Segar banget

Segar banget
bangett

Selasa, 16 Agustus 2011

Married


Niat Married? Review dulu Beberapa hal
Apa sih alasan sepasang laki-laki dan perempuan untuk menikah? Apakah karena mereka saling mencintai? Jangan dengan gampang berkata “I do” di atas altar karena janji pernikahan adalah satu janji yang akan merubah seluruh hidupmu. Go back one step.

Beberapa pertanyaan berikut adalah pertanyaan yang akan membantu kamu untuk mengevaluasi tahap hubunganmu dan pasangan. Pertanyaan-pertanyaan ini wajib kamu jawab dengan mantap sebelum kamu dengan yakin menetapkan hati untuk menikah.

Tanyakan pada diri kamu:

1. Why this person?
Pikirkanlah apa alasan spesifik yang membuat kamu yakin bahwa pasangan kamu adalah orang yang tepat untuk kamu. Jawaban seperti karena dia baik, dia sayang sama kamu, mungkin wajar. Tetapi kurang spesifik karena umumnya semua orang yang sedang pacaran akan berlaku seperti itu.
Coba pikirkan apa yang berbeda dari pasangan, sehingga kamu tidak akan sama tanpa dia di sisi kamu. Apakah dia sosok yang tepat dengan kamu sehingga kalian berdua membentuk satu sinergi yang positif? Apakah kalian sepadan dalam sisi prinsip tetapi saling melengkapi kelebihan dan kekurangan masing-masing? Apakah kedua sisi keluarga dan sahabat terdekat mendukung hubungan kalian?

2. Sudahkah kamu mengetahui dan menerima perbedaan yang ada?
You may have great similarities, tetapi satu saja perbedaan yang sifatnya mendasar dapat merusak hubungan kalian. Karena itu, coba teliti apa saja hal-hal yang selama ini memicu pertengkaran di antara kalian. Apakah perbedaan-perbedaan tersebut selama ini dapat diselesaikan dengan tuntas ataukah masalah hanya dikubur demi menghindari pertengkaran tanpa solusi yang jelas? Waspadalah karena hal ini seperti bom waktu yang bisa sewaktu-waktu meledak di kemudian hari.
Juga, jangan berharap bahwa pasangan akan berubah. Tidak. Semua orang lahir dengan karakter dan personality masing-masing yang harus bisa kita terima baik dan buruknya. Apabila pasangan kemudian berubah menjadi lebih baik, itu adalah suatu bonus dan bukanlah suatu yang kita tuntut dari pasangan.

3. Sudahkah kalian jujur dan terbuka dalam segala aspek?
Kejujuran dan keterbukaan dalam segala aspek amatlah penting. Contohnya, kehidupan seks kamu di masa lalu sampai masalah keuangan, keluarga, dan kesehatan. Kenapa hal ini penting untuk dibuka? Karena lebih baik untuk tahu dari sekarang dan bisa menerimanya daripada baru mengetahui di kemudian hari dan tidak bisa menerimanya.
Banyak pasangan tidak mau terbuka soal keuangan di masa pacaran/pertunangan, akibatnya memiliki perbedaan ekspektasi standard of living di masa pernikahan. Kesehatan juga penting karena kamu tidak ingin menikah lalu mengetahui fakta bahwa pasangan tidak dapat mempunyai keturunan. Semua hal ini harus diketahui sekarang, sebelum kamu memutuskan untuk menikah.

4. Apakah kalian satu visi dalam kehidupan berkeluarga?
Coba share dengan pasangan apa impian kamu tentang keluarga yang ideal. Seperti apa role dari suami, maupun istri. Apakah pasangan ingin mempunyai anak? Dan bila jawabannya iya, ingin memiliki berapa anak? Apakah seorang istri bekerja atau tinggal di rumah mengurus rumah tangga, dan sebagainya. Segala hal ini sebaiknya dibahas sekarang untuk menyamakan persepsi.
Banyak orang beranggapan bahwa pernikahan atas dasar cinta can conquer all. Tetapi menurut banyak ahli pernikahan, buku-buku dan hasil perbincangan dengan pasangan-pasangan yang sudah melewati asam garam pernikahan, love is not enough to survive marriage. Selain cinta, semua pasangan harus mempunyai dasar hubungan yang kuat untuk bertahan melewati badai dalam pernikahan. Dan, ke empat hal di atas adalah empat pilar yang akan menjadi foundation untuk mempersiapkan setiap pasangan masuk ke dalam hubungan pernikahan.

Bagaimana menurut kamu? Bagi kamu yang masih berpacaran, atau kamu sudah menikah dan berkeluarga, tentunya kamu punya pandangan yang bisa dibagikan di sini. Let’s share!

Artikel dari : FIMELA

--

MENCATAT
M. Musrofi

Para psikolog telah menunjukkan bahwa kita hanya mampu menyimpan sekitar lima sampai sembilan potong informasi dalam pikiran kita setiap saat.

Kita semua pernah mencari nomor telepon, kemudian karena pikiran kita lengah sesaat sebelum memutarnya, kita jadi lupa nomor tersebut hanya dalam beberapa detik.

Yang terjadi adalah informasi yang baru menggantikan yang lama sebelum pikiran Anda menempatkannya dalam memori jangka panjang.

Secara umum memori jangka pendek dapat menyimpan dengan baik selama beberapa detik. Namun setelah sekitar 12 detik, ingatan melemah, dan setelah 20 detik informasi itu hilang seluruhnya, kecuali jika Anda terus mengulangi atau mencatatnya.

Kegiatan menulis akan memberi tanda kepada otak Anda bahwa potongan informasi ini lebih penting dari pada yang lain yang harus disimpan dalam memori jangka panjang.

John Patterson, Presiden National Cash Registger (NC) memerintahkan para karyawannya untuk memiliki sebuah “buku merah kecil” untuk mencatat kegiatan harian, pikiran, ide, dll.. Dia tega memecat pegawainya yang tidak memiliki buku catatan itu.

Sungguh menarik bahwa ternyata seperenam perusahaan terkemuka di Amerika dikepalai oleh para mantan pegawai NCR. Diantara mantan pegawai NCR yang terkemuka adalah Tom Watson, pendiri IBM.

Sebaiknya kita gemar mentatat ide, pikiran, rencana kerja, dsb.. Begitu kita terpikir, tuliskan segera.


--

KEBIASAAN
M. Musrofi

Mulai dari bangun pagi sampai berangkat ke kantor, ke sekolah, atau ke kampus hampir semua aktivitas diatur oleh kebiasaan. Kitalah yang menciptakan kebiasaan, lalu kebiasaan yang akan menciptakan kita. Kebiasaan bisa menjadi pembantu yang baik, tetapi bisa pula menjadi musuh yang paling sulit ditaklukkan. Stephen R Covey yang mengutip Aristotle, “Kita adalah apa yang kita kerjakan berulang-ulang. Karena itu, keunggulan bukanlah suatu perbuatan, melainkan sebuah kebiasaan.”

Padahal ilmu pengetahuan selalu berubah, selalu tumbuh. Kebiasaan kebalikannya. Kebiasaan itu kaku, tetap, dan alami. Ilmu pengetahuan dan kebiasaan saling berlawanan. Hal ini terus menerus terjadi dalam kehidupan kita.

Seratus tahun yang lalu, ketika Alexander Graham Bell pergi ke pemilik Western Telegraph Company dan menawarkan telepon temuannya agar dibeli seharga $25,000, Presiden Direktur perusahaan itu mengatakan, “Kami telah mempunyai sistem komunikasi. Kami tidak membutuhkan pembicaraan lewat kabel. Temuanmu ini hanyalah mainan belaka, dan tidak praktis digunakan.” Dia tidak mau membeli temuan Bell seharga $25,000 tersebut. Dan sekarang kita tahu betapa begitu tingginya manfaat telepon bagi kehidupan kita. Seringkali orang-orang yang sudah berada di puncak karir begitu yakin dengan pemikiran mereka yang sesungguhnya dibentuk oleh kebiasaan. Coba Anda renungkan :

1. Seberapa sering Anda tidak mau peduli dengan gagasan-gagasan Anda karena Anda telah terbius oleh suatu cara berpikir yang berdasarkan opini? Seringkali gagasan-gagasan Anda tidak Anda tindak lanjuti karena opini yang muncul di masyarakat yang seolah menentang gagasan Anda tersebut.
2. Seberapa sering Anda menutup ide-ide yang baik disebabkan Anda bersikap “sok tahu”, takut salah, dan takut gagal karena ide-ide Anda tersebut? Seringkali Anda merasa sudah tahu apa yang akan terjadi, sehingga Anda tidak mau melakukan tindakan terhadap ide-ide Anda.
3. Seberapa sering anda menutup ide-ide Anda yang baik disebabkan karena Anda kesulitan mengubah kebiasan Anda? Sering juga terjadi bahwa ide-ide tidak terlaksana akibat kebiasaan. Misalnya, kebiasaan menonton televisi pada jam tujuh sampai jam sembilan malam. Kebiasaan ini, misalnya saja menjadi hambatan Anda ketika pada jam-jam itu Anda mempunyai jadual untuk membuat rencana usaha.



Kita mempunyai dugaan-dugaan atau prasangka. Prasangka membentuk opini dan sikap kita. Setiap orang mempunyai prasangka dalam beberapa hal –untuk menerima atau menolak suatu cara-cara yang baru--. Prasangka tergantung pengalaman, latar belakang, dan kebiasaan kita.

Kebiasaan atau aturan bisa menghambat terungkapnya imajinasi. Orang seringkali mempertahankan cara-cara lama yang dirasa mudah dan memberikan keamanan. Mengubah cara berpikir dan bertindak adalah keluar dari cara lama yang mudah dan aman ke cara baru yang mungkin akan sulit untuk pada awalnya dan merasa kurang nyaman, namun menantang dan lebih banyak memberikan pilihan dan peluang.

Menjalani kehidupan dengan rutinitas semata bisa berakibat terbatasnya memunculkan solusi-solusi kreatif. Melatih diri untuk berubaha, bisa dilakukan dengan memasukkan aktivitas yang tidak biasa. Lakukanlah sesuatu di luar kebiasaan hal-hal yang sederhana : melalui rute ke sekolah, ke kampus atau ke kantor dengan rute yang berbeda, baca majalah atau koran atau tabloid yang tidak seperti biasanya, tontonlah TV pada jam-jam tidak biasa, dsn seterusnya.

Namun tentunya kebiasaan tidak selalu jelek. Kebiasaan telah kita gunakan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan kita. Salah satu contoh kebiasaan yang baik adalah membaca. Ketika kita membaca secara reguler, kemampuan kita akan meningkat.

Sesuatu aktivitas dikatakan “mudah dilakukan” bisa saja hanya dikarenakan orang terbiasa melakukannya. Mudah karena terbiasa. Sulit karena tidak terbiasa. Aman itu karena ada kepastian. Sebaliknya tidak aman karena tidak ada kepastian. Memulai usaha dari keadaan belum pernah menjalani sama sekali adalah keberanian keluar dari kebiasaan. Tidak semua orang gampang melakukan perubahan ini. Namun kabar baiknya adalah semua orang berpeluang untuk melakukannya.


--

BERPIKIR JANGKA PENDEK
M. Musrofi

Pada umumnya orang lebih suka berharap pada keuntungan besar dalam jangka pendek dari pada jangka panjang. Banyak orang berharap mempunyai “lompatan besar” dan tidak mau memulai dari langkah kecil. Berpikir jangka pendek menghalangi seseorang untuk memulai usaha dari kecil dan nampak remeh. Dalam merintis usaha, tentu saja dibutuhkan cara berpikir dan bertindak untuk kepentingan jangka panjang.

Karnes dan Bean dalam Girls and Young Women Entrepreneurship menyarankan bahwa berhenti saja dari berwirausaha, kalau hanya termotivasi ingin cepat kaya dalam waktu singkat. Pada umumnya, suatu usaha menuntut waktu yang tidak sebentar dan menuntut kerja keras sebelum usaha itu menampakkan adanya keuntungan.


--

APAKAH KESUKSESAN USAHA TERGANTUNG JENIS USAHA?
M. Musrofi

Seorang rekan yang kerjanya di kapal pesiar, saat sedang cuti, datang ke rumah saya. Dia bertanya,”Mas, usaha apa yang bagus. Saya ada modal, tapi saya bingung mau usaha apa.”

Saya balik bertanya,”Apa ada usaha yang tidak memiliki peluang yang bagus?”

Dia jadi bingung. Mungkin dia mengingat-ingat. Dia diam sejenak, lalu bertanya,”Maksudnya?”

“Ya, coba Anda sebutkan jenis usaha, dimana usaha itu tidak memiliki peluang atau prospek bisnis yang bagus,” saya menjelaskan.

Dia tidak menjawab hanya diam saja, seperti agak bingung. Mungkin di benaknya berkata,”Oya,..ya..kok tidak ada usaha yang tidak memiliki peluang.”

Katakan begini, si A jualan bakso, laku keras. Lalu mendirikan cabang dimana-mana. Sementara si B, juga jualan bakso, tetapi usaha si B ini tidak sebagus si A.

Contoh lain, si X, mendirikan usaha bimbingan belajar (bimbel). Banyak pesertanya. Sampai-sampai usahanya dikembangkan dengan sistem waralaba. Si Y, juga mendirikan bimbel, tapi bimbel si Y ini tidak berkembang baik.

Dari dua contoh di atas, dan saya yakin masih banyak sekali contoh-contoh yang lain, menunjukkan bahwa tidak ada jenis usaha yang tidak memiliki peluang ke depan. Yang ada kasusnya seperti di atas: seseorang mendirikan jenis usaha tertentu yang maju pesat, sementara yang lain mendirikan usaha sejenis tetapi tidak maju-maju.

Coba Anda renungkan: jadi bukan jenis usahanya yang tidak memiliki peluang. Dengan kata lain, sukses tidaknya sebuah usaha tidak tergantung dengan jenis usaha itu. Terus apa yang menyebabkannya suskes tidaknya sebuah usaha?

Tentu banyak sekali faktor kesuksesan itu.

Tetapi ada salah satu faktor yang menyebabkannya; yakni jenis usaha itu apakah sesuai dengan bakat seseorang atau tidak. Lebih rinci lagi : apakah aktivitas-aktivitas yang harus dilakukan untuk menjalankan usaha itu sesuai dengan bakat atau potensi kekuatan seseorang atau tidak.

Kalau ada kesesuain antara potensi kekuatan dengan aktivitas usaha, maka salah satu faktor penting kesuksesan usaha telah ada.

Tetapi bila tidak ada kesesuaian antara bakat atau potensi kekuatan dengan aktivitas usaha tersebut, maka salah satu faktor penting kesuksesan usaha tidak dipenuhi…

--

APAKAH BENAR WIRAUSAHAWAN ITU PENGAMBIL RESIKO?
M. Musrofi

Begitu seringnya kita mendengar bahwa seorang wirausahawan adalah seorang pengambil risiko. Sesungguhnya seorang wirausahawan bukanlah seorang yang begitu saja mengambil risiko. Seorang wirausahawan menghitung, membatasi, dan menetapkan bagaimana kira-kira risiko yang mungkin terjadi. Lalu terus-menerus berupaya dan belajar menangani risiko.

Resiko berkaitan dengan keberanian. Paul Getty, pengusaha sukses di bidang perminyakan menekankan diperlukannya keberanian untuk melakukan sesuatu, yakni ketika dia mengatakan, “Bila pikiran Anda terfokus pada kepastian tentang suatu kejadian, ini berarti Anda telah melumpuhkan diri Anda sendiri.” Namun, di sisi lain, Getty juga mengakui bahwa dia juga memperhatikan dan menganalisis, serta membuat antisipasi terhadap risiko. Getty berkata, “Bila saya memasuki suatu urusan bisnis, pikiran-pikiran utama saya bergerak pada bagaimana cara menyelamatkan diri bila segala sesuatunya ternyata menjadi gagal total.”

Seorang rekan penulis yang juga seorang wirausahawan sukses di bidang mebel berskala kecil pernah mengatakan,”Saya mengambil keputusan bisnis dengan prinsip sukses atau bangkrut.” Suatu saat, di Hari Minggu, dia mengajak penulis untuk membuat perkiraan arus kas untuk usahanya. Dari sekitar jam sebelas siang sampai jam enam sore, kami berdua begitu intensif di depan komputer dan melakukan curah gagasan tentang arus kas tersebut. Kemudian selesailah sudah perkiraan arus kas tersebut, dengan menghasilkan tiga alternatif perkiraan. Tetapi sebelum kami berpisah, dia sempat mengatakan,”Saya akan pelajari lagi di rumah.”

Pada Hari Minggu sore, dia menelepon penulis,”Hari Rabu, kita perbaiki perkiraan arus kas. Ada yang masih kurang.” Pada Hari Rabu, kami kembali membicarakan dan memperbaiki tiga alternatif arus kas tersebut dari sekitar jam satu siang sampai jam setengah tujuh malam. Penulis berpikir perkiraan arus kas sudah selesai. Karena kami sudah memilih satu diantara alternatif, dan yang satu alternatif ini sudah kami perbaiki dan kami perbincangkan dengan mendalam.

Namun, pada Hari Jumat, dia mengajak penulis lagi untuk berbicara soal perkiraan arus kas tersebut. Dari jam satu siang sampai jam lima sore, kami perbaiki lagi arus kas tersebut. Penulis sekali lagi berharap bahwa arus kas benar-benar telah selesai tuntas. Namun, pada Hari Rabu selanjutnya, dia mengajak perbaiki lagi perkiraan arus kas tersebut, dan berlanjut pada Hari Jumat. Baru setelah itu, dia merasa mantap dengan arus kasnya, kemudian dia mengambil keputusan keuangannya berdasar perkiraan arus kas tadi.

Jadi sebelum dia mengambil keputusan “sukses atau bangkrut”, dia telah mempertimbangkan berbagai hal dengan sangat seksama.


--

SALAH SATU CARA MENJADI ENTREPRENEUR
M. Musrofi

Ambil contoh wirausahawan dunia:

* Bill Gates, awalnya adalah menciptakan karya (software)
* Harland Sanders (KFC), awalnya adalah menciptakan resep masakan ayam goreng
* Thomas Alva Edison (General Electric), awalnya adalah menciptakan lampu pijar
* Kiichiro Toyoda (Toyota), awalnya adalah menciptakan mobil
* Jerry Yang dan David Filo (Yahoo.,com), awalnya adalah menciptakan cra pencarian informasi dan data melalui jalur Internet

Dan tentu masih banyak lagi para wirausahawan tingkat dunia lainnya maupun nasional, yang kalau Anda baca kisahnya, pada umumnya mereka berawal dari sebuah penciptaan karya.

Jadi salah satu cara menjadi entrepreneur adalah dengan menciptakan karya.

Pertanyaan selanjutnya adalah kalau awalnya dari “menciptakan karya”, karya apa yang sebaiknya diciptakan seseorang? Maksud saya adalah misalnya Anda, Anda ini mau menciptakan apa?

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, kita coba ajukan pertanyaan, “Kenapa Bill Gates menciptakan software dan tidak menciptakan sepeda motor yang inovatif, misalnya? Kenapa Sanders menciptakan resep masakan ayam goreng? Kenapa Jerry Yang dan David Filo menciptakan yahoo.com? Apa yang mendorong mereka sehingga mereka menciptakan karya-karya itu?”

Tentu sulit untuk menjawab “apa yang mendorong mereka” atau “apa motivasi awal mereka’ sehingga mereka menciptakan karya=karya seperti itu. Namun, ada salah satu jawaban yang bisa menjawab pertanyaan seperti ini: biasanya mereka mencintai aktivitas-aktivitas yang terkait dengan karya-karya mereka.

Bill Gates sejak usia 13 tahun sangat menyukai otak-atik komputer. Harlands Sanders, sejak usia 6 tahun sudah pandai memasak. Edison, sejak kecil sudah suka melakukan percobaan.

Salah satu tanda aktivitas yang sesuai dengan bakat (talents) adalah aktivitas yang disukai. Tetapi tidak semua aktivitas yang disukai (minat) itu adalah bakat.

Yang ingin dikatakan di sini : salah satu cara agar orang bisa menciptakan karya-karya yang hebat atau fenomenal adalah ketika ide karya itu bersumber dari bakat . Hal ini tentu belum cukup. Perlu ditambah “Kaidah 10.000 jam” ( Ten Thousand Hours Rule).

“Kaidah 10.000 jam” dipopulerkan Malcolm Gladwell dalam buku “The Outliers.” Disebut “dipopulerkan”, karena pada tahun 1993, K. Anders Ericsson, Ralf Th. Krampe, dan Clemens Tesch Romer melakukan penelitian di Berlin Academy of Music. Mereka berusaha menemukan jawaban, bagaiaman seseorang bisa menjadi pakar dalam bidangnya atau dengan kata lain menjadi seorang expert.

Dibantu seorang profesor, mereka mengelompokkan mahasiswa tingkat akhir ke dalam tiga kategori: 1) calon guru musik, 2) calon pemusik profesional, 3) calon maestro musik dunia. Pertanyaan mereka adalah: Semua mahasiswa yang diterima dan belajar di akademi tersebut, pastilah orang-orang berbakat. Lalu kenapa akhirnya ‘nasib’ mereka berbeda? Ada yang sekedar menjadi musisi biasa, dan ada yang bisa menjadi expert.

Untuk memperkuat hasilnya, mereka ulang penelitiannya dengan model pengkategorian yang sama, namun menggunakan sample profesi yang beragam, mulai dari musisi, pemain catur, sampai dengan olahragawan. Akhirnya, mereka berhasil membuat kesimpulan luar biasa.

Ternyata yang membedakan ketiga kategori itu adalah berapa lama waktu yang telah mereka alokasikan untuk berlatih menjadi yang terbaik dalam profesi pilihannya. Mereka yang berhasil menjadi expert telah mengalokasikan waktu untuk berlatih selama 10.000 jam. Kesimpulan itu, kini dikenal sebagai 10.000 hours rule (Kaidah 10.000 jam).

Gladwell mengulas The Beatles, band populer asal Inggris sebagai contoh sederhana yang membuktikan ‘kebenaran’ kaidah 10.000 jam. The Beatles didirikan tahun 1957, ketika Paul Mc Cartney bertemu John Lenon. Mereka kemudian pindah ke US tahun 1963, yang kemudian terkenal dengan istilah The British Invasion. Tahun 1967, the Beatless melahirkan sebuah album yang menjadikan mereka sebagai dewa musik. Album itulah yang membuat mereka diakui sebagai orang-orang terbaik dibidang musik, atau dalam istilah kita, telah menjadi expert dunia. Ternyata, The Beatless butuh 10 tahun untuk bisa sukses.

Contoh kedua adalah Bill Gates, yang mulai menekuni programing komputer di tahun 1968 ketika dia berumur 13 tahun. Pada usia 20 tahun, dia mendirikan Microsof yang tidak lama kemudian dipercaya sebuah sebuah perusahaan raksasa, untuk membuat sistem operasi IBM PC sebagai produk komputernya yang terbaru saat itu. Tentu saja, IBM tidak akan mempercayakan produk andalannya pada sembarang orang. Mereka pasti akan mempercayakan pada seseorang yang dianggap expert. Berapa lama Bill Gates berusaha menjadi seorang expert? Ternyata hanya 7 tahun.

Kenapa tidak 10 tahun? Karena Bill Gates menginvestasikan waktu untuk berlatih lebih dari 3 jam sehari. Di dalam autobiografinya ditulis, dia biasa berlatih 7-8 jam sehari, bahkan tidur di lab komputer. Jadi wajar ketika usianya baru 20 tahun, dia sudah mengantungi lebih dari 10.000 jam.

Jadi kalau boleh disimpulkan agak “spekulatif”, bahwa salah satu cara agar orang bisa menciptakan karya yang hebat, adalah:

* Ungkap ide karya yang bersumber dari bakat atau lakukan aktivitas yang sesuai dengan bakat
* Lalu jalani selama 10.000 jam

Masalahnya : bagaimana orang bisa tahu bahwa aktivitas atau ide karya yang dia ungkap itu adalah bersumber dari bakatnya? Buckingham dari Gallup Organization menyatakan ada empat tanda orang itu tengah beraktivitas sesuai dengan bakat atau potensi kekuatan, yang disingkat SIGN.

S – Success. Aktivitas yang membuat Anda merasa sukses.
I – Instinct. Aktivitas yang secara alami selalu menarik Anda melakukannya. Leider & Shapiro mengatakan sebagai aktivitas yang selalu “memanggil” Anda untuk melakukannya.
G – Growth. Aktivitas dimana Anda dapat belajar dengan sangat baik, aktivitas yang membuat Anda dapat menelorkan ide-ide brilian, aktivitas yang membuat Anda memiliki pemahaman yang mendalam.
N – Needs. Aktivitas yang membuat Anda merasa perlu untuk terus melakukannya, sehingga Anda membutuhkan menambah waktu untuk melakukan aktivitas itu.

--

AYO BERKARYA
M. Musrofi

Sebagai seorang bocah, Sakichi Toyoda belajar ilmu pertukangan kayu dari ayahnya. Toyoda kecil adalah seorang anak yang cerdas dan kreatif. Saat itu industri tenun adalah industri yang paling berkembang di tanah kelahirannya, wilayah pertanian di pinggiran Nagoya, Jepang. Toyoda muda dengan ilmu pertukangan kayu yang diwarisi dari ayahnya, pada tahun 1894 membuat sebuah mesin tenun yang lebih murah namun bekerja lebih baik.

Toyoda sangat puas dengan mesin tenunnya. Namun dia melihat neneknya, ibunya, juga wanita-wanita lain masih harus bekerja keras untuk memintal dan menenun. Toyoda ingin membuat mereka terbebas dari kerja keras itu. Maka dia kemudian menciptakan mesin tenun yang ditenagai mesin. Saat itu adalah jaman dimana seorang pencipta harus mengerjakan semuanya sendiri. Karena kurangnya sumber tenaga untuk penggerak mesin, maka Toyoda belajar lebih dahulu tentang mesin uap, membeli mesin uap bekas, dan mencoba berkali-kali secara trial error hingga berhasil. Toyoda kemudian mendirikan Toyoda Automatic Loom Works pada tahun 1926, yang kemudian menjadi cikal bakal konglomerasi Toyoda.

Sakichi punya anak lelaki bernama Kiichiro Toyoda, seorang anak yang kerempeng dan sakit-sakitan. Banyak orang menganggap bahwa Kiichiro Toyoda tidak punya fisik yang mendukung untuk menjadi pemimpin yang baik. Tapi sang ayah tidak setuju dengan pandangan itu. Ia memberi tugas anaknya untuk belajar membuat mobil. Awal tujuannya bukan untuk mengembangkan bisnis. Tujuannya adalah memberi kesempatan anaknya itu untuk melakukan sesuatu yang besar dalam hidupnya! Dia ingin anaknya mempunyai kesempatan membuat kontribusi kepada umat manusia, sama halnya dengan kesempatan istimewa yang dia alami dalam memberi kontribusi melalui mesin tenun. Toyoda berkata kepada anaknya:

“Setiap orang perlu mengambil proyek besar paling tidak sekali dalam hidupnya. Saya mendedikasikan hampir seluruh hidup saya untuk menciptakan jenis mesin tenun yang baru. Sekarang saatnya giliranmu. Kamu harus berusaha sungguh-sungguh untuk menyelesaikan sesuatu yang akan memberi manfaat bagi masyarakat.”

Kiichiro kemudian dikirim untuk sekolah di Tokyo Imperial University, mengambil jurusan teknik mesin dengan fokus pada teknologi mesin. Mengikuti jejak ayahnya, Kiichiro juga selalu melakukan belajar melalui praktek (learning by doing). Dalam membuat mesin bagian tersulit adalah mengecor blok mesin. Kiichiro melakukannya sendiri dengan membuat mesin kecil, terus menerus hingga berhasil. Usaha Kiichiro akhirnya menjadi Toyota Automotive Company, salah satu perusahaan mobil terbaik di dunia. (Kutipan dari buku The Toyota Way, karya Jeffrey K. Liker).

-
TEKUN dan KREATIF
M. Musrofi

Kewirausahaan memerlukan energi, komitmen, dan niat kuat untuk berhasil. Karena itu Anda harus betul-betul mencintai kegiatan itu.
– Joseph Schmidt

Tekun

Susi Susanti juara All England empat kali, peraih emas pertama Indonesia di Olimpiade. Ia berlatih bulu tangkis 6 hari per minggu, dari jam tujuh pagi sampai jam sebelas siang, disambung lagi jam tiga sore sampai jam tujuh malam. Rutinitas ini dia lakukan bertahun-tahun!

Curtis Strange, juara golf, melatih diri dengan memukul 2.000 bola golf setiap hari sebagai persiapan tour. Sidney Sheldon, seorang novelis besar, melatih diri dengan menulis 50 halaman setiap hari. Bintang basket, Michael Jordan, melakukan bidikan sambil melompat ratusan kali setiap harinya, tanpa kecuali. Jim Carrey, bintang film yang meminta bayaran 20 juta dolar untuk setiap peran yang dia mainkan di film, ketika masih remaja, ia habiskan waktu berjam-jam setiap harinya berlatih di depan cermin.

Orang-orang besar itu adalah orang-orang tekun. Tekun berarti melakukan aktivitas tertentu dalam jangka waktu yang lama. Anthony Robbins mengatakan, “Repetition is the mother of skills.”

Persoalannya: mengapa orang bisa tekun? Mari disimak sejarah amat singkat Thomas Alva Edison. Ia memiliki 1.093 hak paten dan pendiri General Electric. Suatu saat ia mengatakan, ”Genius adalah 1% inspirasi dan 99% keringat.” Untuk menemukan lampu pijar, ia telah gagal 10.000 kali. Kita mungkin berkomentar,”Sungguh ia pekerja keras.” Tapi apa kata Edison? Ia mengatakan, ”Saya tidak pernah bekerja sehari pun dalam hidup saya, semua adalah keasyikan.” Jadi ia bisa tekun karena ia asyik, fun, enjoy dengan semua aktivitas yang dia.

Untuk menyusun buku laris The Millioner Next Door dan Millioner Mind, Stanley membutukan waktu 20 tahun, dari tahun 1980 sampai tahun 2000. Bertahun-tahun ia mengumpulkan data, wawancara, laporan riset, dan survei. Ia mengatakan, “Tampaknya seperti banyak pekerjaan untuk waktu yang lama, tetapi saya menyukai pekerjaan saya, dan saya tidak pernah merasa bosan.”

Kreatif

Maaf, banyak supir becak, bertahun-tahun tetap menjadi supir becak. Tetapi ada seorang supir becak di daerah Cirebon yang kemudian menjadi produsen becak mini. Mengapa yang satu jadi pengusaha becak, yang lain tetap menjadi supir becak?

Tekun tanpa kreativitas tidak akan menelorkan ide-ide baru. Tanpa ide-ide baru mustahil menghasilkan metode, produk, atau jasa inovatif. Tanpa metode, produk, atau jasa inovatif orang sulit maju.

Schwart mengatakan, “Banyak orang yang ambisius melaksanakan hidupnya dengan tekun, namun mereka pada akhirnya kekalahan yang mereka dapatkan, karena mereka tidak mengadakan eksperimen dengan cara-cara atau pendekatan-pendekatan yang baru.”

Mengapa orang yang satu tekun bisa kreatif sedangkan yang lainnya yang juga tekun tidak mampu mengembangkan kreativitasnya? Tentu ada banyak alternatif jawaban atas pertanyaan ini. Orang yang tekun tetapi tidak mampu mengembangkan kreativitasnya kemungkinkan besar karena ketekunannya tersebut karena faktor keterpaksaan, dan tidak bisa mengubah keterpaksanaan tersebut menjadi suatu bentuk cinta. Sedangkan yang lain bisa tekun dan kreatif, karena ketekunannya tersebut dilandasi rasa cintanya terhadap aktivitasnya.

Stanley mengatakan,”Ingat, bila Anda menyukai apa yang Anda lakukan, produktivitas Anda akan tinggi dan bentuk jenius kreatif spesifik akan muncul. Orang kreatif cenderung mencintai usaha atau pekerjaan mereka, dan hal ini adalah salah satu alasan utama mereka sukses dalam hidup. Kecerdasan kreatif adalah komponen utama mengenai kecerdasan sukses.”

Mengenai kaitan mencintai aktivitas usaha dengan kreativitas juga dikemukakan oleh Peter Milwood. Dia mengatakan,”Orang-orang Inggeris mempunyai semangat amatir, yakni mencintai apa yang dikerjakan. Semangat ini memungkinkan timbulnya konsep yang sama sekali baru (kreatif). Tatkala melihat ketel teh yang melambung-lambung, James Watt menemukan gagasan menggunakan uap sebagai tenaga penggerak. Alexander Fleming setelah melihat kekuatan anti-bakteri dari jamur, memikirkan kemungkinannya untuk menggunakannya sebagai obat. Ini adalah contoh hasil semangat amatir.”

Toshio Ikeda, bapak Komputer di Fujitsu, mengatakan, “Kembali pada waktu itu, tak seorang pun diantara kami yang berpikir kemungkinan komputer diubah menjadi bisnis atau tentang peran komputer dalam industri. Pada waktu itu, dari waktu ke waktu, kami hanya menikmati kesenangan semata-mata dan bersifat kekanak-kanakan dalam mencari gagasan terbaik dan entah bagaimana membuat mesin terbaik sedapat mungkin.”

Kesimpulan

Agar kita bisa tekun dan kreatif, kita sebaiknya mencintai aktivitas yang kita lakukan. Selamat membuktikan!

-
CIRI ORANG KREATIF
M. Musrofi

Orang kreatif berupaya bekerja lebih baik. Orang kreatif tidak begitu saja menerima segala sesuatu apa adanya. Mereka selalu mencari cara-cara untuk memperbaiki keadaan. Mereka melihat sesuatu yang dilihat oleh orang lain, tetapi seringkali memikirkan sesuatu yang tidak pernah dipikirkan oleh orang lain. Mereka memandang masalah sebagai peluang dan tantangan yang menggugah semangat untuk mencari inovasi. Seringkali hal-hal ini adalah hal-hal yang kecil, hal-hal yang kita terima apa adanya setiap hari.

Orang kreatif pencetus paradigma. Paradigma adalah seperangkat atau kerangka rujukan. Orang kreatif menerobos batas-batas baku dalam mencari solusi. Mereka mempelajari situasi dengan memanfaatkan banyak sudut pandang dan mampu melakukan pergeseran dramatis dalam pemikiran yang disebut pergeseran paradigma untuk mendapatkan solusi atau kesepakatan.

Orang kreatif mempunyai pemikiran inkuisitif. Orang kreatif selalu ingin tahu. Ini menjadi kebiasaan. Mereka selalu bertanya “mengapa” dan memikirkan segala sesuatu yang tengah berjalan. Mengetahui cara kerja sesuatu berarti dapat mengembangkan berbagai hal daris sesuatu tersebut.

Orang kreatif mempunyai kebiasaan bertindak. Orang kreatif tidak hanya menghasilkan ide-ide baru, mereka juga bertindak mewujudkan ide mereka menjadi kenyataan. Mereka memiliki dorongan yang kuat bagaimana agar sesuatu terjadi.

Orang kreatif mempunyai jawaban alternatif. Mereka tidak hanya membuat satu alternatif solusi. Mereka mencoba untuk mendapatkan solusi-solusi lain.

Orang kreatif menyukai berfikir lunak. Otak kiri bersifat keras terhadap ide. Otak kanan lunak terhadap batasan-batasan. Orang kreatif memanfaatkan dua belah otaknya secara seimbang.

Orang kreatif mencoba kemustahilan. Mereka selalu memperhatikan ide-ide meskipun kelihatan mustahil. Merenungkan ide yang muncul dapat memicu berbagai kemungkinan baru.

Orang kreatif melihat kesalahan sebagai peluang. Mereka tidak suka menghindar dari suatu tindakan meskipun mempunyai kemungkinan salah atau gagal.

-
BERTINDAK
M. Musrofi

Rencana sebagus apa pun tanpa disertai tindakan tidak ada artinya. Tidak ada pilihan lain, just do it! Lakukan saja! Learning by doing!

Vernon A Magnesen yang dikutip Dryden dan Vos mengatakan, “Kita belajar dari 10% apa yang kita baca; 20% dari apa yang kita dengar; 30% dari apa yang kita lihat; 50% dari apa yang kita lihat dan dengar; 70% dari apa yang kita katakan; dan 90% dari apa yang kita katakan dan kita lakukan.” Bacalah sekali lagi kata-kata terakhir Magnesen bahwa kita belajar 90% dari apa yang kita katakan dan kita lakukan.

Ingat kata-kata Edison,”Genius adalah 1% inspirasi (ide atau rencana) dan 99% keringat.” Ide atau rencana itu hanya bernilai 1%, yang 99% adalah tindakan.

-
MELAWAN ASUMSI
M. Musrofi

Anak saya yang baru berusia 4 tahun mengatakan kepada eyangnya,”Rumah punya Eyang dilipat aja, dibawa ke rumahku. Jadi nggak usah pulang…” Anak saya pada suatu saat memakai jam tangan di kaki. Ia suka sekali berdiri di tempat duduk. Ya, banyak lagi kelakukannya yang bertolak-belakang dengan apa yang seharusnya dilakukan. Bagaimana tidak? Rumah yang diasumsikan tidak boleh bergerak itu justru diminta dilipat dan dibawa. Jam yang seharusnya dipasang di tangan dipasang di kaki. Tempat yang seharusnya untuk duduk dipakai berdiri.

Anak-anak memang suka melawan asumsi. Hal inilah salah satu penyebab mengapa anak-anak lebih kreatif dari pada orang dewasa.. Tony Buzan (2002) meringkas hasil penelitian di Amerika mengenai potensi kreatif orang-orang dari berbagai usia sebagai berikut (Tabel 1):

Tabel 1. Kreativitas dari Berbagai Kelompok Usia



KELOMPOK USIA


PERSENTASE KREATIVITAS YANG DIGUNAKAN

Murid taman kanak-kanak


95 – 98%

Murid sekolah dasar


50 – 70%

Murid sekolah menengah / mahasiswa


30 – 50%

Orang dewasa


Kurang dari 20%

Karena itu, melawan atau membalik asumsi merupakan salah satu cara menelorkan ide-ide kreatif. Robert T Kiyosaki ahli menjungkirbalikkan asumsi. Lihat saja Tabel 2. Tabel ini saya ringkas dari buku “Rich Dad, Poor Dad” dan “Cash Flow Quadrant” karangan Kiyosaki.

Lalu bagaimana mengungkap ide-ide dengan cara membalik, melawan, atau menjungkirbalikkan asumsi untuk memperoleh ide-ide baru? Salah satu caranya, ikuti langkah-langkah berikut : Langkah pertama, tulis masalah atau keinginan Anda. Langkah kedua, tulis asumsi yang biasa digunakan untuk memecahkan masalah atau untuk memenuhi keinginan Anda. Langkah ketiga, tulis negasi atau lawanlah atau baliklah asumsi yang biasa digunakan tersebut. Langkah keempat, berpikirlah mengungkap ide-ide baru dari asumsi yang sudah dibalik tersebut, lalu tulis ide-ide baru dari asumsi yang sudah dibalik tersebut.

Sebagai kasus nyata, pada Bulan Oktober 2004, rekening telepon di tempat usaha rekan saya tiba-tiba melonjak sangat tinggi. Untuk memecahkan masalah ini, saya menyarankan rekan saya agar mengikuti langkah-langkah di atas : menulis masalah : bagaimana agar tidak terjadi lonjakan rekening telepon? Menulis asumsi yang biasa digunakan : kurangi frekuensi menelpon atau setiap karyawan tidak boleh menggunakan telepon untuk kepentingan pribadi. Membalik asumsi : setiap karyawan bebas menggunakan telepon baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan perusahaan. Ide baru yang muncul : dirikan wartel di kantor, telepon kantor yang lama hanya boleh untuk menerima. Ide itu benar-benar dia jalankan. Dia dirikan wartel di kantor, dan minta bantuan PT Telkom agar telepon yang lama tidak bisa digunakan untuk menelpon keluar, tetapi bisa untuk menerima telpon dari luar. Apa yang terjadi? Semua karyawan senang, dia juga senang : karena justru ada pemasukan tambahan dari wartel tersebut.

Tabel 2. Perbedaan Keadaan, Asumsi, Pola Pikir “Poor Dad” Dengan “Rich Dad”

KEADAAN, ASUMSI, POLA PIKIR
POOR DAD (AYAH MISKIN)


KEADAAN, ASUMSI, POLA PIKIR
RICH DAD (AYAH KAYA)

Bergelar Doktor (PhD)


Tidak Lulus SMP

Bekerja keras sepanjang hidup


Bekerja keras, lalu bebas financial

Mati meninggalkan utang


Mati meninggalkan puluhan juta dolar

Cinta uang : akar kejahatan


Kekurangan uang : akar kejahatan

Saya tidak bisa membeli


Bagaimana saya bisa membeli?

Belajar giat à kerja di perusahaan


Bekerja giatà membeli perusahaan

Jangan ambil resiko


Belajar mengelola resiko

Membayat rekening di awal bulan


Membayar rekening di akhir bulan

Sibuk menabung beberapa dolar


Sibuk berinvestasi

Rumah = asset


Rumah = liabilities

Mengajarkan menulis riwayat hidup (untuk melamar kerja)


Mengajarkan menulis rencana bisnis dan keuangan

Uang tidak penting


Uang itu penting

Bekerja uantuk uang


Uang bekerja untuk saya

Kaya berarti :

1. Uang, uang, dan uang
2. Orientasi pada pendapatan
3. Banyak uang yang dihasilkan



Kaya berarti :

1. Aset, aset, aset
2. Ciptakan uang dari aset
3. Pendapatan pasif

1. Sekolah dan meraih nilai tinggi
2. Mendapatkan pekerjaan yang baik
3. Gaji tinggi dan aman



1. Menciptakan sistem bisnis
2. Bagaimana orang bekerja untuk Anda
3. Terus bisa menghasilkan uang

1. Waktu adalah uang
2. Bekerja untuk uang
3. Aman
4. Suka kerja, tidak suka investasi
5. Penghasilan rendah, pengeluaran besar
6. Agar aman
7. Budak uang



1. Waktu adalah belajar
2. Uang bekerja untuk Anda
3. Untuk sukses perlu gagal
4. Suka investasi, tidak suka kerja
5. Pendapatan tinggi, pengeluaran rendah
6. Agar bebas
7. Tuan uang

Fokus pada uang.


Fokus pada proses belajar yang terus menerus

Tidak menyadari perubahan


Menyadari perubahan

Fokus berapa uang dihasilkan


Fokus pada investasi

Pemasukan : gaji


Pemasukan dari aset : royalty, sewa, dll

Upaya : meningkatkan gaji


Upaya : meningkatkan aset

Rumah = asset


Rumah = liabilitas

Pemasukan tidak untuk menambah asset


Pemasukan untuk menambah aset

Fokus pada profesi


Fokus pada bisnis sendiri

Mengurus bisnis milik orang lain


Mengurus bisnis milik sendiri

Mengurus bisnis orang lain terfokus pada gaji


Mengurus bisnis sendiri terfokus pada asset

Berusaha mendapatkan pekerjaan yang aman


Berusaha mendapatkan aset yang disukai

Upaya : meningkatkan gaji


Upaya : meningkatkan dan memperkokoh aset

Cepat tertarik untuk membeli barang


Menunda membeli barang, membangun asset

Visi jangka pendek


Visi jangka panjang

Ingin langsung mendapatkan hasil


Percaya pada penundaan hasil

Menyalahgunakan kekuatan penggandaan


Kekuatan penggandaan

Lompatan besar


Ambil langkah kecil, lalu tekuni

--

MEMBANGUN MISI, VISI, DAN SASARAN USAHA
M. Musrofi

Imajinasi lebih penting dari pada ilmu pengetahuan.- Albert Einstein

Andai saja kita diminta membangun sebuah rumah. Sesederhana apa pun rumah itu, yang pertama kali dilakukan adalah membayangkan atau berimajinasi tentang sebuah rumah. Imajinasi tersebut dituangkan ke dalam sebuah gambar. Mungkin gambar itu perlu beberapa kali diperbaiki : ditambah, dikurangi, diubah. Gambar selesai. Biaya material dan tenaga kerja dihitung. Sasaran dan target penyelesaian pembangunan rumah ditentukan. Strategi disusun: bagaimana urutan dan cara penyelesaian setiap bagian rumah. Rencana tindak (action plan) ditulis : pekerjaan apa dikerjakan siapa dimana berapa biaya dan kapan. Cetak biru rumah selesai. Lalu just do it! Jalankan saja!

Kata orang, masa depan itu diciptakan. Dan awal penciptaan adalah imajinasi dan gambaran tentang masa depan atau visi. Imajinasi merupakan modal awal bagi seseorang untuk meraih sukses yang diinginkannya. Imajinasi merupakan pemicu yang mendorong kita untuk bergerak melakukan sesuatu. Anda akan punya kekuatan untuk mencapai imajinasi. Walau Anda tidak langsung dapat meraihnya, tetapi melalui usaha yang bertahap suatu saat imajinasi, mimpi, dan fantasi akan menjadi kenyataan.

Membangun rumah diawali dengan visi. Masak membangun masa depan usaha tanpa visi? Orang yang memulai usaha dari nol, biasanya tidak mau berpikir nasib usahanya dalam jangka panjang. Yang penting jalan dan menguntungkan, begitu kira-kira yang sering ada di benak orang. Ini pun tidak masalah. Namun, jauh lebih baik apabila ada visi. Dengan visi, orang akan tekun, dan terus-menerus termotivasi menuju visi tersebut. Tanpa visi, orang hanya terfokus pada keuntungan jangka pendek. Ketika usaha kelihatan kurang menguntungkan langsung mencari-cari usaha baru. Usaha yang satu gagal, ganti usaha yang lain. Usaha yang lain gagal, ganti usaha yang lain lagi, begitu seterusnya --sampai tua! Ingatlah Thomas Alva Edison, pemegang 1.093 hak paten –suatu rekor tertinggi sebagai pemilik hak paten-- dan pendiri General Electric pernah dikeluarkan dari sekolah. Sebelum Edison bisa membuat lampu yang berpijar ternyata ia telah mencoba sekitar 10.000 (ada yang mengatakan 9.000) lampu yang gagal. Untuk menemukan aki dia telah mencoba sebanyak 50.000 kali. Kolonel Sanders, telah ditolak oleh seribu lebih toko ketika ia menawarkan resep masakan ayam goreng. Akhirnya ia begitu tersohor dengan Kentucky Fried Chicken-nya (KFC). Mesin photo copy Xerox sebelum tersohor seperti sekarang ini, pernah ditolak oleh 20 perusahaan. Walt Disney runtuh 302 kali sebelum menjadi sebuah bisnis begitu gagah dan kuat. Henry Ford mengalami kebangkrutan sebanyak 5 kali. Kegagalan berubi-tubi, tetapi mereka tetap fokus. Pepatah Cina mengatakan, “Kalau Anda tetapkan satu tujuan (fokus) dan Anda terus berupaya meraihnya, tujuan itu akan tercapai.”

Pertanyaannya : bagaimana cara membangun visi usaha? Sebelum membangun visi, sebaiknya diketahui bidang usaha –bolehlah disebut misi-- ,”Apa sebenarnya usaha kita?” Ada ilustrasi yang diungkap Michael Michalko : Theodore Vail dipecat dari Bell Telephone pada tahun 1890, ketika dia nekat bertanya kepada manajemen, “Apa sebenarnya bisnis kita?” Dia dipanggil lagi 10 tahun kemudian, yakni ketika konsekuensi dari ketiadaan jawaban atas pertanyaan tersebut terbukti –yaitu ketika Bell System, yang beroperasi tanpa definisi yang jelas, telah hanyut dalam krisis parah dan terancam diambil alih oleh pemerintah. Jawaban Theodore Vail, “Bisnis kita adalah jasa, bukan telepon.” Jawaban ini mendorong inovasi radikal dalam kebijakan bisnis Bell Telephone.

Bagaimana cara mendefinisikan bisnis kita? Untuk ini perlu dijawab dua pertanyaan: Apa jenis bidang usaha Anda? (Manufaktur, perdagangan, atau jasa). Apa jenis produk atau jasa yang dihasilkan? Dijelaskan dengan spesifikasinya.

Setelah misi usaha sudah diketahui, langkah selanjutnya adalah menggambarkan visi atau masa depan usaha yang diinginkan. Langkah-langkah membangun sebuah visi sebagai berikut:

Langkah pertama : biarkan pikiran bebas, tenang, dan jernih. Berimajinasi seolah-olah usaha telah berjalan. Seolah-olah semua aktivitas usaha berjalan baik. Harapan-harapan yang menggairahkan dan menarik dibangkitkan.

Langkah kedua : pada suatu hari yang paling sempurna, lima tahun yang akan datang, tiba-tiba pada jam 10.00 pagi, Anda dihubungi stasiun televisi ternama untuk sebuah wawancara ekslusif, karena kesuksesan usaha Anda. Dalam wawancara tersebut, apa yang akan Anda jelaskan tentang sejarah usaha Anda? Tulislah sejarah usaha Anda itu sekarang! Tulislah bagaimana Anda berjuang dari tahun ke tahun untuk membangun kesuksesan usaha tersebut. Tulislah semua itu dengan penuh keyakinan diri.

Langkah ketiga : tulislah dengan singkat maksimum 50 kata sebagai ringkasan dari apa yang telah Anda tulis pada langkah kedua tersebut, mulailah dengan kata “menjadi”. Inilah rumusan visi usaha Anda. Sebaiknya visi itu unik, merupakan ekspresi keyakinan diri, ada keyakinan kuat untuk meraihnya, dan menantang.

Untuk meraih visi perlu tahapan. Setiap tahap diungkap ke dalam tujuan. Tujuan yang baik adalah tujuan yang dapat diperiksa dan diukur (verifiable) apakah tujuan tersebut tercapai atau tidak. Tujuan yang verifiable memenuhi lima kriteria “SMART” (cerdas), yakni : S – Spesific : rumuskan setepat-tepatnya apa yang ingin Anda capai untuk usaha Anda secara rinci. M – Measurable : tentukan bagaimana Anda mengukur kemajuan usaha Anda, yang terpenting, Anda bisa mengetahui apakah usaha Anda telah mencapai sasaran atau belum. A – Accountability: buatlah niat bulat secara pribadi bahwa Anda bertanggungjawab bagi tercapainya sasaran usaha Anda. – Realistic: patoklah sasaran-sasaran yang ambisius namun dapat dicapai. T – Time Line : ada target waktu pencapaian.

-
MENYULAP MASALAH MENJADI PELUANG
M. Musrofi

Bagaimana cara mengubah masalah menjadi peluang? Tentu ada seribu satu cara. Salah satu caranya ikuti langkah-langkah berikut : Pertama, tulislah masalah Anda di secarik kertas. Kemaslah masalah dalam bentuk pertanyaan. Kedua, cegah jangan sampai mencari sebab masalah, apalagi membuat solusi. Oleh karena kalau hal ini dilakukan dengan serampangan bisa-bisa ditemui jalan buntu! Ketiga, tulislah kata acak yang Anda ingat, atau tulislah sebuah benda yang Anda lihat, benda apa saja. Keempat, tulislah berbagai hal yang terkait dengan kata tersebut. Kelima, paksakan kaitan antara masalah Anda dengan berbagai hal yang terkait dengan kata Anda. Keenam, tulislah ide-ide Anda. (Langkah-langkah tersebut merupakan kombinasi dari “Pikiran Brutal” dalam Thinkertoys karangan Michael Michalko dan InnovAction oleh Dennis Shewoord). Berikut kasus nyata bagaimana mengubah masalah menjadi peluang.

Kasus Nyata Pertama
Ervianto, pemilik dan pimpinan perusahaan mebel ekspor menemui saya,”Mas, tolong carikan investor. Saya ada order baru nih. Saya tidak punya modal (kerja). Pinjam bank sudah tidak bisa, sertifikat tanah sudah masuk bank.” Apa yang dikatakan Ervi tersebut adalah masalah (ada order baru), sebab masalah (tidak ada modal kerja), dan solusi (cari investior). Mari kita fokuskan pada masalahnya saja, lalu ikuti keenam langkah di atas : pertama, rumusan masalah,”Bagaimana cara mengatasi order baru?” Kedua, tahan jangan mencari sebab masalah. Ketiga, ketika dihadapkan pada masalah itu, saya melihat tempat sampah. Spontan saya tulis “sampah”. Keempat, saya tulis hal-hal yang terkait dengan sampah : dibuang, daur ulang, dipilah (sampah organik dan anorganik), sumber penyakit, bau tidak sedap. Kelima, saya buat analogi dan asosiasi dari hal-hal yang berkaitan dengan sampah lalu saya paksa kaitkan dengan masalah Ervianto tersebut :

* Dibuang (sampah dibuang). Kata “dibuang” menghasilkan ide : order itu dikesampingkan dulu, atau order itu dikaji ulang : apa benar menguntungkan? Dari sini, saya menanyakan order tersebut pada Ervi. Ternyata order baru adalah garden furniture. Padahal selama ini perusahaan memproduksi indoor furniture, dimana proses produksi garden furniture jauh berbeda dan lebih kompleks dibandingkan indoor furniture.
* Daur ulang sampah. Kata “daur ulang” memunculkan ide : kalau ada barang setengah jadi yang ditolak (reject) dirakit, lalu dijual ke pasar lokal dengan harga murah. Begitu juga barang jadi yang reject, dijual di pasar lokal. Hasil penjualan untuk memperkuat modal kerja. Dua ide ini layak dilakukan, karena tdi perusahaan banyak tumpukan barang setengah jadi dan barang jadi yang reject.
* Dipilah. Kata “dipilah” memicu ide : pemilahan atau pemisahan proses produksi order baru dengan order lama, bahkan dengan pembentukan PT (Perseroan Terbtas) baru. Cara ini lebih menarik minat investor, dari pada investor hanya diposisikan sebagai penyedia dana saja tanpa terlibat didalam perusahaan.
* Sumber penyakit (lalat pembawa penyakit). Kata “terbang” menghasilkan ide : ke sana ke mari mencari informasi tentang sumber permodalan selain bank dan investor individual, misalnya Depkop dan UKM, dan BUMN (PT TELKOM, PT PLN, PT ANGKASA PURA, dsb.).
* Bau tidak sedap. Kata “bau” saya kaitkan dengan “mengetahui”, “mengenal”. Bagaimana agar perusahaan yang berprospek bagus tersebut dikenal berbagai sumber permodalan. Ide : membuat prospektus sederhana sebagai alat komunikasi dengan berbagai sumber permodalan.

Langkah keenam, saya tulis semua ide: 1) Kaji ulang keuntungan dan kerugian menerima order baru. 2) Barang setengah jadi yang reject dirakit, lalu dijual di pasar lokal. 3) Barang jadi yang reject yang menumpuk di gudang dijual di pasar lokal. 4) Pembentukan perusahaan (PT) baru. 5) Pembuatan prospektus. 6) Mencari informasi ke Depkop dan BUMN.

Kasus Nyata Kedua

Rekan saya (Agus) adalah asisten laboratorium komputer di sebuah politeknik (dia tidak bisa menjadi dosen karena lulusan D3). Dia mengeluh,”Saya bingung. Politeknik menerapkan aturan baru yang ketat : tidak boleh pulang atau keluar kampus sebelum jam 16.00. Akibatnya saya tidak dapat tambahan pendapatan, karena saya tidak bisa nyambi menerima service komputer di luar kampus, pada jam kosong. Mau keluar (dari politeknik), tidak punya lagi gaji tetap, sudah beristri soalnya…”

Agus menghadapi jalan buntu, justru karena ia telah menetapkan sebab masalah (yakni tidak bisa nyambi service komputer). Saran apa yang saya berikan ke Agus? Ketika itu di meja saya ada Majalah “Entrepreneur” (ME). Spontan saya tulis kertas kosong: “majalah ME” dan hal-hal yang ada di majalah tersebut : terbit sebulan sekali, entrepreneur, sampul didominasi warna gelap, ada warna merah, ada warna kuning, 54 halaman. Lalu saya kembangkan kesamaan dan saya paksa kaitkan dengan masalah Agus :

* Terbit sebulan sekali. Kata “terbit”, memunculkan ide : buat dan terbitkan buku praktis tentang reparasi hardware dan software komputer. Naskah buku dibuat di kampus, pada jam kosong, tidak perlu keluar kampus.
* Majalah “Entrepreneur”. Kata entrepreneur memunculkan ide : Agus agar sering membaca biografi / outobiografi para entrepreneur untuk membangkitkan jiwa wirausaha.
* Warna gelap ME. Kata “gelap” dianalogikan dengan bingung, tidak tahu arah. Hal ini memunculkan ide : agar Agus membuat visi diri (menjadi apa setahun atau lima tahun dari sekarang).
* Warna merah pada ME. Merah identik dengan berani, memunculkan ide: Agus harus berani mengambil keputusan untuk memilih : tetap menjadi asisten atau keluar menjadi entrepreneur.
* Warna kuning di ME, mengingatkan saya pada burung kepodang. Burung terbang ke sana ke mari, saya analogikan bahwa Agus harus terus menambah pengetahuan dan keterampilan dari berbagai sumber.

Jadi ide-ide untuk Agus : 1) Mengarang buku tentang komputer, lalu diterbitkan. 2) Membaca biografi / otobiografi entrepreneur sukses. 3) Berani mengambil keputusan. 4) Membuat visi diri. 5) Selalu menambah pengetahuan dan keterampilan.

Selamat mengubah masalah menjadi peluang!

-

How To Train Your Dragon
*oleh Made Teddy Artiana, S. Kom



Ada sebuah film animasi tiga dimensi (3D) yang sangat menghibur, namun sarat
akan pelajaran moral yang luar biasa, yang sepertinya wajib kita tonton.
Sebuah film yang dulu kabarnya pernah menduduki puncak tertinggi urutan box
office, dengan penghasilan tertinggi USA.(Sequel keduanya segera akan hadir
)

Film itu adalah "How To Train Your Dragon".


Film yang mengambil setting kehidupan bangsa Viking di jaman dahulu.
Diceritakan pada waktu itu musuh bebuyutan orang Viking adalah Dragon/naga.
Tetapi Naga orang Viking berbeda dengan persepsi Naga di kepala orang Asia,
agak berbeda. Yang satu binatang melata berwujud ular raksasa, namun
berkaki, yang lain punya sayap dan bisa terbang. Yang satu menelan mangsa,
yang lain menyemburkan api. Tetapi keduanya punya wajah dan sisik mirip.

Saking musuh bebuyutannya kedua golongan ini, hingga dari jaman ke jaman
mereka saling bunuh. Bahkan anak-anak orang Viking telah dilatih secara
khusus untuk membunuh para naga. Pelatihan ini demikian serius hingga
ditahapan puncak, mereka laksana gladiator romawi, diharuskan membunuh naga
dalam sebuah gelanggang pertempuran yang ditonton seluruh suku bangsa
mereka.

Ada beberapa jenis naga. Dari yang berkepala dua, kecil mungil
berwarna-warni, bertubuh panjang merah, pendek gempal, hingga Night Furry,
naga siluman yang tidak pernah tampak wujudnya (karena tak seorangpun pernah
melihatnya) namun sangat ditakuti, karena “tembakan maut” api dari mulutnya
laksana peluru kendali yang memiliki ketepatan yang luarbiasa.

Oleh suku bangsa Viking hampir semua naga memperoleh predikat : berbahaya
dan bunuh ditempat, hanya Nigth Furry yang berpredikat berbeda : jika ia
muncul, bersembunyilah dan berharaplah agar tidak diketahui alias tidak
mungkin untuk dikalahkan dan sia-sia untuk dilawan.

Tersebutlah seorang remaja Viking bernama Hiccup. Jika bayangan kita
terhadap orang Viking adalah kekar, seram, kuat, berbulu dan berambut
panjang. Hiccup persis kebalikannya. Licin, klimis, letoi, berambut pendek
lurus dan kurus ceking. Ia adalah kijang yang tersasar digerombolan singa
Afrika. Ikan mujair diantara kumpulan para piranha.

Jika orang Viking selalu mengandalkan kekuatan mereka, Hiccup yang kebetulan
tidak memilikinya, lebih mengandalkan sesuatu didalam kepalanya. Namun
demikian karena standar yang mendominasi semua orang sebangsanya adalah
"kekuatan" dan "kebengisan" dan bukannya "otak" dan "hati", maka kelebihan
Hiccup tetap saja tidak mampu memberikan sumbangsih apapun bagi eksistensi
dirinya. Sehingga Hiccup tetap merupakan noda yang cukup memalukan tidak
hanya bagi seluruh kaumnya, namun terutama juga untuk sang ayah yang
kebetulan kepala suku bangsa Viking yang sangat dihormati. Karena jangankan
untuk membunuh naga -yang notabene adalah kebanggaan orang Viking-
bertindak-tanduk sebagai seorang Viking pun, Hiccup sepertinya tidak akan
pernah sanggup. Inilah yang membuat perasaan inferior tampak membayangi
kehidupan Hiccup.

Dalam sebuah penyerangan segerombolan naga kepemukiman bangsa Viking,
seperti yang lain, Hiccup bermaksud ikut berperang mengusir naga-naga itu.
Tetapi ia terlalu lemah dan terlalu sial untuk berhasil. Namun tanpa
sepengetahuan siapapun, Hiccup telah menciptakan sebuah alat untuk menyerang
para naga. Dan alat itu ia gunakan, persis ketika naga "siluman" yang paling
ditakuti -Nigth Furry- datang menyerang. Sebenarnya ia berhasil menembakkan
alat itu kepada Nigth Furry, tetapi karena memang selalu bernasib sial,
Hiccup kembali menimbulkan kekacauan dan kerugian besar dalam perang
tersebut. Alhasil, ia kembali jadi bulan-bulanan kemarahan ayah dan
bangsanya, walaupun ia berusaha mengatakan pada mereka bahwa senjatanya
berhasil mengenai Nigth Furry, dan naga yang paling ditakuti sekaligus tak
pernah terlihat wujudnya itu terjatuh disebuah bukit tak jauh dari
pemukiman.

Pengakuan yang sangat terlalu mustahil, terlebih bagi seorang Hiccup.

Hingga akhirnya Hiccup berusaha membuktikan penglihatannya sendiri. Dan
betapa terkejutnya ia ketika mengetahui senjatanya itu tidak hanya berhasil
mengenai naga siluman itu, tetapi juga melukainya hingga naga yang paling
ditakuti itu terluka dan tidak berdaya. Namun demikian Hiccup memutuskan
tidak membunuh hewan yang sudah tidak berdaya itu. Ia terlalu berperasaan
untuk melakukannya.

Lewat proses pemahaman yang demikian unik, terjalinlah persahabatan antara
Hiccup dan Nigth Furry, yang kemudian ia namai dengan Toothless. Tidak hanya
itu, Hiccup berhasil memahami perilaku naga itu, dan menjadikan Nigth Furry
hewan tunggangannya. Sesuatu yang luar biasa dan tidak akan pernah
terpikirkan oleh seorang Viking, yang segera akan lari tunggang langgang
jika mendengar teriakan Nigth Furry yang mendirikan bulu roma.

Namun justru disinilah konflik itu mulai terjadi, ketika akhirnya
persahabatan yang diharamkan ini diketahui oleh ayah dan bangsanya, sehingga
mereka sangat murka terhadap Hiccup. Seperti biasa penjelasan Hiccup tentang
naga-naga yang sebenarnya sama seperti perilaku bangsa Viking, dan manusia
umumnya, yang membunuh jika terdesak dan merasa terancam, tidak pernah
mendapat kesempatan untuk masuk kepikiran mereka. Mindset lama tentang
"dibunuh atau terbunuh", terlalu menguasai pikiran mereka, sehingga
pencerahan yang dibawa Hiccup dianggap sebuah dosa dan kesalahan fatal.

Singkat cerita, pemahaman baru ini justru menjadi sebuah senjata yang luar
biasa bagi Hiccup yang akhirnya membawa ia menjadi seorang pahlawan yang
sangat dikagumi oleh bangsanya, dengan bekerja sama dengan Nigth Furry untuk
membunuh seekor naga raksasa yang jahat, yang menjadi gembong yang memaksa
naga-naga lain yang jauh lebih kecil untuk mencuri, merampok hewan bangsa
Viking.

Akhirnya para naga dan bangsa Viking tinggal berdiam dengan penuh harmoni di
pemukiman yang sama.

Sebuah pelajaran moral yang aku anggap paling mengesankan adalah betapapun
lemah, kurang, berbedanya diri kita dengan standard baku yang berlaku
dimasyarakat, namun keunikan yang kita miliki tetap dapat dijadikan senjata
ampuh untuk meraih kesuksesan hidup. Dan kesuksesan itu bisa jadi berbeda
dengan yang ayah kita, keluarga, boss dikantor, para motivator, orang
kebanyakan gariskan sebagai sebuah kelaziman.


Dulu, hanya Copernicus yang mengatakan dunia ini bulat.

Ia jelas-jelas berbeda dengan seluruh manusia
yang ada saat itu. Ia berpendapat, sedangkan yang lain tidak berpendapat.
Mereka hanya menelan bulat-bulat apa yang sudah terlanjur diturunkan dari
moyang mereka. Dan kini jika ada orang yang mengatakan bahwa bumi ini datar,
pastilah semua orang menganggap orang tadi sudah kehilangan akal warasnya,
persis ketika dulu Copernicus dianggap tidak waras oleh orang sejamannya.
Jadi jelas, bahwa kebenaran tidak selalu identik dengan gerombolan.

Para penyendiri, atau mereka yang dibuat sendiri, karena dianggap aneh oleh
sekitar -walaupun tidak selalu mutlak benar- seringkali membawa pencerahan
luar biasa bagi pola pikir yang sudah jenuh. Namun demikian memang tidak
dapat disangkal bahwa kita adalah mahluk yang cenderung mengikuti arus masa
kebanyakan.

Tapi tunggu dulu, sebelum terlalu jauh ada baiknya jika istilah “kelemahan”
atau “perbedaan” dalam hal ini, tentu bukan merupakan sebuah perilaku minus
yang memang harus diubah.

*Sifat kurangajar dan tidak hormat.
Ketidakjujuran.
Kebiasaan merendahkan.
Berkata kasar dan suka menyakiti orang lain.
Malah belajar.
Penunda.
dll*

yang seringkali mewakili ungkapan “*Suka atau tidak, sifat ku memang begini”
* aku rasa diluar kategori pembahasan kita. Itu bukan kelemahan-kelemahan
yang dimaksud. Itu sesuatu yang harusnya –jika kita memiliki harga diri yang
cukup kuat- mendapat prioritas untuk diperbaiki segera.

*Lahir disebuah keluarga miskin.
Tidak punya biaya untuk bersekolah.
Punya keadaan fisik yang serba kurang
(kurang tinggi, kurang cantik, kurang tampan).
Cacat.
Yatim piatu.
Korban brokenhome.
Dianggap bodoh/kurang pandai.
Gagap.
dll.*

Adalah sederet keadaan tentunya masuk dalam kategori.

Seorang teman yang dari kecil sangat hobby akan seni ketrampilan tangan
baru-baru ini curhat padaku. Ia merasa keluarga –biasanya hambatan dan
hinaan itu datang dari orang-orang terdekat- menganggap hobby dan
ketrampilannya ini tidak memiliki masa depan, sehingga keluarga mengharuskan
ia mencari pekerjaan yang lebih mapan, yang sebenarnya tidak ia sukai.
Padahal ada sebuah pengalaman yang sampai kini begitu berkesan dihatinya
adalah ketika hasil karyanya dibeli mahal oleh seseorang karena dianggap
sangat unik. Ini terjadi ketika ia duduk dikelas enam SD. Tapi apa lacur,
orang tuanya menganggap itu semua sebagai sebuah kebetulan belaka.

Lain lagi cerita seorang kenalan, yang menjadi korban orang tua yang
brokenhome. Ayah ibu bercerai. Ayah masuk penjara, ibu kawin lagi. Kini
tinggalah ia sendiri berjuang bersama kedua adiknya yang masih kecil,
bertahan hidup dengan beban psikologi yang begitu berat.

Belum lagi seorang kenalan lain –kali ini wanita- yang karena merasa diri
kurang menarik, memutuskan untuk tidak pernah memulai hubungan dengan
seorang pria, hingga usia nyaris mendekati empat puluh tahun. “Dari pada
terluka, mending tidak”, begitu ungkapan favorite nya.

Seorang karyawan yang di-PHK justru dalam keadaan genting, istrinya sedang
hamil tua, anak ke-3 !!!

Seorang istri dengan dua orang anak yang kemudian ditinggal mati oleh sang
suami.

Dan lain-lain sebagainya. Mungkin kita tidak sadar bahwa cerita-cerita ini
begitu sering hilir mudik didepan hidung kita.

Kontras dengan itu semua, Anthony Robin dalam buku fenomenalnya : The
Awakening of Giant Within bercerita tentang sebuah kekuatan luar biasa yang
ada pada diri setiap insan. Kekuatan yang seringkali tertidur dan menunggu
untuk disadari eksistensinya, untuk kemudian mengambil alih peran hidup yang
sementara ini dilakoni dengan tanpa daya.

Uniknya, seringkali kita membayangkan kekuatan itu sebagai sesuatu yang
dashyat seperti : naga, harimau atau raksasa. Tentu saja tidak sepenuhnya
keliru, karena memang daya dan kekuasaannya memang sehebat mahluk-mahluk
tersebut.

Namun sebagaimana hidup yang selalu bermain petak umpet dalam cara-cara
siluman (berkah dalam kemalangan, kegagalan mendahului kesuksesan, malaikat
dalam rupa tak sewajarnya) kekuatan-kekuatan tadi lebih sering mengambil
rupa justru dalam wujud yang sangat tidak kita sukai alias yang tidak kita
duga. Kelemahan-kelemahan yang memalukan, yang membuat minder dan menekan
urat syaraf itulah wujud mereka mula-mula.

Kini tergantung kita, apakah kita punya cukup keberanian untuk berhadapan
dengan kelemahan-kelemahan itu –yang sebenarnya adalah naga, harimau atau
raksasa yang sedang malih rupa. Ataukah kita karena putus asa, minder,
merasa sial atau disia-siakan oleh hidup memilih balik kanan bubar jalan,
atau mendekam dipojok ruangan hingga akhir hidup kita sambil terus bergumam
tentang betapa menyedihkannya diriku ini.

Bahkan seekor naga (baca : kekuatan naga) pun perlu dilatih untuk
memunculkan kekuatan mereka yang sebenarnya. Bagaimana cara melatihnya ? How
to train your dragon ? Simple, dengan mengakui keberadaan mereka, kemudian
mensyukuri semua kelemahan, keterbatasan kekurangan dan ketidakstandaran
kita, lalu berhadapan face to face dengan hidup ini bersenjatakan
kelemahan-kelemahan itu.

Maka segera saja kita akan temukan betapa sesuatu yang kita anggap kelemahan
adalah senjata pamungkas yang diberikan Sang Pencipta kepada kita. Dalam
arti kata, kita sudah dipersiapkan sebaik mungkin –jauh sebelum kita lahir-
untuk menjadi lebih dari sekedar pemenang. DIA adalah pihak yang paling tahu
bagaimana cara membentuk kita sehebat yang prototype yang sebenarnya IA
rancang. (*)

-

Awal dan akhir dari Hukum Taurat



Sambungan Ke Bagian #3



Bab Empat

"Sebab aku telah mati oleh hukum Tauratuntuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan telah menyerahkan diriNya untuk aku" (Gal 2:19-20)



Inilah kesaksian dari rasul Paulus–"mati bagi hukum Taurat, tetapi hidup untuk Allah." Ini adalah inspirasi firman Allah, kesaksian dari eksponen yang hebat dari kasih karunia, rasul besar yaitu Paulus sendiri. Sesungguhnya ini adalah suatu pernyataan yang berani dan hebat; namun itu ada sebagai kesaksian Alkitab. Nah kesaksian Paulus ini adalah jawaban dari tindakan dari rasul Petrus yang sangat tidak konsisten di Antiokia. Paulus telah mengajar orang-orang percaya non Yahudi di Antiokia bahwa mereka ber-ada di bawah kasih karunia, dan selama-lamanya bebas dari kutuk dan penghukuman dari perintah-perintah hukum Taurat. Petrus telah mendengar ini dan datang mengunjungi Paulus, dan gereja di Antiokia, dan ketika ia melihat bukti kasih karunia Allah, ia ambil tempat dengan mereka di bawah kasih karunia, bergaul dan menyembah bersama orang-orang percaya non Yahudi ini, (suatu yang dilarang oleh hukum Taurat), ia makan ber-sama orang-orang ini (juga dilarang oleh Taurat untuk orang Yahudi melakukannya) dan secara umum ia hidup bersama mereka dalam kebebasan penuh dalam kasih karunia, bebas dari hukum Taurat.



Tetapi sesuatu terjadi. Orang-orang penganut Taurat yang legal di Yerusalem mendengar ini semua, dan datang kesana untuk memata-matai kebebasan dari Paulus dan Petrus dan orang-orang Kristen non Yahudi di Antiokia, dan pada waktu Petrus melihat orang-orang ini datang, ia menjadi takut, dan menarik dirinya dari orang-orang percaya non Yahudi dan membawa dirinya kembali di bawah hukum Taurat. Tetapi biarlah Paulus menceritakannya sendiri. Anda dapat menemukannya tercatat di Galatia 2:12:

"Tetapi setelah mereka datang, ia mengundurkan diri dan menjauhi mereka karena takut akan saudara-saudara yang bersunat. Tetapi waktu kulihat bahwa kelakuan mereka itu tidak sesuai dengan kebenaran Injil, aku berkata kepada Kefas dihadapan mereka semua, 'Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi?' Menurut kelahiran kami adalah orang Yahudi dan bukan orang berdosa dari bangsa-bangsa lain. Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: 'Tidak ada seorangpun yang dibenarkan' oleh karena melakukan hukum Taurat." (Gal 2:12, 14-16)



Tingkah laku yang tidak konsisten dari rasul Petrus membuat Paulus sangat marah sehingga ia menegur Petrus secara terbuka untuk ketidak konsistennya. Nah, dalam kaitan inilah Paulus memberikan kesaksiannya ini yang kita telah baca. Ia berkata, "Dengarlah Petrus, sepanjang yang menyangkut diri saya, 'Saya diluar hukum Taurat, mati bagi hukum Taurat.'" "Mati bagi hukum Taurat" kata Paulus. Taurat tidak tidak mengetahui kehadiran saya. Di mata Taurat saya telah mati. Dalam penglihatan Taurat, saya bahkan tidak ada lagi. Saya bebas dari hukum Taurat, mati terhadap hukum Taurat, dan dilepaskan dari hukum Taurat selama-lamanya.



Nah, mengapakah Paulus dapat mengatakan sesuatu seperti ini? Suatu ilustrtasi mungkin dapat akan membantu. Bayangkan bersama saya suatu kejadian di pengadilan. Seorang telah didakwa karena membunuh, ditangkap, ditawan dan dibawa ke meja hijau. Hakim duduk di bangku, si tertuduh duduk di kursi saksi, dan jaksa menampilkan saksi-saksi satu demi satu, mereka semua memberi kesaksian menyalahkan si kriminal ini. Tapi tiba-tiba sesuatu terjadi. Si tertuduh menjadi pucat, matanya menjadi suram, seluruh tubuhnya kejang-kejang, wajahnya berubah dengan kesakitan, ia meliuk sesaat, kemudian dengan satu helaan nafas ia jatuh ke lantai dan benar-benar mati. Dokter memeriksanya, secara resmi menyatakan ia mati, kemudian menandatangani surat visumnya, dan tata tertib (ketenangan) dikembalikan di ruang sidang.



Sekarang, apakah yang dilakukan oleh hakim? Apakah ia mengetok palunya, dan menyuruh sidang tenang, dan berkata: "Teruskan pemeriksaan perkara orang ini? Panggil saksi berikutnya." Tentu ia saja tidak berbuat demikian. Hukum tidak dapat mengadili seorang yang telah mati. Itu hanya bagi orang yang hidup saja. Orang mati tidak terjamah oleh hukum, dan oleh sebab itu hakim berkata: "Kasus ditutup, sidang dibubarkan." Kasus itu ditutup karena orang itu telah mati.



Nah, Paulus berkata, terjadi untuk keadaanku. Aku telah mati bagi hukum Taurat. Tetapi sekarang perhatikanlah, dari kasus orang yang telah dibuang ini ia menipu hukum. Ia merampas hak hukum untuk memvonis mati dirinya, dengan cara mati sebelum hukum dapat dijalankan. Ia menipu hukum dari hak hukum yang sah untuk mengesekusinya. Tetapi Paulus berkata: "Tidak demikian dengan saya. Aku tidak menipu hukum Taurat." Dan karena itu ia tambahkan tiga kata yang jelas pada ayat kita dalam Galatia 2:19. Paulus berkata tidak saja, "Aku telah mati untuk hukum Taurat", tetapi ia menambahi tiga kata ini: "Aku TELAH MATI OLEH hukum Taurat, telah mati untuk hukum Taurat." "TELAH MATI OLEH", kata Paulus. Nyatanya hukum Taurat itu sendiri telah memvonis aku mati. Taurat itu telah mengeksekusi aku. Hukum Taurat itu tidak menipu, ia telah melakukan haknya menghukum mati aku.



Lagi, izinkan saya melukiskan ini dengan membawa anda kembali ke sidang pengadilan sekali lagi. Pembunuh yang bersalah ini berdiri menanti putusan. Saksi-saksi telah selesai dengan kesaksian mereka, dan semua bukti akhirnya masuk, dan orang itu didapati bersalah dari kejahatan pembunuhan, dan oleh sebab itu hakim menetapkan hari untuk menghukumnya, dan saat harinya tiba, orang ini muncul untuk dijatuhi hukuman, dan sesuai dengan hukum, hakim menetapkan hukuman bahwa pada hari Rabu, andaikan saja tanggal 29 Oktober, ia akan digantung pada lehernya sampai mati, sesuai dengan hukum yang berlaku.



Harinya tiba dan orang yang bersalah itu dibawa keluar dari selnya, berjalan tiga belas langkah, mereka memasang kerudung hitam menutupi kepalanya, menuntun dia ke pintu jerat, dan pada saat yang telah ditetapkan algojo mengatupkan jerat, tubuh orang itu meluncur dengan cepat melalui lubang yang terbuka, dan saat ia mencapai ujung tali, lehernya tersentak, tubuhnya kejang-kejang, wajahnya membiru, dan kemudian tubuhnya tergantung lunglai pada tali itu. Ia telah mati. Dokter memeriksanya, dan menyatakan bahwa ia telah benar-benar mati. Ia mati bagi hukum, tetapi ia lebih lagi dari itu. Ia juga telah selesai mati melalui hukum. Hukum telah membunuh dia, hukum telah sungguh-sungguh dipuaskan. Hukum tidak akan menjamah dia lagi.



Tetapi datanglah suatu kejutan. Tiga hari kemudian, anda mendapati orang ini berjalan melalui rumah anda, hidup. Mulanya anda tidak percaya mata anda, anda lihat lagi tetapi tidak dapat diragukan lagi mengenai hal itu. Anda yakin. Dia itu adalah orang yang sama, oleh sebab itu anda segera ke telepon, memanggil polisi, sherif, satpam, dan katakan kepada mereka untuk membawa orang jahat ini, kemudian anda segera cepat ke hakim dan berkata: "Pak Hakim, Pak Hakim, orang yang telah digantung pada hari Rabu yang lalu itu hidup. Kirim polisi dan tangkap dia. Pegang penjahat itu. Cepat!"



Tetapi hakim itu tidak terkesan sama sekali. Ia berkata: "Nah, tunggu dulu, anda tenang, kita lihat pada buku catatan." Dan ia membuka buku catatan dan berkata: "Maaf, tetapi orang itu telah mati Rabu yang lalu. Sesuai hukum ia telah mati." Tetapi anda berkata: " Pak Hakim , ia hidup" dan hakim itu berkata: "Maaf, hukum ketika membunuh orang itu tidak mengantisipasi kebangkitan. Hukum tidak antisipasi bahwa ia akan hidup lagi; tidak ada di dalam hukum tentang itu, dan karena itu, tidak ada ketetapan di dalam untuk hal darurat seperti itu. Hukum tidak dapat menghukum seseorang dua kali untuk kejahatan yang sama. Di mata hukum orang itu tetap mati, telah mati secara hukum. Ia bebas; ia mati bagi hukum, melalui hukum."



Nah, Paulus berkata, itu adalah gambaran dari apa yang terjadi kepada saya di bawah kasih karunia. "Aku selesai melalui hukum dan mati bagi hukum." Nah alasan apakah yang telah diambil oleh Paulus untuk membuat klaim yang sehebat itu? Saya kira anda akan mengerti alasannya bila anda kembali membaca ayat berikut ini, Galatia 2:20, dimana kita membaca: "Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku"



Aku telah disalibkan dengan Kristus, kata Paulus, aku mati, dan aku mati oleh penyaliban. Di mana semua ini terjadi? Maukah anda katakan pada kami? Di Kalvari, kata sang rasul. Saya telah disalibkan bersama Kristus. Disalibkan bersama Kristus. Apa yang terjadi pada-Nya, terjadi padaku. Ia memenuhi semua hukuman hukum Taurat, dan saya juga berbuat yang sama. Ia mati, dan saya juga mati bersama dia. Nah untuk mengerti pernyataan ini, kita tentu saja harus mengarahkan anda pada ajaran firman Allah tentang tubuh Kristus. Ketika Kristus tergantung pada kayu salib, manusia melihat hanya pada suatu yang kelihatan, fisik, tubuh manusia, terpaku pada sebuah kayu salib. Tetapi bila Allah melihat kepada Yesus di kayu salib, Dia melihat lebih jauh. Dia melihat satu tubuh rohani, satu tubuh mistik. Ia melihat Kepala, Kristus, dan tubuh Kristus terdiri dari anggota-anggota Tubuh-Nya. Alkitab melukiskan Gereja itu sebagai satu tubuh dan menyebutnya Tubuh Kristus, dan orang-orang percaya disebut anggota-anggota Tubuh-Nya secara khusus. Dalam 1 Korintus 12:13 kita membaca: "Sebab dalam satu Roh kita semua …….. telah dibaptis menjadi satu tubuh, dan kita semua diberi minum kedalam satu Roh." (I Kor 12:13 KJV – King James Version).



Dalam Efesus 5:30 kita membaca: "Karena kita adalah anggota-angota tubuh-Nya, daging-Nya dan tulang-Nya." (Ef 5:30 KJV)



Karena itu, Allah melihat dalam tubuh Kristus pada kayu salib di Kalvari, setiap anggota dari Tubuh itu, dan karena kita adalah anggota dari Tubuh itu, melalui iman, kita sedang dalam Kristus pada kayu salib, dan apa yang terjadi pada Tubuh itu terjadi pada anggota-anggotanya dan pada kita. Allah menghitung dan mempertalikan itu kepada kita, seolah-olah kita sendiri sedang berada di sana . Sekarang kita dapat mengerti Paulus bila ia berkata: "Aku disalibkan bersama Kristus." Hukum Taurat menghukum mati aku, dan Kristus dan aku telah mati bagi hukum Taurat.



Tetapi ini belum semuanya. Setelah Yesus mati Tubuh-Nya dikuburkan, dan dibaringkan dalam lobang kubur, tetapi "kita adalah anggota-anggota dari Tubuh-Nya, dari daging-Nya, dari tulang-Nya", dan oleh sebab itu adalah juga benar bahwa sebagai angota-anggota kita telah dikuburkan, dan kita dapat berkata bersama Paulus: "Kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian." (Roma 6:4)



Tetapi itu belum semuanya. Tubuh itu juga bangkit. Seluruh Tubuh dari Kristus bangkit, tidak satu anggotapun yang tertinggal. Ingatlah, kita adalah anggota-anggota dari tubuh-Nya, dari daging-Nya, dari tulang-Nya, dan sebab itu ketika Yesus bangkit, Tubuh bangkit, dan kita bangkit bersama Dia, dan dalam Dia, dan sebab itu kita membaca dalam Kolose 3:1: "Kalau kamu dibangkitkan bersama Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus duduk di sebelah kanan Allah." (Kol 3:1 KJV)



Tetapi malah lebih lagi. Setelah empatpuluh hari, Kristus naik ke Sorga, dan tubuh-Nya pergi bersama Dia, dan hari ini Yesus duduk dalam Tubuh-Nya yang telah disalib, dikuburkan dan dibangkitkan, di dalam Sorga, dan apabila kita adalah anggota-anggota dati Tubuh itu oleh iman. Oleh sebab itu, di dalam Kristus, kita telah duduk dalam tempat di sorga, Dalam Efesus 2:6 kita diceritakan bahwa Allah: "Telah membangkitkan kita bersama-sama, dan membuat kita duduk bersama-sama dalam Sorga di dalam Kristus Yesus." (Ef 2:6 KJV)





Mati bagi hukum Taurat

Ya, sesungguhnya Paulus dapat berkata aku mati bagi hukum Taurat. Aku disalib bersama Kristus, mati dikuburkan, bangkit, dan duduk di sebelah kanan Allah di dalam Kristus. Aku tidak saja naik ke Sorga, tetapi aku siap di sana. Itu dikatakan oleh Charles Haddin Spurgeon: "Selama kepalamu berada di atas air, anda tidak akan tenggelamkan telapak kaki anda." Anggota yang paling rendah di dalam kristus telah selamat dan aman di dalam Kristus, karena "kita adalah anggota-anggota dari tubuh-Nya, daging-Nya, dan dari tulang-tulang-Nya."



Dan karena itu kita telah mati bagi hukum Taurat. Yah seseorang segera menolak: "Itu adalah doktrin yang berbahaya. Anda berkata anda telah bebas dari hukum Taurat, itu tidak lagi ada tuntutan bagi anda." Ya, itu adalah ajaran yang jelas dari Alkitab. Yah, tetapi anda kemudian berkata: "Anda dapat berbuat sesuka hati anda, anda dapat tidak patuh pada hukum dan melakukan dosa dan itu tidak akan membuat perbedaan sama sekali." Aku lihat kawan, bahwa anda tidak tidak mengetahui kasih karunia Allah sama sekali atau anda tidak akan mungkin berkata hal yang demikian itu. Kita telah bebas dari perintah-perintah hukum Taurat, namun bukan tanpa hukum, karena kita sekarang berada di bawah sebuah hukum yang lain, hukum yang lebih baik, hukum kasih dari kebebasan, yah hukum kebebasan yang rajani,. Pailus berkata di dalam kitab Roma: "Kamu juga telah mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus supaya kamu dinikahkan dengan orang lain, yaitu kepada Dia yang telah dibangkitkan dari antara orang mati." (Rom 7:4 KJV).



Untuk alasan ini Paulus berkata dalam teks kita: "Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, agar aku dapat hidup bagi Allah." Agar aku dapat hidup bagi Allah. Maukah anda perhatikan kata-kata itu? Dan dalam Titus 2 kita baca: "Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup binaksana adil dan beribadah dalam dunia sekarang ini." (Titus 2:11-12).



Orang-orang percaya sejati melayani Allah, bukat karena paksaan, bukan karena perintah, bukan karena kekerasan, bukan karena takut, tetapi oleh karena kasih, karena kasih memenuhi hukum Taurat. Izinkan saya melukiskannya. Coba bayangkan kejadian ini di dapur rumah kami di sini di Grand Rapids. Saya akan segera berangkat untuk suatu perjalanan dan karena itu saya memanggil Ny. De Haan ke dapur, dan saya menunjuk pada papan tulis yang yang saya punya di dinding dapur, yang mencatat satu set peraturan-peraturan tingkah laku untuk istri saya selama saya di luar. Saya berkata kepada Ny. De Haan: "Engkau lihat peraturan-peraturan itu. Saya harus mengharapkan engkau untuk menuruti itu sampai setiap kata setiap saat selama saya di luar, atau bila saya datang, saya akan menghukum engkau, atau bahkan menceraikan engkau, jika engkau melanggar salah satu dari mereka. Nah sekarang lihatlah peraturan-peraturan itu."



Perintah no. 1. Janganlah ada padamu suami-suami lain di samping saya selama saya tidak ada.

Perintah no. 2. Jangan menyebut nama suamimu dengan sia-sia, atau berbicara merendahkannya.

Perintan no. 3. Jangan membuat patung ukiran atau gambar-gambar dari laki-laki lain atau menyimpan fotonya di dalam lemarimu.

Perintan no. 4. Jangan membohong tentang saya dan anak-anakku.



Dan seterusnya, Perintah no. 5, dan 6, 7, 8, 9, 10–semuanya sepuluh.



Nah apakah anda kira kami mempunyai sesuatu set dari hukum-hukum yang seperti itu di rumah kami? Anda tahu lebih baik dari pada itu. Saya tidak memerlukan suatu hukum tingkah laku untuk Ny. De Haan, karena alasan yang sederhana bahwa ia mencintai saya, ia mencintai rumah-tangganya, ia mengasihi anak-anaknya, dan pelayanannya adalah satu dari cinta/kasih, bukan hukum. Dan oleh sebab itu ketika saya siap untuk berangkat, kami berlutut dan berdoa bersama-sama, saling mencium untuk selamat jalan, dan saya dalam perjalanan saya, tanpa keraguan atau takut tentang tingkah laku istri saya, dan tanpa perintah apapun.



Ia tidak di bawa hukum. Jika ia seorang pelayan, barulah kami membutuhkan beberapa peraturan, ketetapan, dan hukum. Kami akan membuat jam kerja, gaji, waktu istirahat, dan banyak sekali peraturan yang berbeda, karena seorang pelayan bekerja untuk gaji, tetapi seorang istri bekerja karena kasih. Kami tidak mempunyai jam loceng untuk dipukul, tidak ada hukum atau peraturan untuk gaji atau jam-jam kerja. Inilah saudara-saudara yang kekasih, adalah pelayanan yang Allah inginkan dari kita. Saya kasihan kepada orang malang, orang Kristen yang malang, yang melayani Allah karena ketakutan, karena ancaman dari hukum Taurat, dan Sepuluh Perintah Allah, dan ketakutan akan dihajar. Itu adalah motif yang buruk, rendah, hina, yang tidak layak untuk pelayanan. Saya kasihan orang yang melayani Tuhan dan berbuat dan berusaha keras utuk kekudusan, karena ia takut bila ia tidak melalukannya, pada akhirnya, ia akan kehilangan keselamatannya. Ini adalah motif yang buruk, rendah, hina, yang tidak layak untuk pelayanan bagi Allah.



Pelayanan yang Allah harapkan adalah pelayanan dari kasih, ketaatan, syukur, karena kita telah diselamatkan oleh kasih karunia-Nya, dan telah melepaskan kita dari kutuk hukum Taurat.



Sebagai penutup bolehkah saya bertanya, apakah motif bagi pelayanan anda kepada Tuhan? Ketakutan atau kasih? Oh saudara-saudara yang mulia, mengapa tidak menyadari kebebasan dan kemerdekaan anda dan kasih karunia bebas dari hukum Taurat, dan mulai nikmati keselamatanmu, daripada menahannya.



Dan orang berdosa tanpa kasih karunia Allah, hukum Taurat berdiri sebagai satu kesaksian bagi keadilan Allah, dalam menghukum anda selama-lamanya. Mengapa tidak lari kepada-Nya, dan balik belakangmu terhadap kebenaran anda sendiri dan perbuatan baikmu, dan mempercayakan dirmu kepada perbuatan yang telah selesai dari Tuhan Yesus Kristus. Ia sendiri berkata:



"Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh." (Rom 8:1 KJV)

--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan beri komentar