Segar banget

Segar banget
bangett

Rabu, 31 Agustus 2011

Dulu Aku Hanya Seorang Pengemis





6
Bagikan
Kesaksian: Suparno

Dari kolong sebuh jembatan, Suparno dan kelima adiknya dibesarkan. Ia berasal dari keluarga yang turun-temurun bekerja sebagai pengemis. Karena keadaannya Suparno sepertinya tidak memiliki harapan untuk mengubah nasibnya.

Saya turun ke jalanan sejak umur lima tahun. Saya sekolah dari kelas satu SD sampai kelas enam saja. Saya dibiayai dari hasil bapak saya mengemis. Waktu saya kelas satu kelas dua saya punya cita-cita menjadi polisi. Bapak saya pernah bilang: "Kita orang susah, kita orang miskin, jangan neko-nekolah (macam-macam)". Kata-kata semacam itu tertanam dalam pikiran saya. Cita-cita itu musnah dalam hidup saya. Bahkan saya pernah berpikir saya tidak layak di dunia ini.

Bukan sekedar melemahkan semangat, orang tua Suparno juga melakukan kekerasan yang mengerikan pada dirinya. Dari kecil saya tidak pernah merasakan kasih sayang dari orang tua saya. Hari-hari saya dipukuli ibu saya. Saat saya sekolah, telat sedikit saya disiram air. Kalau melakukan kesalahan, kaki saya di-tang dan kuku saya dicabut. Dendam dan kepahitan hidup terbentuk dalam batin Suparno. Waktu itu saya hanya punya perasaan dendam dan punya pikiran kalau saya sudah besar dan menjadi "orang", saya pasti balas perlakuan mereka. Saya beranggapan saya sudah tidak punya orang tua lagi. Saya ingin kabur dari rumah.

Perlakuan keras orang tuanya dan realita yang terjadi dalam kehidupannya membuat Suparno merasa inilah takdirnya sebagai orang miskin yang tidak berpengharapan. Semenjak saya putus sekolah saya melakukan pekerjaan mengemis, dan orang tua saya juga mendorong saya untuk melakukannya. Perasaan saya waktu itu hancur, saya kecewa pada mereka. Pernah mereka bilang : "Kamu ganti baju yang jelek aja, muka kamu hitam-hitamin. Muka kamu dibuat untuk belas kasihan. Kamu bikin luka-luka bohongan. Mereka juga berikan saya obat-obatan terlarang untuk saya konsumsi untuk menghilangkan rasa malu saya.

Untuk memancing iba dan belas kasihan untuk mendapatkan uang yang lebih banyak, Suparno menuruti saran ayahnya agar dia membakar kakinya sendiri. Bapak saya pernah bilang : "No, kaki kamu bakar aja". Terus saya berpikir, benar juga ide itu. Kurang lebih tiga hari kemudian, kaki ini saya bakar dan saya kapuri. Saya minum obat, minum-minuman keras supaya disaat saya kasih kapur dan saya bakar kaki saya, saya tidak merasakan sakit. Walau penghasilan meningkat namun tubuhnya menjadi rusak. Sebelum membakar kaki, penghasilan saya sehari 30-50 ribu rupiah. Setelah membakar kaki penghasilan saya bisa 100-200 ribu. Dan setiap dua bulan sekali saya melakukan hal itu (membakar kaki), itu terus saya lakukan. Suatu saat Suparno berjumpa dengan seseorang yang mengubah paradigma hidup Suparno, Melchior, seorang yang menyadarkan Suparno bahwa ia adalah umat yang memiliki harkat dan berharga di mata Tuhan.

Waktu saya tinggal di kolong jembatan, ada satu pribadi yang mau peduli dengan saya. Kak Melchior setiap hari selalu menasehati saya. Dia juga setiap hari mencukupi kebutuhan saya. Dia tinggal di kolong jembatan selama tiga bulan. Dia bekerja menarik gerobak dan menjadi pemulung. Itu membuat saya bertanya: "Siapa sih ini orang?". Waktu datang, dia menyadarkan saya dengan mengatakan: "No, kamu sadar nggak sih, kamu ini orang sehat?. Kamu ini orang yang tidak cacat, apa kamu mau bekerja seperti ini selamanya?." Sampai suatu hari dia bilang : "No, kamu tinggal dengan saya aja di rumah singgah".

Dua hari saya dengan dia, dia mengajari saya menarik gerobak, ternyata ini pekerjaan yang berat. Disitu timbul lagi pikiran yang negatif dalam hidup saya : "Buat apa sih saya harus menarik gerobak seperti ini?, harus mengeluarkan keringat segala macam?. Penghasilan saya mengemis juga lebih besar kok!?". Itu yang menguatkan saya untuk keluar dari rumah singgah.

Satu hari kemudian, dia datang lagi ke kolong dan berkata: "Suparno, kamu diciptakan bukan untuk menjadi pengemis tapi untuk menjadi orang yang sukses dalam Tuhan!". Saya nggak mengerti waktu itu, Tuhan itu apa sih?!. Tuhan itu seperti apa? Makanan apa Tuhan itu?. Beberapa pertanyaan menghujani pikiran Suparno. Siapakah pribadi Tuhan yang dimaksud?. Pertanyaan ini telah mengarahkan Suparno kembali ke rumah singgah.

Setelah itu saya kembali lagi ke rumah singgah. Saya diajari lagi bekerja. Saya taat dengan kembali memulung setiap hari. Saya mengambil barang-barang bekas untuk dijual kembali, kak Melchior juga setiap hari menguatkan saya : "Kalau kamu mau, kamu tidak akan pernah menjadi seorang pemulung terus karena Tuhan juga tidak menciptakan hanya pemulung". Sampai-sampai suatu saat kak Melchior memanggil saya dan mengatakan: "Mulai besok kamu tidak perlu menjadi pemulung lagi, kamu yang jadi penjaga lapak. Kamu yang bertanggung jawab, semua orang yang ada di tempat ini jualnya ke kamu".

Dari kepercayaan yang kecil yang dipercayakan kepadanya, semua dikerjakan dengan penuh tanggung jawab. Suparno mendapatkan tanggung jawab yang lebih besar menjadi kepala lapak, sopir mobil bahkan mengelola mobil angkutan kota yang menjadi miliknya sendiri. Kak Melchior bilang: "No, kamu bisa nyopir nggak?". Saya bilang bisa. "Kamu mau nggak kakak beliin mobil?, uang mukanya kakak kasih dan angsurannya kamu usahain sendiri?". Itu sangat berat buat saya karena saya takut, saya takut karena angsuran bulanannya nggak sedikit, sangat besar buat saya, 4,5 juta dan uang mukanya 30 juta. Andaikata saya tidak bayar angsuran maka uang muka akan hilang dan mobil juga akan hilang. Tapi saya bertekad untuk membayar uang mukanya dari kak Milchior yang 30 juta dalam satu tahun.

Dengan ketekunan dan semangat kerja yang tinggi, bertanggung jawab, jujur dan dapat dipercaya, menjadi karakter yang melekat dalam diri Suparno. Itu semua adalah karakter Tuhan yang memampukan dia lepas dari kehidupan jalanan yang tiada berpengharapan menjadi hidup yang penuh harapan.

Ahmad Yani, adik Suparno bersaksi atar perubahan hidup kakaknya. Saya mau mengikut abang saya itu karena saya melihat perubahan. Dulunya ia orangnya jahat. Kerja di jalanan setahu saya mana mungkin bisa berubah. Tapi sekarang mas Parno memotivasi saya untuk mau belajar, mas Parno sekarang mau memasukkan saya ke angkatan darat.

Sedikit demi sedikit Suparno belajar tentang nilai-nilai kehidupan. Kak Melchior selalu menenamkan dalam diri saya: "Parno jangan pernah minder, kamu jangan pernah menyerah karena Tuhan Yesus selalu bersama kamu, karena Tuhan Yesus selalu ada di dalam diri kamu. Karena Tuhan Yesus selalu mengasihi kamu. Kamu jangan pernah menyerah dalam segala hal, apapun itu. Jangan pernah kalah dengan keadaan."

Suparno telah berubah dan kini ia dapat melihat siapa Tuhan itu. Di dalam Yesus ada kebahagiaan karena didalam Yesus itu ada kasih. Saya baru pertama kali itu merasakan kasih yang begitu luar biasa yang selama ini belum pernah saya rasakan. Saya bersyukur pada Tuhan karena Tuhanlah yang mengubah hidup saya. Tuhan menjadikan saya memiliki pengharapan, yang tadinya saya tidak punya pengharapan, Tuhan memberikan pengharapan itu pada diri saya. Saya sangat bangga dan bersyukur pada Tuhan.

Saya bahkan mau menyerahkan hidup saya pada Dia, firman-Nya: "Janganlah ingat-ingat hal-hal yang dahulu, dan janganlah perhatikan hal-hal yang dari zaman purbakala! Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara. (Yesaya 43:18-19)

--


Mengapa Aku Menangis? Mengapa Aku Tertawa?


Bagikan
Oleh: Sion Antonius

Kami menonton sebuah film yang temanya sangat jarang diungkapkan, yaitu mengenai orang-orang yang ditugaskan untuk menyampaikan pesan. Menariknya dalam film tersebut, pesan yang harus disampaikan adalah pesan dukacita. Orang-orang ini harus menyampaikan kabar kepada para keluarga perihal kematian orang-orang yang dikasihinya.

Cerita film adalah mengenai tentara Amerika yang mendapatkan tugas pada bagian penyampai kabar untuk keluarga yang anggota keluarganya meninggal dalam tugas militer. Kematian mereka bisa karena pertempuran ataupun kecelakaan dalam tugas, dan untuk hal tersebut perlu petugas khusus sebagai penyampai resmi dari kemiliteran.

Dalam film tersebut terpilih seorang sersan dan seorang kapten. Sebagai kapten, maka dia bertindak menjadi atasannya. Sebelum memulai tugas si kapten memberikan wejangan sekaligus sebagai aturan, yaitu pada intinya mereka tidak boleh melibatkan sisi emosional (keharuan, kesedihan dan semacamnya) dirinya dengan para keluarga yang berduka. Mereka hanya menyampaikan berita dengan tegas dan dingin, apabila berita sudah disampaikan maka selesailah tugasnya.

Pada awalnya si sersan bisa mengikuti aturan tersebut namun perlahan tapi pasti, sisi emosional dari si sersan mulai tidak bisa berkompromi. Secara kejiwaan malah dia mengalami tekanan mental, mulai merasa bersalah karena tidak bisa menunjukkan simpati dan empati kepada orang-orang yang sedang berduka cita. Puncaknya, dia berani melawan perintah si kapten dengan cara menunjukkan sikap simpati pada saat harus menyampaikan sebuah kabar dukacita. Dia mendapat hinaan dan marah dari si kapten, dianggap sebagai orang yang lemah. Namun dia tidak bergeming, malah merasa persoalan mentalnya justru menjadi dapat terselesaikan, dengan pembangkangan tersebut.

Manusia didorong untuk bisa menyalurkan sikap emosional secara wajar. Manusia diharapkan bisa menangis dengan orang yang menangis dan tertawa dengan orang yang tertawa. Tujuannya adalah supaya secara sosial manusia itu bisa menempatkan dirinya sedemikian rupa dalam hubungan antar sesama. Ketika manusia itu tidak mau merasakan perasaan orang lain dalam hubungan sosialnya, maka lambat laun orang tersebut akan menghadapi masalah dengan dirinya sendiri.

Jadi ada saatnya kita memang harus bisa bergembira dalam kegembiraan yang orang lain dapatkan, dan juga bisa ikut merasakan kesedihan tatkala orang lain mengalami suatu kedukaan. Sikap ini bukan untuk kepentingan orang lain, tetapi justru akan sangat membantu kesehatan jiwa kita.

Marilah kita memiliki jiwa yang sehat, dengan menjadi orang yang bisa bersimpati dan berempati kepada orang lain dengan tulus dan jujur.

-

Kasih Seorang Ibu


Bagikan
Oleh: Sidiq Prasetyo

Jalannya sudah tertatih-tatih, karena usianya sudah lebih dari 70 tahun, sehingga kalau tidak perlu sekali, jarang ia bisa dan mau keluar rumah. Walaupun ia memunyai seorang anak perempuan, ia harus tinggal di rumah jompo, karena kehadirannya tidak diinginkan. Masih teringat olehnya, betapa berat penderitaannya ketika akan melahirkan putrinya tersebut. Ayah dari anak tersebut minggat setelah menghamilinya tanpa mau bertanggung jawab atas perbuatannya.

Di samping itu keluarganya menuntut agar ia menggugurkan bayi yang belum dilahirkan, karena keluarganya merasa malu memunyai seorang putri yang hamil sebelum nikah, tetapi ia tetap mempertahakannya, oleh sebab itu ia diusir dari rumah orang tuanya. Selain aib yang harus ditanggung, ia pun harus bekerja berat di pabrik untuk membiayai hidupnya. Ketika ia melahirkan putrinya, tidak ada seorang pun yang mendampinginya. Ia tidak mendapatkan kecupan manis maupun ucapan selamat dari siapapun juga, yang ia dapatkan hanya cemoohan, karena telah melahirkan seorang bayi haram tanpa bapa.

Walaupun demikian ia merasa bahagia sekali atas berkat yang didapatkannya dari Tuhan di mana ia telah dikaruniakan seorang putri. Ia berjanji akan memberikan seluruh kasih sayang yang ia miliki hanya untuk putrinya seorang, oleh sebab itulah putrinya diberi nama Love -- Kasih. Siang ia harus bekerja berat di pabrik dan di waktu malam hari ia harus menjahit sampai jauh malam, karena itu merupakan penghasilan tambahan yang ia bisa dapatkan.

Terkadang ia harus menjahit sampai pukul 2 pagi, tidur lebih dari 4 jam sehari itu adalah sesuatu kemewahan yang tidak pernah ia dapatkan. Bahkan Sabtu dan Minggu pun ia masih bekerja menjadi pelayan restoran. Ini ia lakukan semua agar ia bisa membiayai kehidupan maupun biaya sekolah putrinya yang tercinta. Ia tidak mau menikah lagi, karena ia masih tetap mengharapkan, bahwa pada suatu saat ayah dari putrinya akan datang balik kembali kepadanya. Di samping itu ia tidak mau memberikan ayah tiri kepada putrinya.

Sejak ia melahirkan putrinya ia menjadi seorang vegetarian, karena ia tidak mau membeli daging, itu terlalu mahal baginya, uang untuk daging yang seyogianya ia bisa beli, ia sisihkan untuk putrinya. Untuk dirinya sendiri ia tidak pernah mau membeli pakaian baru, ia selalu menerima dan memakai pakaian bekas pemberian orang, tetapi untuk putrinya yang tercinta, hanya yang terbaik dan terbagus ia berikan, mulai dari pakaian sampai dengan makanan.

Pada suatu saat ia jatuh sakit, demam panas. Cuaca di luar sangat dingin sekali, karena pada saat itu sedang musim dingin menjelang hari Natal. Ia telah menjanjikan untuk memberikan sepeda sebagai hadiah Natal untuk putrinya, tetapi ternyata uang yang telah dikumpulkannya belum mencukupi. Ia tidak ingin mengecewakan putrinya, maka dari itu walaupun cuaca di luar dingin sekali, bahkan dalam keadaan sakit dan lemah, ia tetap memaksakan diri untuk keluar rumah dan bekerja.

Sejak saat itu ia kena penyakit rheumatik, sehingga sering sekali badannya terasa sangat nyeri. Ia ingin memanjakan putrinya dan memberikan hanya yang terbaik bagi putrinya walaupun untuk ini ia harus bekorban, jadi dalam keadaan sakit ataupun tidak sakit ia tetap bekerja, selama hidupnya ia tidak pernah absen bekerja demi putrinya yang tercinta.

Karena perjuangan dan pengorbanannya akhirnya putrinya bisa melanjutkan studinya di luar kota. Di sana putrinya jatuh cinta kepada seorang pemuda anak dari seorang konglomerat beken. Putrinya tidak pernah mau mengakui bahwa ia masih memunyai orang tua. Ia merasa malu bahwa ia ditinggal minggat oleh ayah kandungnya dan memunyai seorang ibu yang bekerja hanya sebagai babu pencuci piring di restoran. Oleh sebab itulah ia mengaku kepada calon suaminya bahwa kedua orang tuanya sudah meninggal dunia.

Pada saat putrinya menikah, ibunya hanya bisa melihat dari jauh dan itupun hanya pada saat upacara pernikahan di gereja saja. Ia tidak diundang, bahkan kehadirannya tidak diinginkan. Ia duduk di sudut kursi paling belakang di gereja, sambil mendoakan agar Tuhan selalu melindungi dan memberkati putrinya yang tercinta. Sejak saat itu bertahun-tahun ia tidak mendengar kabar dari putrinya, karena ia dilarang dan tidak boleh menghubungi putrinya. Pada suatu hari ia membaca di koran bahwa putrinya telah melahirkan seorang putera, ia merasa bahagia sekali mendengar berita bahwa ia sekarang telah memunyai seorang cucu.

Ia sangat mendambakan untuk bisa memeluk dan menggendong cucunya, tetapi ini tidak mungkin, sebab ia tidak boleh menginjak rumah putrinya. Untuk ini ia berdoa tiap hari kepada Tuhan, agar ia bisa mendapatkan kesempatan untuk melihat dan bertemu dengan anak dan cucunya, karena keinginannya sedemikian besarnya untuk bisa melihat putri dan cucunya, ia melamar dengan menggunakan nama palsu untuk menjadi babu di rumah keluarga putrinya. Ia merasa bahagia sekali, karena lamarannya diterima dan diperbolehkan bekerja di sana. Di rumah putrinya ia bisa dan boleh menggendong cucunya, tetapi bukan sebagai Oma dari cucunya melainkan hanya sebagai bibi pembantu dari keluarga tersebut. Ia merasa berterima kasih sekali kepada Tuhan, bahwa permohonannya telah dikabulkan.

Di rumah putrinya, ia tidak pernah mendapatkan perlakuan khusus, bahkan binatang peliharaan mereka jauh lebih dikasihi oleh putrinya daripada dirinya sendiri. Di samping itu sering sekali dibentak dan dimaki oleh putri dan anak darah dagingnya sendiri, kalau hal ini terjadi ia hanya bisa berdoa sambil menangis di dalam kamarnya yang kecil di belakang dapur. Ia berdoa agar Tuhan mau mengampuni kesalahan putrinya, ia berdoa agar hukuman tidak dilimpahkan kepada putrinya, ia berdoa agar hukuman itu dilimpahkan saja kepadanya, karena ia sangat menyayangi putrinya.

Setelah bekerja bertahun-tahun sebagai babu tanpa ada orang yang mengetahui siapa dirinya di rumah tersebut, akhirnya ia menderita sakit dan tidak bisa bekerja lagi. Mantunya merasa berhutang budi kepada pelayan tuanya yang setia ini sehingga ia memberikan kesempatan untuk menjalankan sisa hidupnya di rumah jompo. Puluhan tahun ia tidak bisa dan tidak boleh bertemu lagi dengan putri kesayangannya. Uang pensiun yang ia dapatkan selalu ia sisihkan dan tabung untuk putrinya, dengan pemikiran siapa tahu pada suatu saat ia membutuhkan bantuannya.

Pada tahun lampau beberapa hari sebelum Natal, ia jatuh sakit lagi, tetapi ini kali ia merasakan bahwa saatnya sudah tidak lama lagi. Ia merasakan bahwa ajalnya sudah mendekat. Hanya satu keinginan yang ia dambakan sebelum ia meninggal dunia, ialah untuk bisa bertemu dan boleh melihat putrinya sekali lagi. Di samping itu ia ingin memberikan seluruh uang simpanan yang ia telah kumpulkan selama hidupnya, sebagai hadiah terakhir untuk putrinya.

Suhu di luar telah mencapai 17 derajat di bawah nol dan salju pun turun dengan lebatnya. Jangankan manusia, anjing pun pada saat ini tidak mau ke luar rumah lagi, karena di luar sangat dingin, tetapi nenek tua ini tetap memaksakan diri untuk pergi ke rumah putrinya. Ia ingin betemu dengan putrinya sekali lagi yang terakhir kali. Dengan tubuh menggigil karena kedinginan, ia menunggu datangnya bus berjam-jam. Ia harus dua kali ganti bus, karena jarak rumah jompo letaknya jauh dari rumah putrinya. Satu perjalanan yang jauh dan tidak mudah bagi seorang nenek tua yang berada dalam keadaan sakit.

Setiba di rumah putrinya dalam keadaan lelah dan kedinginan ia mengetuk rumah putrinya dan ternyata putrinya sendiri yang membukakan pintu rumah. Apakah ucapan selamat datang yang diucapkan putrinya? Apakah rasa bahagia bertemu kembali dengan ibunya? Tidak! Bahkan ia ditegor: "Kamu sudah bekerja di rumah kami puluhan tahun sebagai pembantu, apakah kamu tidak tahu bahwa untuk pembantu ada pintu khusus, ialah pintu di belakang rumah!"

"Nak, Ibu datang bukannya untuk bertamu melainkan hanya ingin memberikan hadiah Natal untukmu. Ibu ingin melihat kamu sekali lagi, mungkin yang terakhir kalinya, bolehkah saya masuk sebentar saja, karena di luar dingin sekali dan sedang turun salju. Ibu sudah tidak kuat lagi, Nak!" kata wanita tua itu. "Maaf saya tidak ada waktu, di samping itu sebentar lagi kami akan menerima tamu seorang pejabat tinggi, lain kali saja. Dan kalau lain kali mau datang telepon dahulu, jangan sembarangan datang begitu saja!" ucap putrinya dengan nada kesal. Setelah itu pintu ditutup dengan keras. Ia mengusir ibu kandungnya sendiri, seperti juga mengusir seorang pengemis. Tidak ada rasa kasih, jangankan kasih, belas kasihan pun tidak ada.

Setelah beberapa saat kemudian bel rumah bunyi lagi, ternyata ada orang mau pinjam telepon di rumah putrinya "Maaf Bu, mengganggu, bolehkah kami pinjam teleponnya sebentar untuk menelepon ke kantor polisi, sebab di halte bus di depan ada seorang nenek meninggal dunia, rupanya ia mati kedinginan!" Wanita tua ini mati bukan hanya kedinginan jasmaniahnya saja, tetapi juga perasaannya. Ia sangat mendambakan sekali kehangatan dari kasih sayang putrinya yang tercinta yang tidak pernah ia dapatkan selama hidupnya.

Ibu saya tidak melek komputer, bahkan beliau seorang wanita yang buta aksara, tetapi untuk Mang Ucup pribadi beliau adalah wanita yang paling hebat, di mana sampai dengan detik ini Mang Ucup masih bisa belajar dari padanya. Belajar memberikan dan membagikan kasih tanpa pamrih dan tanpa lagas. Ibunya Mang Ucup menderita sakit kanker, tetapi ia tidak pernah mengeluh. Tiap kali saya menelpon Ibu, pertanyaan standar selalu diajukan kepada saya: "Apa yang Ibu bisa bantu untukmu, Nak?" Ia tidak memohon untuk dirinya sendiri dalam doanya, yang ia utamakan selalu hanyalah kami anak-anaknya! Ia selalu mendoakan kami siang dan malam.

Maka dari itulah untuk Mang Ucup, Ibu saya adalah wanita yang tercantik sejagat raya, melebihi daripada Michael Preifer walaupun ia barusan saja terpilih oleh majalah People sebagai wanita tercantik sedunia tahun 1999. Seorang Ibu melahirkan dan membesarkan anaknya dengan penuh kasih sayang tanpa mengharapkan pamrih apapun juga.

Seorang Ibu bisa dan mampu memberikan waktunya 24 jam sehari bagi anak-anaknya, tidak ada perkataan siang maupun malam, tidak ada perkataan lelah ataupun tidak mungkin dan ini 366 hari dalam setahun.

Seorang Ibu mendoakan dan mengingat anaknya tiap hari bahkan tiap menit dan ini sepanjang masa. Bukan hanya setahun sekali saja pada hari-hari tertentu. Kenapa kita baru bisa dan mau memberikan bunga maupun hadiah kepada Ibu kita hanya pada waktu hari Ibu saja sedangkan di hari-hari lainnya tidak pernah mengingatnya, boro-boro memberikan hadiah, untuk menelpon saja kita tidak punya waktu. Kita akan bisa lebih membahagiakan Ibu kita apabila kita mau memberikan sedikit waktu kita untuknya, waktu nilainya ada jauh lebih besar daripada bunga maupun hadiah.

Renungkanlah: Kapan kita terakhir kali menelpon Ibu? Kapan kita terakhir mengundang Ibu? Kapan terakhir kali kita mengajak Ibu jalan-jalan? Dan kapan terakhir kali kita memberikan kecupan manis dengan ucapan terima kasih kepada Ibu kita? Dan kapankah kita terakhir kali berdoa untuk Ibu kita? Berikanlah kasih sayang selama Ibu kita masih hidup, percuma kita memberikan bunga maupun tangisan apabila Ibu telah berangkat, karena Ibu tidak akan bisa melihatnya lagi.

"When Mother prayed, she found sweet rest, When Mother prayed, her soul was blest; Her heart and mind on Christ were stayed, And God was there when Mother prayed!"

"Our thanks, O God, for mothers Who show, by word and deed, Commitment to Thy will and plan And Thy commandments heed."

"A thousand men may build a city, but it takes a mother to make a home."

Apabila Anda mengasihi Ibunda Anda sebarkanlah tulisan ini kepada rekan-rekan lainnya, agar mereka juga sadar selama Ibunda mereka masih hidup berikanlah bakti kasih Anda kepada Ibunda terkasih sebelumnya terlambat.

Cerita: Mang Ucup

--

Ayah, Mengapa Engkau Marah Hari Ini?


5
Bagikan
Setiap ayah itu memiliki kelemahan, kadang kita merasa ia begitu sayang pada kita, ada canda, ada tertawa, ada suka-cita, namun kadang kita melihat ia lagi cembuut, ia lagi sedih, ia lagi marah. Kita tidak tahu apa yang terjadi dengan ayah kita? Mungkin ia merasa tertekan dengan perjuangan hidupnya, usahanya mulai bermasalah, mungkin Mama lagi ngambek padanya, atau ada orang yang menyakiti hatinya? Namun , bagaimanapun keadaannya, ia tetap adalah ayah kita, pernahkah kita coba memahami keadaannya?

Saya ingat sekali kejadian pagi ini, memang tidak seperti biasanya, tetapi pagi ini lumayan agak sibuk, sebab ada beberapa orang yang harus saya hubungi, baik via telepon maupun email. Seperti biasanya, pagi-pagi sekali anak saya yang laki umur 3,5 tahun , ia sudah bangun, biasanya ia langsung menuju ke arah pintu lalu membawa Surat Kabar dan diserahkan kalau tidak ke saya ya ke mamanya, Namun pagi ini dia serahakan ke saya karena mamanya sibuk di dapur. Setelah itu biasanya, ia juga ikut-ikutan baca Surat Kabar itu, padahal ia belum bisa membaca, kecuali abjad dan angka yang empat bulan terakhir ini ia dia belajar sendiri melalui computer mainannya yang diberikan oleh isteri adik saya di Jakarta tahun lalu.

Kemarin pagi hari minggu di gereja memperingati hari Ayah, anak-anak sekolah Mnggu rupanya juga mendapat hadiah berupa alat gambar, baik itu kertas dan juga pe warna. Saya sudah wanti-wanti padanya, saya bilang En, namanya En En, perhatikan ya, yang boleh kamu gambar ini hanya kertas ini, lihat yang lalu kamu melukis dinding, papa dan mama dengan setegah mati sudah menghapusnya, kemudia ia menjawab ya.

Benar, kira-kira lima belas menit kemudian, ia masuk ke ruang kerja saya, dan ia membawa selembar kertas yang dia gambar coret-coretan, dia warnai semua, saya memuji dia bagus, bagus sekali, hebat, good job. Lalu saya menempelkan hasil kerjanya di depan pintu kamarnya, ia merasa senang dan berkali-kali ia memperlihatkan gambarnya pada saya dan mamanya, maksudnya dia sudah pandai menggambar dan bagus, saya juga merasa senang bersama dia; ia merasa bahagia sekali. Kami tertawa bersama, kami.

Kemudian saya menerima telepon dan melanjutkan menghubungi beberapa orang lagi via telepon, sementara saya mendengar suara , En En bernyayi-nyani. Kira-kira sepuluh menit kemudian, saya mengintip dia kembali, aduh celaka, ia melukis lukisan di karpet. Langsung saja saya panggil dia dengan agak keras, En En !!!!, kenapa kamu melukis karpet itu? Bukankah saya sudah beritahu kamu, jangan melukis di karpet, hanya boleh melukis di kertas saja. Waktu itu dia kaget, dan saya sempat memukul tangannya dua kali. Matanya mulai berair mau menangis, tetapi saya tahu ia sengaja menahan terus ngak berani menangis.

Kemudian sambil membawa kain basah, dan sabun, saya sengaja memperlihatkan cara membersihkan karpet, dan sambil ngomel-ngomel padanya. En En , diam seribu bahasa, sekali lagi ia tetap menahan tidak berani menangis. Saya katakan padanya, En En harus mendengar papa, kalau tidak mendengar perintah papa pasti dihukum. Sekaranga ini En En bersalah, makanya papa marah.

Selesai saya mebersihkan semuanya, kemudian saya dengan lembut panggil En En kembali, kali ini dia ragu, sebab tadi saya marah padanya, ia takut tidak berani mendekat. Kemudian saya yakinkan dia, papa ngak marah lagi padamu marilah, En En ngak boleh melukis-lukis karpet lagi. Ketika ia berada dipelukan saya, dia langsung menangis sekuat-kuatnya, tadinya ia menahan sedemikian rupa, ia hanya membiarkan air matanaya menetes, namun saat ini , dipelukan saya yang erat ia seakan-akan bilang ama saya, papa maafkan saya. Saya bilang ama dia, papa tidak marah lagi, papa sayang En En, makanya papa tidak suka En En buat hal yang salah. Beberapa saat kemudian menangisnya pun redah, pagi itu juga kami berdamai kembali, dia kembali bernyanyi dan main mobil-mobilanya, dan dia berjanji tidak berbuat lagi.

Ayah, mengapa engkau marah hari ini? Saya tidak mengerti kondisi anda dan hubungan anda dengan ayah anda? Ada orang mengatakan ayahnya tidak pernah marah, mau berbuat apa saja ia serahkan kebebasan sepenuhnya kepada anaknya. Lalu orang ini berkesimpulan ayahnya adalah ayah yang the best baik. Sebaliknya ada orang yang ayahnya begitu diktator, termasuk memilih sekolah, bergaul, dan semua kehidupannya dipantau dengan ketat. Lalu si anak merasa begitu tertekan, dan merasa tersiksa, kemuadian ia berkesimpulan bahwa di dalam diri ayahnya tidak ada kenangan manis. Ayah kejam dan diktator dan sebagainya.

Bagaimana, dan siapa ayah kita, rasanya semua Ayah memiliki kekurangan dan kelebihannya. Kita tidak berhak mengelak kenyataan bahwa ia adalah ayah kita,. Tanpa dia tentu tidak mungkin ada kita. Apabila engkau pernah mendapat perlakuan yang baik dari ayahmu selama hidup ini, bersyukurlah, dan terapkanlah kembali cara ayah terhadap anak-anakmu. Namun apabila engkau tidak pernah merasakan kesan dan perlakuan baik dari ayah, maka ingatlah jangan menerapkan cara pengajarannya itu pada anak-anaka anda; walaupun mungkin banyak sedikit-banyaknya anda terpengaruh olehnya. Oh , Ayah, masihkah engkau marah saat ini?

--

Mengikuti Misi Kristus


Bagikan
Ketika Tuhan Yesus terangkat ke surga, para murid memandang ke atas melihat keagungan yang telah Tuhan nyatakan. Namun, pandangan mereka harus kembali ke bawah, karena ada tugas yang telah menanti, yaitu melanjutkan misi penyelamatan-Nya bagi semua orang di bumi. Bukan hanya para murid, saat ini kita juga diundang untuk ambil bagian melanjutkan misi penyelamatan Tuhan Yesus Kristus sesuai dengan panggilan kita masing-masing. Kiranya renungan berikut ini semakin menguatkan kita untuk ambil bagian dalam misi Tuhan melalui pekerjaan yang Tuhan telah tetapkan bagi kita masing-masing.

MENGIKUTI MISI KRISTUS

Bagian ketiga dari hidup yang harus disesuaikan dengan pola hidup Kristus adalah misi atau pengutusan-Nya. Hal ini secara terbuka dinyatakan dalam ucapan Kristus kepada para murid-Nya setelah kebangkitan-Nya. "Sama seperi Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu" (Yoh. 20:21). Sepanjang hidup-Nya di dunia, Kristus memandang diri-Nya sebagai Utusan yang dikirim oleh Allah Bapa (Yoh. 17:3). Ia datang untuk bersaksi tentang Bapa Surgawi-Nya, untuk mewakili Bapa-Nya di depan manusia. Ia datang untuk menyampaikan secara terus-menerus arus kebenaran dari Bapa-Nya kepada manusia. Kasih yang ditunjukkan-Nya adalah kasih Bapa yang disingkapkan dalam bentuk manusia. Kristus yang menyatakan Bapa-Nya (Yoh. 1:18).

Dalam pengertian yang sama, tetapi pada lingkup yang lebih kecil, kita harus memberi kesaksian tentang Yesus Kristus. Fungsi hidup kita adalah menyampaikan Kabar Baik mengenai Dia, menyatakan kepribadian-Nya di dalam diri kita, serta berbagi kematian dan kebangkitan-Nya dengan orang lain agar mereka juga dapat berbagi keselamatan yang tersedia bagi mereka. Namun, kita tidak dapat melakukannya dengan kekuatan sendiri, kehendak kita sendiri, atau pun berdasarkan talenta dan kemampuan kita sendiri. Kita harus diberi wewenang dan kuasa oleh Yang Lain, sama seperti Kristus diberi wewenang dan kuasa oleh Bapa-Nya.

Yohanes 17 adalah pasal "serah terima" yang luar biasa. Dalam pasal ini, Yesus akan kembali kepada Bapa, dan Ia menyerahkan tugas-Nya kepada para murid-Nya (dan kepada kita). Kita tidak dapat membaca ayat 11 -- 19 tanpa merasakan adanya getaran kesinambungan; Aku merupakan sebagian dari suatu misi yang sedang berlangsung terus. Yesus Kristus telah memulai letupan gerakan pengutusan ini, dan semua murid-Nya ditugaskan untuk terus melanjutkannya. Segala wibawa dan kuasa surga ada pada kita ketika kita pergi untuk menjalankan misi atau pengutusan ini kepada orang lain, entah di lingkungan sekitar tempat tinggal kita atau satu daerah yang jauh (Mat. 28:18-20). Seperti Kristus, Tuhanku, kita juga seseorang yang diutus!

"Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia,
demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia."
(Yoh.17:18)

--

Keselamatan adalah Kuasa Allah


Bagikan
Oleh: Leonardi Setiono

Saya terkadang merenungkan, mengapa saya bisa menjadi seorang Kristen. Mengapa saya begitu yakin bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan menuju kepada Allah Bapa di Surga, jalan kepada keselamatan dan kehidupan kekal. Kadang saya merenung mengapa saya begitu bodoh menolak sesuatu yang menyenangkan, hanya karena Alkitab melarangnya, hanya karena saya percaya Allah tidak menyukainya. Mengapa saya mempercayai cerita tentang keselamatan di dalam Tuhan Yesus Kristus?

Sampai hari ini saya tetap percaya.

Kebetulan kemarin saya dan istri bercakap-cakap dan sedikit menyingung tentang mengapa Allah menciptakan manusia dan diakhiri dengan tawa bersama, seraya mengakui bahwa kita ini orang-orang bodoh yang coba memahami Allah dengan logika dan hikmat manusia. Kita menjadi beriman bukan karena kita memahami logika tentang Allah, atau telah mencerna masuk akalnya penebusan Kristus. Tidak, kita memang orang-orang bodoh yang mendapat kasih karunia Allah untuk percaya kepada berita keselamatan di dalam Tuhan Yesus Kristus (Efesus 2:8-9). Cobalah Anda membaca I Korintus 2:1-16, di sana kita akan melihat bahwa kita menjadi seorang yang beriman bukan karena telah mendengarkan presentasi yang luar biasa tentang teori keselamatan, tetapi karena kasih karunia Allah, karena ada kuasa Allah yang dinyatakan dalam hidup kita.

Sebab itu 1 Korintus 4:20 mengatakan, "Sebab Kerajaan Allah bukan terdiri dari perkataan, tetapi dari kuasa." Kita mendengar dan menerima kabar baik di dalam Kristus bukan karena perkataan, bukan juga karena logika manusia, bukan karena telaah ilmiah, tetapi karena kuasa Allah. Tuhan Yesus waktu di dunia dan menyampaikan kabar baik kepada orang Israel, bukan dengan kata-kata indah dan ilmiah, tetapi Alkitab menuliskan bahwa Ia menyampaikan dengan kuasa (Matius 7:29, Lukas 4:32, Markus 1:22,27). Demikian juga dengan kita. Kita menerima perintah untuk menyampaikan kabar baik tersebut bukan dengan kata-kata hikmat, tetapi dengan disertai kuasa Allah.

Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:18-20)

Bacalah juga dalam Lukas 24:49, jelas disebutkan bawah kita akan diperlengkapi dengan kuasa dari tempat yang tinggi untuk memberitakan kabar baik dan menjadi saksi Kristus. Juga dalam Kisah Para Rasul 1:8, bacalah dan Anda akan menemukan bahwa setelah kita menerima kuasa kita diutus untuk menjadi saksi Kristus ke seluruh dunia.

Berita tentang injil jika kita sampaikan dengan hikmat dunia, dengan logika, secara ilmiah, dan dengan kata-kata yang manis dan meyakinkan maka kita tidak akan melihat pertobatan, sebab mereka menjadi percaya bukan karena kata-kata kita, tetapi karena kuasa Allah. Bacalah Kisah Para Rasul, bagaimana injil mula-mula disebarkan mulai dari Yerusalem sampai ke seluruh dunia, semua dilakukan dengan kuasa Allah. Bahkan mereka berdoa memohon kuasa Allah sebelum mereka keluar dengan berani memberitakan kabar baik tersebut (Kisah Para Rasul 4:29:31). Setiap kesaksian, setiap berita, dan kabar baik tentang Kristus yang kita sampaikan, Allah berjanji akan meneguhkannya dengan kuasa-Nya (Ibrani 2:4, Markus 16:20).

Demikian juga dengan saya dan Anda, mengapa menjadi begitu bodoh mempercayai cerita tentang keselamatan, hanya dengan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Sebab kita bukan mendengar kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi karena kita telah dijamah oleh kuasa tersebut.

Mulai hari ini, marilah kita menjadi saksi-saksi Kristus yang disertai dengan kuasa dari tempat yang tinggi (berdoalah untuk itu). Terkadang tanpa berkata-kata pun kita dapat membuat seseorang bertobat dan menerima Kristus. Saya melihat sendiri kuasa Allah yang berkerja pada dua orang teman saya, satu di SMA dan satu lagi waktu kuliah.

Injil harus diberitakan dengan kuasa Allah, bukan dengan kata-kata hikmat (apalagi debat, stop bagi mereka yang berdebat antar agama, kebenaran tidak ditemukan dalam debat agama).

--

Kapten Kapal


Bagikan
Oleh: Michael

Sebuah kapal laut akan terus berputar-putar di tengah laut jika tidak ada tujuannya. Dan ia akan menjadi kapal yang berguna jika kapal tersebut ada tujuannya, entah ia akan ke pulau Kalimantan, Sulawesi atau menuju pulau Jawa. Dan bagaimana kapal tersebut dapat memiliki tujuan, maka dalam kapal tersebut harus ada yang mengendalikannya. Atau yang biasa kita kenal dengan seorang awak kapal atau kapten kapal.

Ketika kapal tersebut telah memiliki kapten kapal, maka ia akan di bawa ke tempat tujuan yang pasti, entahkah akan ke Pulau Jawa, Kalimantan, Bali, yang jelas ketika ia memiliki Kapten kapal, maka ia akan di bawa ke tempat tujuan yang pasti. Misalkan ia akan menuju ke Pulau Bali, maka kapal tersebut akan terus berfokus kepada jalur menuju pulau Bali. Hingga akhirnya tiba di tempat tujuan dan Kapal ini menjadi berarti.

Itulah kehidupan kita manusia. Setiap orang akan menjawab bahwa tujuan hidup mereka hanyalah, dilahirkan, bertumbuh dewasa, bersekolah dngan baik, setelah itu bekerja, dan menghasilkan uang dan lalu menikah, memiliki anak, membesarkan anak, dan kemudian menjadi tua dan mati. Demikian pula anaknya, akan kembali melakukan hal yang sama, bersekolah, bekerja, memiliki keluarga, mejadi tua dan mati. Sebagian besar orang akan menjawab hal serupa. Yang mereka tau itulah mengapa mereka dilahirkan. Mereka akan seperti kapal tadi, yang hanya berputar-putar di tengah laut, tidak tahu tujuan sebenarnya.

Secanggihnya sebuah kapal, dan semodernnya sebuah kapal, dia sendiri tidak tahu bagaimana dia dipergunakan dengan baik dan berarti. Sehebatnya dan sepintarnya kita manusia, kita tidak pernah tahu apa tujuan kita dilahirkan di dunia ini. Pertanyaannya, sudakah kita memiliki Nahkoda, seorang Kapten dalam hidup kita, Yang mengatur dan mengarahkan hidup kita, memberikan arti tujan hidup yang sebenarnya? Sehingga kita dapat berkata, "Hidup saya memang berarti", kita bisa tahu tujuan hidp kita yang sebenarnya jika ada seorang yang mengarahkannya. Kapten itu berarti, sebuah pegangan, keyakinanan, pengharapan yang pasti! Dia bukan hanya akan mengarahkan kehidupan kita selama di bumi ini. Namun Dia juga memberikan sebuah pengharapan yang kekal dan tidak mengecewakan. Bahkan jaminan setelah kematian diberikan-Nya pada kita.

Siapakah Dia? YESUS...... Dia telah membuktikan dengan memberikan Nyawa-Nya ada kita hingga mati di kayu salib. Dia paling tahu siapa kita. Dia paling tahu harus diperlakukan seperti apa hidup kita ini. Datanglah pada-Nya, Dia akan mebawamu kepada hidup dan tujuan yang pasti, hingga engkau akan berkata "Hidupku berarti...." "Yesus mengasihi semua orang...

--

Surat Kasih dari Sang Bapa


5
Bagikan
Oleh: Kristian Ari Prabowo

Anak-Ku, mungkin engkau tidak mengenal-Ku, tetapi Aku mengenal segala sesuatu tentang dirimu. Aku tahu waktu engkau duduk atau berdiri. Aku mengerti segala jalanmu. (Mazmur 139:1-3)

Bahkan setiap helai rambut kepalamu terhitung semuanya. (Matius 10:29-31)

Karena engkau diciptakan menurut gambar-Ku. (Kejadian 1:27)

Di dalam-Ku engkau hidup, engkau bergerak dan engkau ada, sebab engkau adalah keturunan-Ku (Kisah Para Rasul 17:28)

Aku mengenalmu bahkan sebelum engkau ada dalam kandungan. (Yeremia 1:5)

Aku memilihmu ketika Aku merencanakan penciptaan. (Efesus 1:11-12)

Engkau bukanlah suatu kesalahan karena hari-harimu ada tertulis dalam kitab-Ku (Mazmur139:15-16)

Aku menentukan waktu yang tepat untuk kelahiranmu dan dimana engkau akan hidup. (Kisah Para Rasul 17:26)

Kejadianmu dahsyat dan ajaib. Aku menenun engkau dalam kandungan ibumu. (Mazmur 139:13-14)

Dan mengeluarkan engkau pada hari engkau dilahirkan. (Mazmur 71:6)

Aku selama ini disalahpahami oleh mereka yang tidak mengenal-Ku (Yohanes 8:41-44)

Aku tidak menjauh dan marah karena Aku adalah kasih yang sempurna. (I Yohanes 4:16)

Dan adalah kerinduan-Ku untuk mencurahkan kasih-Ku atasmu. Hanya karena engkau adalah anak-Ku dan Aku adalah Bapamu. (I Yohanes 3:1)

Aku memberikan lebih dari yang dapat diberikan oleh bapamu yang di dunia. (Matius 7:11)

Karena Aku adalah Bapa yang sempurna. (Matius 5:48)

Setiap pemberian baik yang kau terima berasal dari tangan-Ku (Yakobus 1:17)

Karena Aku adalah pemeliharamu dan Aku memenuhi semua kebutuhanmu. (Matius 6:31-33)

Rancangan-Ku untuk masa depanmu selalu penuh dengan harapan. (Yeremia 29:11)

Karena aku mengasihimu dengan kasih yang kekal. (Yeremia 31:3)

Pikiran-Ku terhadapmu tidak terhitung seperti pasir di tepi pantai. (Mazmur 139:17-18)

Dan Aku bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai. (Zefanya 3:17)

Aku tidak pernah berhenti berbuat baik kepadamu. (Yeremia 32:40)

Karena engkaulah harta kesayangan-Ku. (keluaran 19:5)

Aku rindu untuk mengokohkanmu dengan segenap hati-Ku dan jiwa-Ku. (Yeremia 32:41)

Aku akan memperlihatkan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami. (Yeremia 33:3)

Jika engkau mencari Aku dengan segenap hatimu, engkau akan menemukan Aku. (Ulangan 4:29)

Bergembiralah karena Aku, maka Aku akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. (Mazmur 37:4)

Karena Akulah yang memberikan segala keinginan itu. (Filipi 2:13)

Aku dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang engkau dapat pikirkan. (Efeseus 3:20)

Karena Aku adalah Penghiburmu yang agung. (II Tesalonika 2:16-17)

Akulah juga Bapa yang menghiburmu dalam segala penderitaanmu. (II Korintus 1:3-4)

Ketika engkau patah hati Aku berada di dekatmu. (Mazmur 34:19)

Seperti seorang gembala memangku dombanya, Aku memangku engkau dekat ke hati-Ku. (Yesaya 40:11)

Suatu hari Aku akan menghapus semua air mata dari matamu dan Aku akan mengangkat semua kesusahan yang engkau derita di atas bumi. (Wahyu 21:3-4)

Akulah bapamu dan Aku mengasihi engkau seperti Aku mengasihi Putra-Ku, Yesus. (Yohanes 17:23)

Karena di dalam Yesus kasih-Ku kepadamu dinyatakan. (Yohanes 17:26)

Dialah gambar wujud dari keberadaan-Ku. (Ibrani 1:3)

Ia datang untuk menyatakan bahwa Aku di pihakmu dan bukan untuk melawanmu. (Roma 8:31)

Dan untuk memberitahumu bahwa Aku tidak memperhitungkan pelanggaranmu. Yesus mati supaya engkau dan Aku dapat diperdamaikan. (II Korintus 5:18-19)

Kematian-Nya adalah pernyataan terbesar dari kasih-Ku kepadamu. (I Yohanes 4:10)

Aku menyerahkan semua yang Aku sayangi supaya Aku mendapatkan kasihmu. (Roma 8:32)

Jika engkau menerima anak-Ku Yesus, engkau juga menerima-Ku. (I Yohanes 2:23)

Dan tidak ada lagi yang akan memisahkan engkau dari kasih-Ku. (Roma 8:38-39)

Kembalilah dan Aku akan mengadakan pesta terbesar yang pernah ada di sorga. (Lukas 15:7)

Selamanya Aku adalah Bapa, dan selamanya Aku tetaplah Bapa. (Efesus 3:14-15)

Pertanyaan-Ku ialah: Maukah engkau menjadi Anak-Ku? (Yohanes 1:12-13)

Aku menanti-nantikan engkau. (Lukas 15:11-32)

Salam kasih,

Bapamu, Allah Yang Maha Kuasa
Catatan: Ini adalah pesan tersirat dari BAPA berdasarkan Firman-Nya.

Sumber: Renungan "Jamahan Kuasa-Nya"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan beri komentar