ukuran keberhasilan dari perjalanan ini tentunya pada akhirnya nanti. Apakah ia akan pulang sebagai orang yang compang-camping dan kehabisan semua uangnya? Atau justru sebaliknya, ia akan mendapatkan keuntungan yang lumayan dari semuanya itu.
Dan setelah melewati banyak pengalaman dan bertemu banyak penjual dan produsen di berbagai negara, pada akhirnya ia menyelesaikan petualangannya itu dengan menghasilkan keuntungan 25,000 pound juga. Wow. Benar-benar mempunyai jiwa bisnis yang kental. Dari menjual unta, kopi, batu giok, surfing tiup, bahkan sampai akhirnya bisnis kayu jati yang membawanya pada keuntungan terbesar dalam perjalanannya itu. Tidak seluruh usahanya tentunya pasti menguntungkan. Ada juga yang mengalami kerugian. Tapi pada intinya, pelajaran yang bisa diambil adalah, jangan takut dengan sedikit ‘luka’, bangkit lagi dan mulai lagi. ‘Luka’ itu akan mengajarimu sesuatu supaya engkau tidak perlu mengalaminya lagi di masa yang akan datang. Very insiprational.
Satu perjalanan yang membawa aku pada satu pandangan yang baru, bahwa di dalam setiap perjalanan hidup kita, kita harus mempunyai satu tujuan. Bukan sekedar menghabiskan waktu dan uang dan juga tenaga, tapi mempunyai strategi yang tepat di dalam melakukannya. Terlihat sekali dari cara ia melakukannya, ia bukan seorang ‘rookie’ (=pemula) yang hanya asal bepergian dan asal membeli dan menjual. Walaupun memang bukan artinya selalu berhasil, tapi jelas terlihat bahwa ia selalu melakukan riset sebelum melakukannya. Sehingga ketika ia memutuskan untuk membeli sesuatu, ia juga bisa mengantisipasi rencana ke depannya itu seperti apa.
1 Korintus 9:26 Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul.
Kita belajar dari Paulus, seorang yang pandai dan memiliki kemauan yang keras dalam mengejar sebuah impian. Tapi sekaligus ia menyatakan bahwa ia tidak akan menghabiskan tenaganya dengan sia-sia tanpa ada target di dalam perjalanannya. Selain itu, ia juga akan memikirkan strateginya untuk mencapai tujuannya itu.
Sebuah impian akan menjadi sebuah tujuan yang memotivasi kita melakukan sesuatu yang besar dengan bersemangat. Tapi tentunya, untuk menggapai mimpi itu, ada banyak rencana dan proses yang akan kita lewati. Entah dengan atau tanpa melibatkan orang lain, tapi yang terutama perlu kita lakukan adalah mengambil keputusan untuk mulai mengambil langkah melakukannya.
Ketika kita berada di dalam ‘kotak’ kita, bisa jadi impian yang kita miliki itu terasa begitu besar dan sulit untuk dijangkau. Tapi kenyataannya, ketika kita mulai melangkah ke luar dan sungguh-sungguh berjalan melakukannya, kita baru akan menyadari bahwa itu tidaklah sebesar yang kita lihat dulu. Apalagi jika kita membandingkan dengan impian-impian orang lain di sekitar kita, barulah kita akan menyadari bahwa impian kita itu belumlah seberapa. Dan apa yang kita anggap sulit, ternyata tidaklah serumit yang kita pikirkan. Kita akan selalu menemukan orang yang bisa membantu kita menguraikan kerumitan tersebut.
Dari kisah petualangan bisnis yang menarik ini aku menarik pelajaran yang berharga, yaitu kita harus mau mengambil keputusan untuk keluar dan meninggalkan ‘kotak kecil’ kita itu dulu, barulah nantinya kita bisa melihat dunia luar itu.
Kerinduan yang terdalam di kehidupan aku saat ini adalah bagaimana aku bisa melakukan perjalanan keliling dunia juga. Bukan hanya sekedar membuang waktu dan uang untuk melihat pemandangan, tapi aku benar-benar rindu bisa berkeliling melayani Tuhan di mana-mana, sambil mempelajari banyak pengalaman kehidupan manusia di manapun juga. Dan aku rindu agar setiap orang bisa mendapatkan berkat dari kehidupanku ini. Dan aku bisa melukiskan semua yang kualami dan kurasakan itu melalui rangkaian tulisan yang tentunya bisa dibaca banyak orang dan memberkati kehidupan mereka semua.
Dengan segala keterbatasan yang kumiliki, tentunya akan terlihat sulit dan mustahil. Semakin terbatas apa yang kita miliki tentunya membuat kita harus semakin baik mengatur strategi, supaya kita tidak membuang amunisi dengan sia-sia. Dan tentu saja, diatas segalanya, jangan sampai tujuan utamaku di dalam mengejar impian ini, yaitu supaya aku sendiri bisa menyenangkan Tuhan dan menyenangkan hatiNya, menjadi orang yang berkenan di hadapanNya, itu menjadi pudar. Alangkah sayangnya kalau sampai terjadi begitu.
I Korintus 9 : 27 Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.
Latihan demi latihan itu perlu. Pembelajaran itu tidak boleh berhenti. Banyak bertanya dan mendengar dari orang-orang yang sudah pengalaman. Bukan sekedar dari teori buku-buku yang bisa dibaca, tapi juga melihat dari kehidupan orang-orang yang bisa ‘dibaca’. Itu akan sangat menyenangkan, dan sangat baik bagi perkembangan kita.
Aku sadar betul bahwa usia tidak membatasi kita untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Justru semakin tua usia kita seharusnya semakin matang dalam mengerti sesuatu. Kita akan menjadi semakin paham dengan satu masalah, karena cara pikir kita tentu sudah berbeda dibanding ketika masih lebih muda. Situasi dan kondisi yang terbentuk akan membentuk pola pikir kita juga.
Perjalanan yang akan kita buat tentu tidak sama bagi setiap orang. Tujuannya pun mungkin akan sangat berbeda. Tapi sebagai anak-anak Tuhan, satu hal yang tentunya akan menyatukan langkah kita, yaitu bagaimana mengejar isi hati Tuhan dan menyenangkanNya.
Segala kelelahan kita, pelayanan kita, dan semua yang kita kerjakan, jangan sampai menarik kita dari track yang sebenarnya, yaitu bersama-sama menuju kehidupan kekal sambil membawa panji bagi nama Tuhan, menyorakkan kemuliaanNya dan memuliakanNya.
Hari ini aku kembali memandangi lukisan kehidupanku di hadapan Tuhan. Sebuah kanvas lukisan luas terbentang. Dan sekali lagi aku melihat bahwa goresan Tuhan belum selesai. Masih banyak jalan yang terlukis dan belum lagi kujajaki. Masih banyak pepohonan yang menunggu berbuah pada musimnya. Masih ada banyak nyanyian yang akan terdengar dari setiap gerakan dedaunan yang kulewati di sepanjang jalan itu. Dan masih ada banyak keceriaan yang belum tergambar melalui setiap orang yang ikut meramaikan lukisan itu.
Warna-warni yang akan Tuhan berikan sebagai sentuhan keindahan dari lukisan itu belum terlihat lengkap. Tapi aku bisa menyaksikan bagaimana setiap bagian dari lukisan itu selalu berujung pada kebaikan. Meskipun berkelok dan bercabang, tapi setiap hal yang kulewati, dengan kekuatan yang tak terlihat, selalu memberikan sentuhan yang memberi kehidupan dan kesukaan. Begitu kemilau dan indah, sedap dipandang mata. Selalu ada kebaikan di dalamnya.
Aku rindu mengejar impianku bersama dengan Tuhan, melakukan perjalanan yang fantastik dengan tujuan yang jelas, yaitu menjadi orang yang bisa membangkitkan semangat dan iman setiap orang, untuk mengenal Tuhan Yesus, dan membawa setiap orang menjadi lebih dekat dengan Tuhan, dan semakin mempercayai ke Tuhanan Nya, dan menaruh iman kepada Dia.
Aku mau memulainya sekarang, bagaimana denganmu?

--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan beri komentar