Segar banget

Segar banget
bangett

Jumat, 10 Juni 2011

Harga Properti di Jakarta Naik 3% dalam 5 Bulan




Jakarta - Harga properti wilayah Jakarta naik rata-rata 3% sejak awal tahun 2011. Para investor yang sudah menanamkan dananya di sektor properti pun sudah bisa mencicipi untung dari kenaikan harga properti itu.

"Sudah naik dari awal tahun rata-rata 3%, bisa 2-5%. Tergantung lokasi dan akses," ungkap Wakil Presiden Direktur II PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN), Indra Wijaya usai RUPS Tahunan di Senayan City, Jakarta, Selasa (7/6/2011).

Indra menjelaskan, aset Agung Podomoro yang telah dipasarkan juga mencatat kenaikan serupa. Kenaikan unit properti seiring dengan janji peningkatan nilai investasi atas unit milik konsumen Agung Podomoro.

"Ini wajar karena saat lauching kita jual dibawah, setiap tiga bulan biasanya ada kenaikan. Untuk Central Park sudah naik 50% sejak diluncurkan tahun lalu," paparnya.

Sepanjang Januari-April marketing sale APLN telah menyentuh Rp 1,5 triliun. Sampai dengan akhir tahun nilai penjualan atas seluruh unit properti perseroan mencapai Rp 3 triliun, atau meningkat dari periode yang sama 2010, Rp 2,4 triliun.

"Marketing Sale diharapkan bisa mencapai Rp 3 triliun," papar Direktur Keuangan APLN, Cesar Dela Cruz.

Perseroan juga masih berambisi menambah lahan baru, dari target mereka 20 ha. Sebagian lahan sudah perseroan dapat di awal tahun, sisanya APLN membidik wilayah sekitar Jakarta yang strategis dan mendekati akses tol oto ringroad atau inner ringroad.

"Penawaran yang masuk ke kita banyak, namun lihat tanahnya clear ga. Dari sisi lokasi dan demografi seperti apa. Nanti kalau sudah lebih jelas, akuisisi lahan akan kami sampaikan ke Bapepam," tegas Indra.

--

Pertumbuhan Bisnis Hotel di Yogyakarta Makin Kencang
Whery Enggo Prayogi - detikFinance






Jakarta - Industri perhotelan di Yogyakarta tumbuh subur dengan maraknya pembangunan hotel baru. Yogyakarta sebagai salah satu kota pariwisata favorit di Indonesia menyimpan potensi sangat besar bagi industri perhotelan.

Tingkat persaingannya cukup menantang seiring banyaknya pembangunan hotel baru. Namun potensi pasarnya masih sangat besar menjadikan bisnis perhotelan di Yogyakarta masih menggiurkan.

"Ceruk pasar perhotelan di Yogyakarta masih sangat tebal. Biasanya, jika rata-rata tingkat hunian hunian kamar hotel di suatu wilayah (city accupancy) lebih dari 65%, ada periode tertentu kota tersebut akan kekurangan kamar hotel. Untungnya pelaku industri perhotelan di Yogya cukup solid dan saling mendukung. Jadi meskipun di satu sisi mereka saling bersaing, namun di sisi lainnya bisa saling bersinergi," kata Direktur Operasional PT Intiwhiz International Ndang Mulyadi dalam keterangan tertulisnya, Selasa (7/6/2011)

Ia menambahkan tingkat kebutuhan kamar hotel di Yogyakarta diperkirakan akan meningkat cukup tinggi pada tahun ini. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta menargetkan jumlah kunjungan wisatawan ke kota Gudeg tahun ini menembus 2,5 juta orang. Target wisatawan tersebut meningkat dua kali pilat dibandingkan target tahun 2010 sebesar 1,25 juga orang.

Meskipun industri pariwisata Yogyakarta terpukul dampak bencara erupsi gunung Merapi, namun realisasi jumlah kunjungan wisatawan sepanjang 2010 angkanya mencapai 2,46 juta orang. Wisatawan domestik tercatat sebanyak 2,25 juta orang dan sisanya adalah wisatawan mancanegara.

Mengantisipasi tren tersebut Whiz Hotel Yogyakarta melakukan beberapa upaya peningkatan layanan untuk menangkap ceruk pasar. Salah satunya yakni membangun dan menyediakan fasilitas ruang rapat atau ruang serbaguna.

"Berdasarkan pengalaman ternyata kebutuhan terhadap ruang rapat cukup tinggi. Kami mencoba mengakomodasi kebutuhan tersebut dengan menyediakan fasilitas ruang rapat di Whiz Hotel Yogyakarta. Potensi pasarnya cukup besar, karena banyak pihak yang menanyakan fasilitas tersebut," jelasnya.

Ndang mencontohkan tingkat okupansi kamar Whiz Hotel Yogyakarta, sejak bulan April 2011 kembali meningkat signifikan. Padahal pasca erupsi gunung Merapi angkanya anjlok hingga hanya berkisar 20% namun sudah pulih berkisar 70%. Bahkan pada akhir pekan atau liburan panjang, tingkat hunian kamar Whiz Hotel Yogyakarta bahkan mencapai 100%.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik Yogyakarta, melangsir data yang menunjukan tingkat okupansi kamar hotel berbintang sempat menoreh catatan terburuk di bulan November 2010. Tingkat okupansi kamar hotel berbintang yang biasanya rata-rata berkisar 60%, sempat anjlok ke angka 17,4%.

Dikatakan Ndang, meningkatnya tingkat hunian kamar hotel di Yogyakarta terjadi sejak tiga bulan terakhir. Tren tersebut selain disebabkan oleh faktor membaiknya kondisi sektor pariwisata, juga dipengaruhi oleh meningkatnya aktivitas Meeting, Incentive, Conference dan Exhibition (MICE) yang diselenggarakan di kota Yogyakarta. Manajemen Whiz Hotel menargetkan tingkat hunian kamar Whiz Hotel Yogyakarta tahun ini sebesar 75%.

"Di Whiz Hotel Yogya, peningkatan permintaan kamar bukan hanya terjadi pada akhir pekan, tetapi juga di hari-hari kerja. Kondisi ini menandakan mulai membaiknya sektor pariwisata dan mulai maraknya penyelenggaraan aktivitas MICE," jelasnya.

Ia juga mengatakan penyediaan layanan online booking memberi pengaruh cukup besar dalam upaya meningkatkan dan mempermudah pemesanan kamar hotel. Whiz Hotel Yogyakarta tercatat berhasil meningkatkan jumlah tamu dari segmen pasar pemerintah dan korporat, serta dari pemesanan grup yang berasal dari sejumlah kota di Indonesia. Setiap minggu rata-rata terdapat satu pemesanan grup dengan permintaan jumlah kamar cukup banyak.

"Para tamu yang menginap di Whiz Hotel Yogya mayoritas berasal dari domestik, yakni sebanyak 85% sisanya wisatawan mancanegara. Kemudian kalau dari tujuan kunjungannya, angkanya masih relatif seimbang, antara liburan dan bisnis," ucapnya.


--

Bebas Untuk Memilih
Posted: 09 Jun 2011 05:42 PM PDT
Yosua 24:15
“Pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah.”

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 11; Yohanes 21; Kidung Agung 4-6

Di dalam alkitab berkali-kali diceritakan, dua negara atau dua individu harus mengambil keputusan yang berdampak pada masa depan mereka. Kadang kala mereka membuat pilihan-pilihan yang salah dan menimbulkan penderitaan.

Di saat kita menghadapi keputusan-keputusan, kita perlu mengingat bahwa Allah tidak meninggalkan kita di dalam gelap, atau Dia tidak peduli. Allah mengasihi kita dan Dia menginginkan yang terbaik untuk kita. Dia memiliki rencana yang sempurna dalam kehidupan kita dan Dia ingin supaya kita memilihnya dan tidak memilih jalan-jalan yang salah seperti yang ditawarkan iblis untuk diikuti.

Bahkan ketika jalan kita sepertinya tidak jelas, Allah memberikan kita terang. Dia memberikan kita firman-Nya sehingga banyak keputusan kita akan jauh lebih mudah karena kita mengetahui prinsip-prinsip moral dan prinsip-prinsip rohaninya. Dia juga memberikan kita hikmat (kadang-kadang melalui orang lain) untuk memahami keadaan kita, dan Dia memberikan Roh Kudus untuk menuntun kita.

Oleh karenanya, jangan pernah mengambil keputusan tanpa menyerahkan dahulu kepada Allah dan mencari kehendak-Nya.

Mengikutsertakan Tuhan dalam keputusan-keputusan yang hendak Anda buat adalah langkah tepat yang tidak perlu dipertimbangkan.

0

Dow Jones Industrial Average ( /daʊ dʒəʊnz/), also referred to as the Industrial Average, the Dow Jones, the Dow 30, or simply the Dow, is a stock market index, and one of several indices created by Wall Street Journal editor and Dow Jones & Company co-founder Charles Dow. It is now owned by the CME Group, which is the majority owner of Dow Jones Indexes. The average is named after Dow and one of his business associates, statistician Edward Jones. It is an index that shows how 30 large, publicly owned companies based in the United States have traded during a standard trading session in the stock market.[1] It is the second oldest U.S. market index after the Dow Jones Transportation Average, which was also created by Dow.
The Industrial portion of the name is largely historical, as many of the modern 30 components have little or nothing to do with traditional heavy industry. The average is price-weighted, and to compensate for the effects of stock splits and other adjustments, it is currently a scaled average. The value of the Dow is not the actual average of the prices of its component stocks, but rather the sum of the component prices divided by a divisor, which changes whenever one of the component stocks has a stock split or stock dividend, so as to generate a consistent value for the index.
Along with the NASDAQ Composite, the S&P 500 Index, and the Russell 2000 Index, the Dow is among the most closely watched U.S. benchmark indices tracking targeted stock market activity. Although Dow compiled the index to gauge the performance of the industrial sector within the American economy, the index's performance continues to be influenced by not only corporate and economic reports, but also by domestic and foreign political events such as war and terrorism, as well as by natural disasters that could potentially lead to economic harm. Components of the Dow trade on both the NASDAQ OMX and the NYSE Euronext, two of the largest stock market companies. Derivatives of the Dow trade on the Chicago Board Options Exchange and through CME Group, the world's largest futures exchange company, which owns 90% of the indexing business founded by Dow Jones, including the Industrial Average.[2][3]
Contents [hide]
1 Components
2 Former components
3 History
3.1 Early years
3.2 Post-war years
3.3 Dot-com boom
3.4 September 11 attacks
3.5 Financial crisis
4 Investing
4.1 Equities
4.2 Leveraged equities
4.3 Futures contracts
4.4 Options contracts
5 Calculation
6 Assessment
7 See also
8 References
9 External links
[edit]Components

The Dow Jones Industrial Average currently consists of the following 30 major American companies:[4]
Company Symbol Industry Date Added
3M MMM Conglomerate 1976-08-09 (as Minnesota Mining and Manufacturing)
Alcoa AA Aluminum 1959-06-01 (as Aluminum Company of America)
American Express AXP Consumer finance 1982-08-30
AT&T T Telecommunication 1999-11-01 (as SBC Communications)
Bank of America BAC Banking 2008-02-19
Boeing BA Aerospace and defense 1987-03-12
Caterpillar CAT Construction and mining equipment 1991-05-06
Chevron Corporation CVX Oil & gas 2008-02-19
Cisco Systems CSCO Computer networking 2009-06-08
Coca-Cola KO Beverages 1987-03-12
DuPont DD Chemical industry 1935-11-20 (also 1924-01-22 to 1925-08-31)
ExxonMobil XOM Oil & gas 1928-10-01 (as Standard Oil)
General Electric GE Conglomerate 1907-11-07
Hewlett-Packard HPQ Technology 1997-03-17
The Home Depot HD Home improvement retailer 1999-11-01
Intel INTC Semiconductors 1999-11-01
IBM IBM Computers and technology 1979-06-29
Johnson & Johnson JNJ Pharmaceuticals 1997-03-17
JPMorgan Chase JPM Banking 1991-05-06 (as J.P. Morgan & Company)
Kraft Foods KFT Food processing 2008-09-22
McDonald's MCD Fast food 1985-10-30
Merck MRK Pharmaceuticals 1979-06-29
Microsoft MSFT Software 1999-11-01
Pfizer PFE Pharmaceuticals 2004-04-08
Procter & Gamble PG Consumer goods 1932-05-26
Travelers TRV Insurance 2009-06-08
United Technologies Corporation UTX Conglomerate 1939-03-14 (as United Aircraft)
Verizon Communications VZ Telecommunication 2004-04-08
Wal-Mart WMT Retail 1997-03-17
Walt Disney DIS Broadcasting and entertainment 1991-05-06
[edit]Former components

Main article: Historical components of the Dow Jones Industrial Average
The components of the DJIA have changed 48 times in its 115 year history. When companies are replaced, the scale factor used to calculate the index is adjusted so that the value of the average remains the same. A summary of the more recent changes to the index include the following:
On February 19, 2008, Chevron and Bank of America replaced Altria Group and Honeywell. Chevron had previously been a Dow component from July 18, 1930, to November 1, 1999. During Chevron's absence, its split-adjusted price per share had gone from forty-four dollars to eighty-five, while the price of petroleum had risen from twenty-four dollars to a hundred. On September 22, 2008, Kraft Foods replaced the American International Group (AIG) in the index.[5] On June 8, 2009, General Motors and Citigroup were replaced by The Travelers Companies and Cisco Systems, which became the third company traded on the NASDAQ to be part of the Dow.[6]
[edit]History

[edit]Early years
Main articles: List of largest daily changes in the Dow Jones Industrial Average and Closing milestones of the Dow Jones Industrial Average
The Dow Jones Industrial Average was founded by Charles Dow on May 26, 1896, and represented the dollar average of 12 stocks from leading American industries. Previously in 1884, Dow had composed an initial stock average called the Dow Jones Averages, which contained nine railroads and two industrial companies that appeared in the Customer's Afternoon Letter, a daily two-page financial news bulletin which was the precursor to The Wall Street Journal. Of the original 12 stocks forming the Dow Jones Industrial Average compiled later in 1896, no longer railroad stocks, but purely industrial stocks, only General Electric is currently part of that index.[7] The other 11 were:[8]
American Cotton Oil Company, a predecessor company to Bestfoods, now part of Unilever.
American Sugar Company, became Domino Sugar in 1900, now Domino Foods, Inc.
American Tobacco Company, broken up in a 1911 antitrust action.
Chicago Gas Company, bought by Peoples Gas Light in 1897, now an operating subsidiary of Integrys Energy Group.
Distilling & Cattle Feeding Company, now Millennium Chemicals, formerly a division of LyondellBasell, the latter of which is now in Chapter 11 bankruptcy.
Laclede Gas Company, still in operation as the Laclede Group, Inc., removed from the Dow Jones Industrial Average in 1899.
National Lead Company, now NL Industries, removed from the Dow Jones Industrial Average in 1916.
North American Company, an electric utility holding company, broken up by the U.S. Securities and Exchange Commission (SEC) in 1946.
Tennessee Coal, Iron and Railroad Company in Birmingham, Alabama, bought by U.S. Steel in 1907; U.S. Steel was removed from the Dow Jones Industrial Average in 1991.
U.S. Leather Company, dissolved in 1952.
United States Rubber Company, changed its name to Uniroyal in 1961, merged with private B.F. Goodrich in 1986, bought by Michelin in 1990.
When it was first published in the late 1890s, the index stood at a level of 40.94, but ended up hitting its all-time low of 28.48 during the summer of 1896 during the depths of what later became known as the Panic of 1896. Many of the biggest percentage price moves in the Dow occurred early in its history, as the nascent industrial economy matured. A brief war in 1898 between the U.S. and the Spanish Empire might have only had a minor impact in the Dow's direction.[citation needed]
The decade of the 1900s would see the Dow halt its momentum as it worked its way through a pair of cataclystic financial crises; the Panic of 1901 and the Panic of 1907. The Dow would be stuck in a trading range of between the 50 and 100 point levels till late 1909. The negativity surrounding the 1906 San Francisco earthquake did little to improve the economic climate. International disturbances such as the Russo-Japanese War were few and far between and seemed to have little if any influence on the Dow. The average would end off the decade near the vicinity of the 100 point level.[citation needed]
At the start of the 1910s, the decade would begin with the Panic of 1910–1911 stifling economic growth for a lengthy period of time. History would later take its course on July 30, 1914; as the average stood at a level of 71.42 when a decision was made to close down the New York Stock Exchange, and suspend trading for a span of 4½ months. Some historians believe the exchange closed because of a concern that markets would plunge as a result of panic over the onset of World War I. An alternative explanation is that the Secretary of the Treasury, William Gibbs McAdoo, closed the exchange because he wanted to conserve the U.S. gold stock in order to launch the Federal Reserve System later that year, with enough gold to keep the U.S. at par with the gold standard. When the markets reopened on December 12, 1914, the index closed at 54, a drop of 24.39%.[9] Also, in trying to explain the huge percentage drop, there was a new recalculation performed on the index in September 1916. Additions to the index raised the number of companies to 20, resulting in a mathematical inconsistency to the average from previous years in the past including 1914.[10] Following World War I, the U.S. would experience another downturn in economic activity in what became known as the Post-World War I recession. The Dow's performance would remain virtually unchanged from the closing value of the previous decade, adding only around 5%, from about the 100 level to 105.[citation needed]
During the 1920s, specifically in 1928, the components of the Dow were increased to 30 stocks near the economic height of that decade, which was nicknamed the Roaring Twenties. The prosperous nature of the economic climate, muted the negative influence of an early 1920s recession plus certain international conflicts such as the Polish-Soviet war, the Irish Civil War, the Turkish War of Independence and the initial phase of the Chinese Civil War. The Crash of 1929 and the ensuing Great Depression returned the average to its starting point, almost 90% below its peak. By July 8, 1932, following its intra-day low of 40.56, the Dow would end up closing the session at 41.22. The high of 381.17 on September 3, 1929, would not be surpassed until 1954, in inflation-adjusted numbers. However, the bottom of the 1929 Crash came just 2½ months later on November 13, 1929, when intra-day it was at the 195.35 level, closing slightly higher at 198.69.[11] For the decade, the Dow would end off with a healthy 173% gain from around the 105 level to a level of 286.
Marked by global instability, the 1930s contended with several consequential European and Asian outbreaks of war, leading up to catastrophic World War II; including the Spanish Civil War, the Second Italo-Abyssinian War, the Soviet-Japanese Border War and the Second Sino-Japanese War. On top of that, the U.S. dealt with a painful recession in 1937 and 1938. The largest one-day percentage gain in the index, 15.34%, happened on March 15, 1933, in the depths of the 1930s bear market. However, as a whole, the Dow posted some of its worst performances, for a negative return. For the decade, the average was down from around the 286 level to 148, a loss of about 48%.
[edit]Post-war years

This section does not cite any references or sources.
Please help improve this section by adding citations to reliable sources. Unsourced material may be challenged and removed. (May 2011)
Post-war reconstruction during the 1940s, along with renewed optimism of peace and prosperity, brought about a 39% surge in the Dow from around the 148 level to 206. The strength in the Dow occurred despite a brief recession in 1949 and other global conflicts which started a short time later including the latter stages of the Chinese Civil War, the Greek Civil War, the Indo-Pakistani War of 1947 and the 1948 Arab-Israeli War.
During the 1950s, the Korean War, the Algerian War, the Cold War and other political tensions such as the Cuban Revolution, as well as widespread political and economic changes in Africa during the initial stages of European Decolonization, did not stop the Dow's bullish climb higher. Additionally, the U.S. would also make its way through two grinding recessions; one in 1953 and another in 1958. A 200% increase in the average from a level of 206 to 616 ensued over the course of that decade.
The Dow's bullish behavior began to stall during the 1960s as the U.S. became entangled with foreign political issues such as the Bay of Pigs Invasion involving Cuba, the Vietnam War, the Portuguese Colonial War, the Colombian Civil War which the U.S. assisted with short-lived counter-guerrilla campaigns, and domestic issues such as the Civil Rights Movement. For the decade though, and despite a mild recession between 1960 and 1961, the average still managed a respectable 30% gain from the 616 level to 800.
The 1970s marked a time of economic uncertainty and troubled relations between the U.S. and certain Middle-Eastern countries. To begin with, the decade started off with the ongoing Recession of 1969–70. Following that, the 1973–75 recession, the 1973 Oil Crisis as well as the 1979 energy crisis began as a prelude to a disastrous economic climate injected with stagflation; the combination between high unemployment and high inflation. However, on November 14, 1972, the average closed above the 1,000 mark (1,003.16) for the first time, during a brief relief rally in the midst of a lengthy bear market. Between January 1973 and December 1974, the average lost 48% of its value in what became known as the 1973–1974 Stock Market Crash. The situation was exacerbated following the events surrounding the Yom Kippur War and the series of 1970s Energy Crisis' which followed it soon after. Although the Vietnam War ended in 1975, new tensions arose towards Iran surrounding the Iranian Revolution in 1979. Other notable disturbances such as the Lebanese Civil War, the Ethiopian Civil War, the Indo-Pakistani War of 1971 and the Angolan Civil War which the U.S. and Soviet Union considered critical to the global balance of power, seemed to have had little influence towards the financial markets. Performance-wise for the decade, gains remained virtually flat, rising less than 5% from about the 800 level to 838.


The Dow fell 22.61% on Black Monday (1987) from about the 2,500 level to around 1,750. Two days later, it rose 10.15% above the 2,000 level for a mild recovery attempt.
The 1980s saw a rapid increase in the average, though severe corrections did occur along the way. The largest one-day percentage drop occurred on Black Monday; October 19, 1987, when the average fell 22.61%. There were no clear reasons given to explain the crash, but program trading may have been a major contributing factor. On October 13, 1989, the Dow stumbled into another downfall, the 1989 Mini-Crash which initiated the collapse of the junk bond market as the Dow registered a loss of almost 7%. However, for the rest of the 1980s as a whole, the Dow made a profound 228% increase from the 838 level to 2,753; despite the market crashes, an Early 1980s recession, and other political distractions such as the Soviet War in Afghanistan, the Falklands War, the Iran-Iraq War, the Second Sudanese Civil War and the First Intifada in the Middle East.
[edit]Dot-com boom

This section needs additional citations for verification.
Please help improve this article by adding reliable references. Unsourced material may be challenged and removed. (May 2011)
The 1990s brought on rapid advances in technology along with the introduction of the dot-com era. To start off, the markets contended with the 1990 oil price shock compounded with the effects of the Early 1990s recession. Certain influential foreign conflicts such as the 1991 Soviet coup d'état attempt which took place as part of the initial stages of the Dissolution of the USSR and the Fall of Communism; the First and Second Chechen Wars, the Persian Gulf War and the Yugoslav Wars failed to dampen economic enthusiasm surrounding the ongoing Information Age and the "Irrational Exuberance" (a phrase coined by Alan Greenspan) of the Internet Boom. Even the occurrences of the Rwandan Genocide and the Second Congo War, termed as "Africa's World War" that involved 8 separate African nations which together between the two killed over 5 million people; didn't seem to have any noticeable negative financial impact on the Dow either. Between late 1992 and early 1993, the Dow staggered through the 3,000 level making only modest gains as the Biotechnology sector suffered through the downfall of the Biotech Bubble; as many biotech companies saw their share prices rapidly rise to record levels and then subsequently fall to new all-time lows.


A linear chart which approximates the shape of the rise in the DJIA during the 1990s acceleration. From a trading low of under 4,000 in 1990 to above the 12,000 mark in the year 2000 with intermittent slides throughout the decade.
On November 21, 1995, the DJIA closed above the 5,000 level (5,023.55) for the first time. Over the following two years, the Dow would rapidly tower above the 6,000 level during the month of October in 1996, and the 7,000 level in February 1997. On its march higher into record territory, the Dow easily made its way through the 8,000 level in July 1997. However, later in that year during October, the events surrounding the Asian Financial Crisis plunged the Dow into a 554 point loss to a close of 7,161.15; a retrenchment of 7.18% in what became known as the 1997 Mini-Crash. Although internationally there was negativity surrounding the 1998 Russian financial crisis, the Dow would go on to surpass the 9,000 level during the month of April in 1998, making its sentimental push towards the symbolic 10,000 level. On March 29, 1999, the average closed above the 10,000 mark (10,006.78) after flirting with it for two weeks. This prompted a celebration on the trading floor, complete with party hats. The scene at the exchange made front page headlines on many U.S. newspapers such as The New York Times. On May 3, 1999, the Dow achieved its first close above the 11,000 mark (11,014.70). Total gains for the decade exceeded 315%; from the 2,753 level to 11,497.
The Dow averaged a 5.3% return compounded annually for the 20th century, a record Warren Buffett called "a wonderful century"; when he calculated that to achieve that return again, the index would need to close at about 2,000,000 by December 2099.[12]
Even during the height of the dot-com era, authors James K. Glassman and Kevin A. Hassett went so far as to publish a book entitled Dow 36,000: The New Strategy for Profiting From the Coming Rise in the Stock Market. Their theory was to imply that stocks were still cheap and it was not too late to benefit from rising prices during the Internet boom.
Characterized by fear on the part of newer investors, the uncertainty of the 2000s brought on a significant bear market. There was indecision on whether the cyclical bull market represented a prolonged temporary bounce or a new long-term trend. Ultimately, there was widespread resignation and disappointment as the lows were revisited, and in some cases, surpassed near the end of the decade.
[edit]September 11 attacks
The third largest one-day point drop in DJIA history, and largest at the time, occurred on September 17, 2001, the first day of trading after the September 11, 2001 attacks, when the Dow fell 684.81 points, or 7.1%. It should be noted that the Dow had been in a downward trend for virtually all of 2001 prior to Sept 11, losing well over 1000 points between Jan 2 and Sept. 10, and had lost 187.51 points on Sept. 6, followed by losing 235.4 points on Sept. 7.[13] By the end of that week, the Dow had fallen 1,369.70 points, or 14.3%. However, the Dow began an upward trend shortly after the attacks and quickly regained all lost ground to close above the 10,000 level for the year.


The Dow fell 14.3% from the mid-9,000 level to the low 8,000 level after the September 11, 2001 attacks. Exchanges were closed between September 10 and September 17.
During 2002, the average remained subdued without making substantial gains due to the Stock market downturn of 2002 as well as the lingering effects of the Dot-com bubble.
In 2003, the Dow held steady within the 7,000 to 9,000 point level range by the Early 2000s Recession, the Afghan War and the Iraq War. But by December of that year, the Dow remarkably returned to the 10,000 mark.
In October 2006, four years after its bear market low, the DJIA set fresh record theoretical, intra-day, daily close, weekly, and monthly highs for the first time in almost seven years, closing above the 12,000 level for the first time on the 19th anniversary of Black Monday (1987).
On February 27, 2007, the Dow Jones Industrial Average fell 3.3% (415.30 points), its biggest point drop since 2001. The initial drop was caused by a global sell-off after Chinese stocks experienced a Mini-Crash, yet by April 25, the Dow passed the 13,000 level in trading and closed above that milestone for the first time.
On July 19, 2007, the average passed the 14,000 level, completing the fastest 1,000-point advance for the index since 1999. One week later, a 450 point intra-day loss, owing to turbulence in the U.S. sub-prime mortgage market and the soaring value of the yuan,[14][15] initiated another correction falling below the 13,000 mark, about 10% from its highs.
On October 9, 2007, the Dow Jones Industrial Average closed at the record level of 14,164.53. Two days later on October 11, the Dow would trade at its highest intra-day level ever, at the 14,198.10 mark.[16] In what would normally take many years to accomplish; numerous reasons were cited for the Dow's extremely rapid rise from the 11,000 level in early 2006, to the 14,000 level in late 2007. They included future possible takeovers and mergers, healthy earnings reports particularly in the tech sector, and moderate inflationary numbers; fueling speculation the Federal Reserve would not raise interest rates. Roughly on par with the 2000 record when adjusted for inflation, this represented the final high of the cyclical bull.
[edit]Financial crisis
On September 15, 2008, a wider financial crisis became evident when Lehman Brothers filed for Chapter 11 bankruptcy along with the economic effect of record high oil prices which reached almost $150 per barrel two months earlier. The DJIA lost more than 500 points for only the sixth time in history, returning to its mid-July lows below the 11,000 level. A series of "bailout" packages, including the Emergency Economic Stabilization Act of 2008, proposed and implemented by the Federal Reserve and U.S. Treasury, as well as FDIC-sponsored bank mergers, did not prevent further losses. After two months of extreme volatility during which the Dow experienced its largest one day point loss, largest daily point gain, and largest intra-day range (more than 1,000 points), the index closed at a new twelve-year low of 6,547.05 on March 9, 2009 (after an intra-day low of 6,469.95[17] during the March 6 session), its lowest close since April 1997, and had lost 20% of its value in only six weeks. Towards the latter half of 2009, the average rallied towards the 10,000 level amid optimism that the Late-2000s Recession, the United States Housing Bubble and the Global Financial Crisis of 2008–2009, were easing and possibly coming to an end. For the decade, the Dow saw a rather substantial pullback for a negative return from the 11,497 level to 10,428, a loss of a little over 9%.
During the early part of the 2010s, the Dow made a fairly notable rally attempt in the face of growing global concerns such as the 2010 European sovereign debt crisis and the Dubai debt crisis. Although for the most part just a political event, the Dow closed at the 10,785.89 level on March 22, 2010 following the passage of the landmark Patient Protection and Affordable Care Act in Washington. On May 6, 2010, just after 2:30 pm EDT, the Dow Jones Industrial Average plunged by 998.50 points, an intra-day loss of 9.2%. The event later became known as the 2010 Flash Crash or the "Flash Crash".[18] Although there was an immediate recovery, it was the biggest intra-day fall ever. This would have put the trading day as the fifth-worst market sell-off on a percentage basis as well. The Dow bottomed out at 9,869, and then recovered quickly, eventually ending at 10,520.32, a loss of 347.80 points or 3.2%.[18] On February 1, 2011, the Dow settled at the 12,040.16 level, reaching past the 12,000 mark for the first time in over two and a half years.[19] On April 29, 2011 the Dow closed at 12,810.54, its highest close since May 20, 2008.
[edit]Investing

Investing in the DJIA is made widely accessible in equities through exchange-traded funds (ETFs) as well as in derivatives through option contracts and futures contracts.
[edit]Equities
Within the equities world, asset manager SSgA State Street Global Advisors, issue a family of ETFs the SPDRs; one of which attempts to match the daily performance of the index, the DIAMONDS, introduced in 1998 (NYSE: DIA). Another asset management firm, ProFunds, issue other related DJIA ETFs through ProShares such as the Inverse Performance (NYSE: DOG) for a bearish strategy on the average. That is, when the Dow trades in negative territory, the ETF trades higher; thus, making it not needed to sell short if one has a bearish goal in mind.
Due to the advent of pre-market trading, the DIAMONDS ETF provides a very accurate opening value for the average. As an example, if the ETF opens the trading session with a 76¢ loss; then that would strongly indicate roughly a 76-point loss for the Dow within the first few seconds or so, even before all of its components open for trade. Likewise, if the ETF starts the trading session higher by $1.12, then that would signal an approximate gain for the Dow of 112 points at the open, even if some components begin trading at 9:31 am or 9:33 am due to a delay.
[edit]Leveraged equities
Profunds also issues the 2x (NYSE: DDM), which attempts to match the daily performance of the DJIA by 200% and the Inverse 2x (NYSE: DXD), which attempts to match the inverse daily performance by 200%. In the case of 2x performance, the ETF increases the buying power by leveraging money without using margin. Currently, there are also 3x performance ETFs issued by ProShares that exist too; which attempt to replicate (300% leverage) against the Dow. For 3x performance, the symbol is (NYSE: UDOW), and for Inverse 3x performance, it is (NYSE: SDOW).[20][21]
[edit]Futures contracts
In the derivatives market, the CME Group through its subsidiaries the Chicago Mercantile Exchange (CME) and the Chicago Board of Trade (CBOT), issues Futures Contracts; including the E-mini Dow ($5) Futures (YM), the DJIA ($10) Futures (DJ) and the Big Dow DJIA ($25) Futures (DD) which track the average and trade on their exchange floors respectively. Trading is typically carried out in an Open Outcry auction, or over an electronic network such as CME's Globex platform.
[edit]Options contracts
The Chicago Board Options Exchange (CBOE) issues Options Contracts on the Dow through the root symbol DJX in combination with long term expiration options called DJX LEAPS. Concerning equities, the exchange issues options contracts on Performance ETFs, Inverse Performance ETFs, 2x Performance ETFs, Inverse 2x Performance ETFs, 3x Performance ETFs, and Inverse 3x Performance ETFs.
[edit]Calculation

To calculate the DJIA, the sum of the prices of all 30 stocks is divided by a Divisor, the Dow Divisor. The divisor is adjusted in case of stock splits, spinoffs or similar structural changes, to ensure that such events do not in themselves alter the numerical value of the DJIA. Early on, the initial divisor was composed of the original number of component companies; which made the DJIA at first, a simple arithmetic average. The present divisor, after many adjustments, is less than one (meaning the index is larger than the sum of the prices of the components). That is:

where p are the prices of the component stocks and d is the Dow Divisor.
Events like stock splits or changes in the list of the companies composing the index alter the sum of the component prices. In these cases, in order to avoid discontinuity in the index, the Dow Divisor is updated so that the quotations right before and after the event coincide:

The Dow Divisor is currently 0.132129493.[22] Presently, every $1 change in price in a particular stock within the average, equates to a 7.57 (1/0.132129493) point movement.
[edit]Assessment

With the current inclusion of just 30 stocks, critics like Ric Edelman argue that the DJIA is not a very accurate representation of overall market performance. Still, it is the most cited and most widely recognized of the stock market indices.[23][24] Additionally, the DJIA is criticized for being a price-weighted average, which gives higher-priced stocks more influence over the average than their lower-priced counterparts, but takes no account of the relative industry size or market capitalization of the components. For example, a $1 increase in a lower-priced stock can be negated by a $1 decrease in a much higher-priced stock, even though the lower-priced stock experienced a larger percentage change. In addition, a $1 move in the smallest component of the DJIA has the same effect as a $1 move in the largest component of the average. The Dow would see the negative effects of this price weighted average during September–October 2008 with a former component AIG. Before its reverse-split adjusted stock price change, the stock collapsed from $22.76 on September 8 to $1.35 on October 27; contributing to sending the Dow down roughly 3,000 points.[25]
As of May 2011, IBM and Caterpillar are among the highest priced stocks in the average and therefore have the greatest influence on it. Alternately, Bank of America and Cisco Systems are among the lowest priced stocks in the average and have the least amount of sway in the price movement. Many critics of the DJIA recommend the float-adjusted market-value weighted S&P 500 or the Wilshire 5000, the latter of which includes all U.S. equity securities, as better indicators of the U.S. stock market.

--

Suatu ketika, ada seseorang pemuda yang mempunyai sebuah bibit mawar. Ia ingin sekali menanam mawar itu di kebun belakang rumahnya. Pupuk dan sekop kecil telah disiapkan. Bergegas, disiapkannya pula pot kecil tempat mawar itu akan tumbuh berkembang. Dipilihnya pot yang terbaik, dan diletakkan pot itu di sudut yang cukup mendapat sinar matahari. Ia berharap, bibit ini dapat tumbuh dengan sempurna.

Disiraminya bibit mawar itu setiap hari. Dengan tekun, dirawatnya pohon itu. Tak lupa, jika ada rumput yang menganggu, segera disianginya agar terhindar dari kekurangan makanan. Beberapa waktu kemudian, mulailah tumbuh kuncup bunga itu. Kelopaknya tampak mulai merekah, walau warnanya belum terlihat sempurna. Pemuda ini pun senang, kerja kerasnya mulai membuahkan hasil.

Diselidikinya bunga itu dengan hati-hati. Ia tampak heran, sebab tumbuh pula
duri-duri kecil yang menutupi tangkai-tangkainya. Ia menyesalkan mengapa
duri-duri tajam itu muncul bersamaan dengan merekahnya bunga yang indah ini. Tentu, duri-duri itu akan menganggu keindahan mawar-mawar miliknya.

Sang pemuda tampak bergumam dalam hati, “Mengapa dari bunga seindah ini, tumbuh banyak sekali duri yang tajam? Tentu hal ini akan menyulitkanku untuk merawatnya nanti. Setiap kali kurapihkan, selalu saja tanganku terluka. Selalu saja ada ada bagian dari kulitku yang tergores. Ah pekerjaan ini hanya membuatku sakit. Aku tak akan membiarkan tanganku berdarah karena duri-duri penganggu ini.”

Lama kelamaan, pemuda ini tampak enggan untuk memperhatikan mawar miliknya. Ia mulai tak peduli. Mawar itu tak pernah disirami lagi setiap pagi dan petang. Dibiarkannya rumput-rumput yang menganggu pertumbuhan mawar itu. Kelopaknya yang dahulu mulai merekah, kini tampak merona sayu. Daun-daun yang tumbuh di setiap tangkai pun mulai jatuh satu-persatu. Akhirnya, sebelum berkembang dengan sempurna, bunga itu pun meranggas dan layu.

=====

Sahabat, kisah tadi memang sudah selesai. Tapi, ada ada satu pesan moral yang bisa kita raih didalamnya. Jiwa manusia, adalah juga seperti kisah tadi. Di dalam setiap jiwa, selalu ada ‘mawar’ yang tertanam. Allah lah yang meletakkan kemuliaan itu di setiap kalbu kita. Layaknya taman-taman berbunga, sesungguhnya di dalam jiwa kita, juga ada tunas mawar dan duri yang akan merekah.

Namun sayang, ada sebagian dari kita yang hanya melihat “duri” yang tumbuh. Merasakan hanya kelemahan yang ada pada dirinya. Merasa hanya menjadi beban bagi orang lain. Banyak dari saudara kita yang hanya melihat sisi buruk, sehingga dalam menjalani kehidupan ini dipenuhi dengan kepesimisan seolah menolak keberadaan mereka sendiri. Saudara kita itu sering kecewa dengan dirinya dan tidak mau menerimanya. Mereka berpikir bahwa hanya hal-hal yang melukai yang akan tumbuh dari nya. Sehingga menolak untuk “menyirami” hal-hal baik yang sebenarnya telah adadan tak pernah memahami potensi yang dimilikinya.

Mereka juga sebenarnya memiliki mawar yang indah di dalam jiwa. Banyak orang yang tak menyadari, adanya mawar itu.

Sahabat, jika kita bisa menemukan “mawar-mawar” indah yang tumbuh dalam jiwa itu,
kita akan dapat mengabaikan duri-duri yang muncul. Kita, akan terpacu untuk
membuatnya merekah, dan terus merekah hingga berpuluh-puluh tunas baru akan muncul. Pada setiap tunas itu, akan berbuah tunas-tunas kebahagiaan, ketenangan, kedamaian, yang akan memenuhi taman-taman jiwa kita. Kenikmatan yang terindah adalah saat kita berhasil untuk menunjukkan pada mereka akan keberadaan mawar-mawar itu, dan mengabaikan duri-duri yang muncul.

Semerbak harumn mawar pada hati mereka akan menghiasi hari-hari kita. Aroma keindahan yang ditawarkannya, adalah layaknya ketenangan air telaga yang menenangkan keruwetan hati. Mari, kita temukan “mawar-mawar” ketenangan, kebahagiaan, kedamaian itu dalam jiwa-jiwa kita, dan kembali kita bagikan pada mereka yang merasa tersisih dan tersingkir. Mungkin, ya, mungkin, kita akan juga berjumpa dengan onak dan duri, tapi janganlah itu membuat kita berputus asa. Mungkin, tangan-tangan kita akan tergores dan terluka, tapi janganlah itu membuat kita bersedih nestapa. Kebahagiaan kita adalah saat kita menemukan mereka, jiwa-jiwa yang tersisih, jiwa-jiwa yang pesimis, tersenyum bahagia, seolah menemukan udara disaat mereka akan kehabisan oksigen

Selamat berkebun!!

--

Dow Jones Industrial Average (DJIA) adalah salah satu indeks pasar saham yang didirikan oleh editor The Wall Street Journal dan pendiri Dow Jones & Company Charles Dow. Dow membuat indeks ini sebagai suatu cara untuk mengukur performa komponen industri di pasar saham Amerika. Saat ini DJIA merupakan indeks pasar AS tertua yang masih berjalan.
Sekarang, bursa saham ini terdiri dari 30 perusahaan terbesar di Amerika Serikat yang sudah secara luas go public. Untuk mengkompensasi efek pemecahan saham dan penyesuaian lainnya, sekarang ini menggunakan weighted average. bukan rata-rata aktual dari harga saham komponennya.

-

Ketika kita akan pergi ke suatu tempat, entah dengan mobil, sepeda motor, atau kendaraan apapun, apakah kita menunggu sampai semua lampu hijau?

Tentu tidak.

Apakah kita juga menunggu sampai semua jalan sepi?

Tentu tidak.

Kita tentu akan terus melaju, berhenti ketika ada lampu merah, dan berjalan lagi ketika lampu hijau. Jika ada kendaraan yang menghalangi jalan, tentu kita akan mencari jalan untuk bisa melaluinya.

Ini sama seperti halnya jika ingin mencapai tujuan dalam hidup. Tidak perlu menunggu sampai semuanya sempurna.

--

Birunya langit hari ini mengajariku akan suatu hal, segalanya akan selalu berganti seperti indahnya langit hari ini, sebelumnya aku melihat mendung menutupi hamparan luas perkamen langit, namun angin mematuhi melukis takdirMu mengganti kelabunya langit mejadi biru nan elok, langit membiru seolah menitipkan senyuman matahari, mereka ingin kita selalu tersenyum, tersenyumlah untuk sekarang dan nanti sampai waktu cukup untuk melepas kita pergi, karena dengan senyuman segala hal yang menyiratkan kesedihan akan berangsur menghilang dan membuat segalanya terasa lebih mudah, kala kesedihan itu menghampiri ingatlah setiap kebahagiaan yang kita terima selama ini, bukankah porsi kebahagiaan lebih banyak dibandingkan kesedihan, lalu apa lagi yang kita risaukan? Karena setiap kesedihan atau kebahagiaan akan segera berakhir dan berganti dengan peristiwa lagi, sebuah proses pembelajaran untuk memahami mengapa kita hidup saat ini.

Aku berjalan hanya dengan mata hati, bernafas hanya dengan tekad, aku mendaki penuh dengan teka teki, dimanakah matahariku?

Matahariku selalu bersinar, namun makna sinarnya hanya mengenai mereka yang mau membuka diri, meskipun cahayanya seolah menerpa setiap insan di bumi ini, tapi tiap tiap yang menerima berbeda mengartikannya, ada yang bingung mengapa matahari ini kadang bersinar kadang redup, ada yang sedih kenapa matahari redup hari ini, ada yang risau akankah dapat melihat lagi indahnya matahari hari ini, dan ada pula yang berfikir mengapa matahari tidak pernah lelah bersinar? Kita berada dimana, kita berhak memilih.

Matahariku selalu bersinar, takdirnya memberi arti kehidupan ini, aku pun ingin seperti dia dengan segala kemampuan yang aku miliki saat ini, berusaha memberi arti, bukankah kita terlahir di dunia ini adalah dengan takdirNya, dan kita terlahir di dunia ini bukan tanpa tujuan melainkan membawa pesan- pesan Tuhan, hidup ini pilihan, dan aku telah putuskan, pilihan yang wajib aku perjuangkan. Aku dalam masa proses, tapi keyakinanku sangat kuat, aku harus berjuang kawan, kamu bisa aku pun bisa!

Bila Aku jatuh nanti, Aku siap Melompat lebih Tinggi.

Tetap Semangat dan Hadapi setiap Episode Hidup dengan Senyuman

Everyone feels pain

But surely, after suffering satisfaction will arrive

Step by step, I want find that light

--

Awalnya aku iri padamu kawan. Aku iri pada semua anak di dunia yang memiki orang tua yang menyangi anaknya dan selalu ada waktu untuk keluarganya. Bisa mengobrol dangan ayah itu pasti asyik. Atau bisa curhat pada ibu juga pasti lebih melegakan daripada curhat kepada teman.

Tetapi tidak dengan orangtuaku. Ya, orangtuaku. Mereka adalah manusia super sibuk. Ibuku setiap pagi harus pergi mengajar anak anak lain sepertiku, dan pulang di siang hari. Dan malamnya ia pakai untuk mengerjakan tugas tugasnya sebagai guru, memeriksa tugas dan ulangan mereka. Dan sisa waktu luangnya ia gunakan untuk meregangkan otot ototnya.

Tidakkah ia ingat denganku yang masih remaja dan membutuhkan perhatian lebih? Aku ini remaja labil kawan, sedikit di sentuh langsung terjatuh. Aku butuh ibu yang bisa mendengarkan semua cerita dan keluh kesahku. Dan yang lebih menyakitkan bagiku adalah ketika aku melihat ibuku sedang mengajar anak anak sepertiku, ia terlihat begitu perhatian kepada anak anak itu. Tetapi tidak denganku. Ya , tidak denganku.

Terlebih lagi ayahku, ia lebih sibuk dari ibuku. Ia terkadang pergi di pagi buta dan pulang malam hari. Atau terkadang pulang sore hari atau siang hari, atau … ah sudahlah tak akan kutuliskan jadwal keseharian ayahku karena aku pun tidak mengerti dengan jadwal ayahku yang tidak tentu itu. Mengingat pekerjaanya sebagai salah satu orang yang berwenang di perusahaannya dan tidak memiliki waktu yang mengikat, dan mengingat perannya yang cukup penting di masyarakat membuatnya harus selalu menyediakan waktu untuk masyarakatnya. Lalu sisa waktu luangnya di rumah ia gunakan untuk menyelesaikan beberapa pekerjaannya. Maka di rumah ia hanya duduk di depan laptop hitamnya atau tidur untuk meregangkan otot ototnya. Ketika aku mencoba mengobrol dengannya, iya hanya menjawab “hmm” lalu beberapa saat diam, lalu berkata “tadi bilang apa?’ lalu sibuk mengetik dan manatap layar kaca laptopnya.

Kawan, sakali lagi kukatakan padamu, aku ini remaja labil. Aku butuh seorang lelaki yang bisa membuat aku tertawa dan melupakan tumpukkan tugas dan pr dari sekolahku untuk beberapa saat.

Ya, aku iri padamu kawan. Sampai suatu saat ketika sebentar lagi umurku akan merubah statusku. Dari remaja menjadi dewasa. Sesuai dengan Undang Undang Republik Indonesis. Kira kira berapa umurku saat itu? Yap. 16 tahun kawan.

Saat itu, saat aku berusia 16 tahun. aku bicara dengan ayah dan ibuku. Kali ini kami saling menatap wajah, aku mengobrol banyak hal pada mereka. Aku tanyakan semua pertanyaan yang selalu kupendam selama ini. Rasanya nyaman kawan. Nyaman sekali rasanya bisa mengobrol dengan ayah dan ibu, tetapi, walaupun aku senang, saat itu aku melihat wajah ayah dan ibuku dengan seksama. Kau tau kawan? Mata mereka kini tidak lagi cerah seperti dulu, matanya menyiratkan kelelahan, kulit mereka tidak lagi segar, kini mulai tumbuh keriput keriput kecil di sisi mata kanan dan kirinya.

Ya Allah, saat itu aku berpikir… apakah wajah kelelahan itu untukku? Ya kawan, semuanya untukku. Setiap hari mereka berjuang untukku, berjuang agar aku bisa sekolah dan menabung untuk uang kuliahku. Dan karena aku tidak menyadari semua itu, aku biarkan ayahku mengambil rapor sekolahku dengan nilaiku yang tidak memuaskan. Tapi apa katanya kawan? “tak apa apa nak, masih ada semester depan, belajarlah yang rajin ya” ya, itulah yang ia katakan. Ia selalu memotivasiku.

Maka pantaskah aku berharap untuk dibuat tertawa oleh mereka? Pantaskah aku jejali hari hari melelahkan mereka dengan cerita ceritaku yang membosankan? Seharusnya aku yang membuat mereka bahagia dan membuat mereka tertawa. Ya, aku seharusnya berpikir lebih dewasa. Ayah, ibu, maafkan aku.

Dan detik itu juga kawan, aku tidak berpikir bahwa aku iri padamu, tapi aku bangga karena aku punya orangtua terbaik di dunia.

--

Tuhan kadang mendekati kita dengan caranya sendiri. Sewaktu gadis aku punya kemarahan yang teramat sangat ke Ayahku (ayahku seorang ABRI), karena dia tadinya idolaku tetapi akhirnya mengecewakanku, aku gadis kecilnya yang sangat dekat dengannya, kadang aku pura-pura tertidur di ruang tamu, agar sekedar merasakan gendongannya memindahkanku ke kamar.

Kekecewaan pada ayahku karena telah terambil dari wanita selain ibuku, membuatku ingin memutuskan semua history mengenainya, semua kenangan yang dulu indah bagiku hanyalah jejak lampau yang tidak perlu ditengok ke belakang lagi. Aku menghilangkan fam belakang namaku, aku menolak diantar les maupun diambilin raport lagi oleh ayahku, aku sengaja menurunkan prestasiku yang saat itu tidak pernah lewat 3 besar, tapi kubuat menjadi rangking di atas tiga puluh.

Aku sampai bilang dia tidak boleh hadir di wisudaku dan tidak boleh jadi waliku saat aku menikah kelak, saya pernah mengusirnya dan mengancam akan pergi dari rumah jika dia tidak bersedia keluar dan pergi dari rumah, akhirnya ayahku pergi juga, kemudian kudengan dia sakit. Ibuku saat itu menghadapi dilema, antara anak dan suami. Kemudian ibuku menyuruhku menjemputnya karena ayahku tidak mau pulang jika bukan aku yang menjemputnya.

Dengan pertimbangan perasaan ibukuku, juga aku takut berdosa jika seandainya saat itu terjadi apa2, aku hanya takut menyesal, tetapi saat itu walau belum tulus memaafkannya, akhirnya kujemput juga ayahku pulang.
.
Sampai aku masuk ke PT. Telkom yang mengharuskanku mengikuti pelatihan semacam wamil di Pusdikhub Cimahi-pendidikan ABRI selama 3 bulan. Di mana disekitarku kulihat ABRI disiksa, habis makan disuruh guling-guling, sampai muntah2, ada yang sampai diinjak kepalanya. Walau kami juga mengalaminya tetapi tetap kami berbeda karena institusi Telkom toh bayar.
Aku seolah melihat dunia ayahku, begitu rupanya cara dia memberi makan ke anak2nya, ternyata dengan mengorbankan nyawanya sendiri, apalagi saat instrukturku cerita saat terjun di Timor-timor pakai parasut, banyak yang mati ditembaki musuh (terutama pasukan gelombang ke-2, untunglah ayahku dikirim pada gelombang-1), saya teringat saat aku kecil Ayahku berangkat untuk berjuang ke Timor-timor juga. Di hatiku berkecamuk, merasa bersyukur Ayahku tidak apa-apa saat di Timor-timor tersebut.

Setiap kenaikan pangkat, ABRI itu wajib menempuh pendidikan selama beberapa bulan, mungkin sekitar 6 bulan, sampai dengan akhirnya lulus, mereka banyak berada di field, outdoor, tentunya dengan situasi perang dan diktatorisme. Dan setahuku Ayahku sudah 4 kali ke Cimahi, tapi tetap saja pulangnya bawa oleh-oleh baju baru dari Bandung buat kami.

Akhirnya pulanglah 1 angkatan (sekitar 200 prajurit), di mana kami 5 cewek Telkom dan 5 cewek Wamil (ada dr & Ir.) diminta menyambutnya, prajurit yang pulang itu kulitnya sudah hitam banget, bajunya sudah kayak lumpur, penuh semak, wajahnya teramat letih dan putus asa, mungkin sekitar 6 bulan mereka di field, tidak mandi, makan cari sendiri ke kebun-kebun rakyat seperti pernah Ayahku bercerita.

Kami berbaris menyambutnya, para pejabat Pusdikhub, kami wanita di depan sambil pegang kalung bunga, dan terdengarlah derap-derap langkah yang berirama, aduh … saya begitu tidak bisa menahan tangis dan degup di dadaku begitu bergemuruh …, aku seperti menyambut Ayahku sendiri pulang dari field … dan aku yang langsung mengalunginya dengan bunga, aku menangis saat itu (mungkin pemuda yang kukalungi itu bingung ya .., isteri kagak ..pacar kagak .. kok cewek ini menyambutku dengan air mata?), aku menyesal dengan segala kemarahan yang kupelihara kepada ayahku, dalam kejelekannya dia tidak pernah menyia-nyiakan anaknya, kami tetap disekolahin sampai sarjana, tetap diberi makan, selalu mau berbagi bagiannya.

Oh Tuhan betapa semua telah Kamu atur dengan indah, slide-sllide kehidupan ayahku sengaja Kamu tampilkan di depan mataku agar aku menjadi sadar, tiada manusia yang really sempurna, termasuk ayahKu. Saya berjanji sampai dengan sekarang, apapun itu kesalahannya akan selalu tersedia maaf buatnya.

--

Kehidupan adalah sebuah anugerah besar yang diberikan Allah SWT kepada kita , yang hanya datang satu kali sepanjang masa . Maksudnya kita hanya dapat merasakan kehidupan di dunia ini hanya satu kali . Oleh karena itu , walaupun saat ini anda sedang merasa sedih atau senang , sehat atau sakit , kaya atau pun miskin , itu semua hanya sementara . Karena , kita semua akan kembali kepada-Nya . Dan kehidupan sebenarnya baru akan di mulai .
Dalam tulisan saya ini , saya ingin bercerita sesuatu .

Ketika suatu pagi saat saya sedang dalam perjalanan menuju tempat kerja saya . Saya melihat sesuatu yang menarik pandangan saya , yaitu Pohon belimbing yang memiliki batang yang besar dan menancap kokoh ke dalam tanah serta memiliki buah yang banyak . Saat itu juga , terlintas dalam pikiran saya , bahwa kehidupan itu tak jauh berbeda dengan pertumbuhan pohon belimbing .
Mengapa demikian ?? Sebuah pertanyaan dari anda kepada saya .
Saya mengibaratkan buah pohon belimbing itu adalah kita . Saya akan memberikan satu pilihan kepada anda . Anda lebih senang melihat buah yang kecil berwarna hijau ( belum matang ) atau buah yang besar dan berwarna kuning ( matang ) ? Saya yakin , kita akan menjatuhkan pilihan yang kedua , yaitu buah yang besar dan berwarna kuning . Karena buah tersebut akan sangat nikmat bila dimakan , buah tersebut akan terasa manis dan segar karena memiliki kandungan air yang banyak . Apalagi dimakan pada saat siang hari yang terik . hhhhmmmm ,, pasti anda sudah membayangkan rasanya .

Semua orang yang menyukai buah belimbing pasti akan berkorban untuk memanjati pohon tersebut untuk mendapatkan buah yang besar dan berwarna kuning itu . karena mereka ingin merasakan nikmatnya buah belimbing itu . Padahal mereka sebenarnya dapat mengambil buah yang kecil dan berwarna hijau tanpa harus repot” memanjat namun mereka tak mengambilnya.Tetapi Buah yang besar dan berwarna kuning itu sangat tinggi sekali , sehingga mereka memutuskan untuk membatalkan niatnya mengambil buah tersebut . Hari berganti minggu , minggu berganti bulan , lama kelamaan buah yang nikmat itu akhirnya membusuk dan terjatuh dari pohonnya . Bentuknya sangat tidak menarik , membayangkannya saja sudah menjijikan , apalagi harus memakannya ? Buah yang nikmat kini tidak ada hargannya lagi , orang yang lalu lalang melewati pohon belimbing itu tidak satu pun menghiraukannya , adapula yang menginjak – injak buah tersebut.

Begitulah kehidupan , saat kita muda , memiliki wajah yang tampan dan cantik , memiliki uang yang banyak , dan memiliki banyak teman yang menyukai kita . Seolah – olah semua itu akan kekal dimiliki , padahal semua itu butuh waktu yang tak lama untuk mengubah segala yang kita miliki menjadi sebaliknya . Masa muda kita akan berganti dengan Tua , wajah rupawan kita akan berganti dengan garis – garis kerutan , uang yang banyak tak dapat lagi dinikmati , dan teman – teman pun sudah tak memperdulikan kita lagi . Oleh karena itu , seharusnya bukan kesombongan yang terus menghiasi kehidupan kita sehari – hari , mengapa ? Karena semua itu ada masanya .

Kesombongan adalah penyakit hati yang seharusnya kita jauhi . Mengapa ? Karena Allah SWT yang menciptakan kita pun membenci itu . Allah SWT lah yang pantas sombong , karena Allah SWT yang memiliki segalanya . Semua yang kita miliki saat ini hanyalah titipan-Nya . Kita tak akan membawa harta kita saat kita mati . Melainkan amal baik dan buruk yang kita lakukan di dunia ini . Jadi untuk apa anda merasa sombong ? Ingatlah semua itu ada masanya ?

--

Sebagai manusia, wajarlah jika sesekali kita mengeluh dengan keadaan yang tidak sesuai keinginan. Tetapi, tidak pantas rasanya jika setiap kali kita menemukan hal yang melenceng saja dari apa yang kita inginkan dihadapi dengan mengeluh.

Mengeluh sepertinya sudah menjadi “tren”. Contohnya saja dengan adanya jejaring sosial yang memungkinkan untuk kita bisa share apapun yang kita alami. Ini secara tidak langsung dapat menjadi hal pelancar mengeluh. Pentingkah menceritakan semua yang menimpa kita kepada semua orang? Apakah dengan menceritakan semuanya dapat menghilangkan masalah itu? Tentu tidak.

Memang, mengeluh sah-sah saja untuk mencari solusi masalah kita. Yang terjadi ketika kita mengeluh, apakah kita berpikir untuk menemukan solusi? Kebanyakan kita tidak berpikir jauh seperti itu. Secara tersirat, tujuannya hanya ingin orang mendengarkan keluh kesah kita

Sebenarnya, dengan atau tanpa mengeluh hidup tetaplah hidup. Yang harus dijalani walaupun lelah, yang harus dihadapi walaupun berat, yang harus dimengerti walaupun rumit. Memperlihatkan kelemahan kita justru akan menjadi negatif.

Sebegitu susahkah untuk bersyukur?

--

Kecurangan kadang terlihat seperti sesuatu yg begitu amat menarik utk dilakukan. Begitu mudah, instant, tidak perlu proses yg lama dan maka kenikmatanpun bisa segera dinikmati.

Namun berbeda halnya dengan kebenaran, terkadang terlihat tidak menarik, perlu proses, perlu bayar harga, pengorbanan, perlu menjaga hati dsb.

Namun inilah hasil akhirnya:
Kecurangan seperti asap, yg sebentar terlihat namun dlm sekejap pula menghilang.
Sementara kebenaran sekalipun terkadang sepertinya lambat namun ia terus bergerak naik, semakin terang bagaikan siang dan terlihat.
Dan 1 hal yg perlu kita ketahui adalah, kecurangan tidak akan pernah menang melawan kebenaran.
Berjuanglah utk hidup dlm kebenaran dlm setiap aspek kehidupan kita.

--

Intan memiliki berbagai kegunaan baik dalam mengeboran, alat potong, maupun perhiasan. Tetapi bukan hal itu yang membuat intan / berlian menjadi sedemikian berharga. Berlian asli menjadi berharga karena jarang ada dan sulit didapatkan.
Hal ini berguna untuk diingat saat anda berhadapan dengan kendala/masalah. Kendala memberi nilai bagi apa saja yang hendak anda capai. Semakin sulit pencapaian, semakin berharga hasilnya.
Berlian menjadi mahal karena anda harus menggali demikian dalam dan sulit – untuk menemukannya. Andai saja berlian terserak begitu saja di atas tanah, tentu berlian jadi tak berharga. Mungkin malah anda harus MEMBAYAR seseorang untuk membuangnya bagai sampah.
Demikian pula dengan pencapaian. Hal-hal enteng, yang cuma perlu sedikit usaha – biasanya bernilai rendah atau tak berharga. Untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi, anda harus mengatasi tantangan yang juga tinggi.
Apakah anda sedang menggali berlian, atau sedang menyendok sampah…? Ukurlah nilai tantangannya. Karena hal itu yang memberi nilai sejati.

--

Seorang tukang air memiliki dua tempayan besar, masing-masing bergantung pada kedua ujung sebuah pikulan yang dibawa menyilang pada bahunya. Satu dari tempayan itu retak, sedangkan tempayan satunya lagi tidak. Tempayan yang utuh selalu dapat membawa air penuh, walaupun melewati perjalanan yang panjang dari mata air ke rumah majikannya. Tempayan retak itu hanya dapat membawa air setengah penuh.

Hal ini terjadi setiap hari selama dua tahun. Si tukang air hanya dapat membawa satu setengah tempayan air ke rumah majikannya. Tentu saja si tempayan utuh
merasa bangga akan prestasinya karena dapat menunaikan tugas dengan sempurna. Di pihak lain, si tempayan retak merasa malu sekali akan ketidaksempurnaanya dan merasa sedih sebab ia hanya dapat memberikan setengah dari porsi yang seharusnya ia dapat berikan.
Setiap Orang Memiliki kekurangan
Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini, tempayan retak berkata
kepada si tukang air, “Saya sungguh malu kepada diri saya sendiri dan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya” “mengapa?” tanya si tukang air,”mengapa kamu merasa malu ?””Saya hanya mampu, selama dua tahun ini, membawa setengah porsi air dari yang seharusnya dapat saya bawa. Adanya retakan pada sisi saya telah membuat air yang saya bawa bocor sepanjang jalan menuju rumah majikan kita. Karena cacatku itu, saya telah membuat mu rugi.”
Si tukang air merasa kasihan kepada si tempayan retak, dan dalam belas kasihannya, ia menjawab,” Jika kita kembali ke rumah majikan besok, aku ingin kamu memperhatikan bunga-bunga indah di sepanjang jalan.” Tuhan sanggup memakai kelemahan kita untuk maksud yang indah.
Benar, ketika mereka naik ke bukit, si tempayan retak memperhatikan dan baru menyadari bahwa ada bunga-bunga indah di sepanjang sisi jalan dan itu membuatnya sedikit terhibur. Namun pada akhir perjalanan, ia kembali merasa sedih karena separuh air yang dibawanya telah bocor dan kembali tempayan retak itu meminta maaf kepada si tukang air atas kegagalannya. Si tukang air berkata kepada tempayan itu, “Apakah kamu tidak memperhatikan adanya bunga-bunga di sepanjang jalan di sisimu ? tapi tidak ada bunga di sepanjang jalan di sisi tempayan lain yang tidak retak itu ?” Itu karena aku selalu menyadari akan cacatmu dan aku memanfaatkannya. Aku telah menanam benih-benih bunga di sepanjang jalan di sisimu dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata air, kamu mengairi benih-benih itu. Selama dua tahun ini, aku telah dapat memetik bunga-bunga indah itu untuk dapat menghias meja majikan kita. Tanpa adanya kamu , majikan kita tidak akan dapat menghias rumahnya seindah sekarang.”
Setiap orang memiliki cacat dan kelemahan sendiri. Kita semua adalah tempayan
retak, namun jika kita mau, Tuhan akan menggunakan kekurangan kita untuk maksud
tertentu. Dimata Tuhan yang bijaksana, tak ada yang terbuang percuma, Jangan takut akan kekuranganmu. Kenalilah kelemahanmu dan kamu dapat menjadi sarana keindahan Tuhan. Ketahuilah dalam kelemahan kita, kita menemukan kekuatan kita.
Pencarian

,,tempayan retak,tempayan,tempayan yang retak,motivasi membaca,cerita tempayan retak,cerita motivasi tempayan retak,Retak,kumpulan cerita menarik dan motivasi,kisah tempayan retak,cerita tentang tempayan,apa yang di maksud dengan tempayan,cerita motivasi tentang berharga di mata Tuhan,cerita renungan tempayan retak,resensi net artikel mawar di hatiku,cerita menarik tentang cinta apa adanya,Ringkasan buku enam tempayan air,sarana,Setiap dari kita memiliki cacat dan kekurangan Kita semua adalah tempayan retak,tempatan yang retak,buku tempayan retak,baca cerita menarik,tempayan retak presentasi,arti tempayan bocor,tempayhan,pri bahasa tempayan retak,peribahasa: jangan melihat masalah dari satu sisi saja,cerita tentang tempayan retak,Di mana bisa membaca cerita menarik,enam tempayan,ENAM TEMPAYAN AIR

--

Wanita paruh baya itu berperawakan pendek dan sedikit gemuk. Beberapa helai uban turut menghiasi mahkota kepalanya yang diikat dengan penjepit rambut. Namun raut wajah bulat telur itu seakan tak pernah sekalipun terlihat cemberut. Ia selalu tampak riang, sehingga menyembunyikan parasnya yang jelas telah digurati keriput.

Wanita itu memang tidak terlalu renta, tetapi kekuatan dan kegesitan di masa mudanya niscaya telah direnggut usia. Karenanya, percayakah bahkan dari dirinya pun akan ada sebuah pelajaran tentang makna cinta?

* * *

Selalu…

Sabtu adalah hari yang ditunggu. Hari di mana nafas bisa dihela dengan panjang, dan sejenak mengistirahatkan raga dari rentetan kesibukan yang melelahkan. Saatnya pula untuk menikmati kebersamaan dengan seisi anggota keluarga. Sehingga, berbelanja di sebuah supermarket dekat rumah pun menjadi hiburan yang tak kalah meluahkan kebahagiaan.

Namun sepertinya tidak bagi wanita itu. Bagaikan tak mengenal hari libur, nyaris setiap waktu sosoknya selalu kutemui di sekitar kokusai kouryuu kaikan serta kampus.

Layaknya hari kerja, dikemasnya sampah-sampah yang berserakan serta dipisahkan antara yang terbakar dan tidak. Lantas ditaruhnya pada plastik yang berbeda warna. Sebentar kemudian diambilnya kain untuk mengelap kursi dan meja. Tak lupa, dengan vacuum cleaner dibersihkannya juga permukaan lantai. Setelah selesai ia segera beranjak ke toilet, lalu dengan mengenakan sarung tangan plastik dibersihkannya bekas kotoran manusia tersebut tanpa raut muka jijik.

Ia seperti tak peduli rasa lelah atau letih, walaupun terlihat pakaian seragam cleaning service biru mudanya telah basah bersimbah keringat. Tak juga kepenatan menyurutkan keramahannya untuk bertegur sapa dengan siapa saja saat bertemu muka.

Wanita itu entah siapa namanya. Hanya dengan panggilan obachan ia biasa disapa. Saat bersua denganku, juga selalu disempatkannya bertanya kabar. Bahkan ia pernah bercerita panjang lebar tentang anak-anak serta cucunya karena sering melihatku berjalan-jalan dengan keluarga. Beberapa kali pula saat usai kerja kulihat ia sedang berbelanja, masih lengkap dengan seragam biru mudanya. Lantas ditaruh barang-barang tersebut dikeranjang, dan perlahan dikayuhnya pedal sepeda tua untuk beranjak pulang.

Entahlah, rasanya tak ada perasaan iri dihatinya saat di hari libur ia ternyata harus bekerja, sementara aku justru berleha-leha. Ia bahkan tetap saja semangat bekerja dengan penuh suka cita. Begitu pula dengan obachan dan ojichan lain yang pernah kutemui, mereka selalu asyik menikmati pekerjaannya. Mencabut rumput liar di pekarangan kampus ketika musim panas, menyapu jalanan dari daun yang berserakan pada musim gugur, bahkan dengan bersusah payah turut menyerok tumpukan bongkahan salju di musim dingin.

Terlihat betapa bergairahnya mereka ketika memang waktunya harus bekerja. Gairah dalam bentuk kesungguhan dalam menekuni apapun jenis pekerjaan, yang mungkin tak dipandang orang walau dengan sebelah mata. Karenanya, tak terdengar ngalor-ngidul obrolan hingga jam istirahat tiba untuk sejenak melepaskan lapar dan dahaga. Berselang satu jam kemudian, mereka akan kembali sibuk menekuni pekerjaannya. Senantiasa egitu, dari waktu ke waktu.

Rutinitas mereka mungkin tidaklah istimewa. Bekerja demi memperoleh sedikit nafkah atau sekedar menghabiskan waktu luang, tentu lebih baik dari bermalas-malasan di rumah. Terlebih-lebih itu adalah pekerjaan kasar, bukan kerja kantoran yang menyenangkan dengan penyejuk atau pemanas ruangan.

Lalu mengapa mereka selalu saja bekerja seolah tak pupus oleh lelah? Bahkan bekerja bagaikan sebuah energi yang tak kunjung padam, mengalir dalam pembuluh darah serta menggerakkan jiwa dan raganya.

Sekejap akupun tepekur, kemudian mahsyuk merenung…

Dan kulihat ada gairah membara yang berpendar dari balik kerut-merut kelopak mata tua itu. Seolah sinar matanya menyiratkan pesan agar bekerjalah dengan cinta. Karena bila engkau tiada sanggup, maka tinggalkanlah. Kemudian ambil tempat di depan gapura candi untuk meminta sedekah dari mereka yang bekerja dengan suka cita. (Kahlil Gibran). Wallahu a’lamu bish-shawaab.
-Abu Aufa-

Catatan:
- Kokusai kouryuu kaikan: International House
- Obachan: wanita berumur, setengah tua
- Ojichan: pria berumur, setengah tua

--

Hari pertama : Hari kemarin.
Kita tak bisa mengubah apa pun yang telah terjadi.
Kita tak bisa menarik perkataan yang telah terucapkan.
Kita tak mungkin lagi menghapus kesalahan dan mengulangi kegembiraan yang Kita rasakan kemarin.
Biarkan hari kemarin lewat dan beristirahat dengan tenang;
lepaskan saja…

Hari kedua : hari esok.
Hingga mentari esok hari terbit,
Kita tak tahu apa yang akan terjadi.
Kita tak bisa melakukan apa-apa esok hari.
Kita tak mungkin sedih atau ceria di esok hari.
Esok hari belum tiba; toh belum tentu esok hari Kita merengkuhnya
biarkan saja…

Yang tersisa kini hanyalah hari ini.
Pintu masa lalu telah tertutup,
Pintu masa depan pun belum tiba.
Pusatkan saja diri Kita untuk hari ini.
Kita dapat mengerjakan lebih banyak hal hari ini bila Kita mampu memaafkan hari kemarin dan melepaskan ketakutan akan esok hari.
Hiduplah hari ini. Karena, masa lalu dan masa depan hanyalah permainan pikiran yang rumit.
Hiduplah apa adanya. Karena yang ada hanyalah hari ini, hari ini yang abadi.
Perlakukan setiap orang dengan kebaikan hati dan rasa hormat, meski mereka berlaku buruk pada Kita.
Cintailah seseorang sepenuh hati hari ini, karena mungkin besok cerita sudah berganti.
Ingatlah bahwa Kita menunjukkan penghargaan pada orang lain bukan karena siapa mereka, tetapi karena siapakah diri Kita sendiri

Jadi, jangan biarkan masa lalu mengekangmu atau masa depan membuatmu
bingung, lakukan yang terbaik HARI INI dan lakukan sekarang juga

Sumber: Unknown (Tidak Diketahui)

--

Sepakbola adalah refleksi sebuah bangsa!” kalimat yang saya dengar langsung dari mulut Franz Beckenbauer 6 tahun lalu itu terus membekas di kepala saya. Masih ingat di benak ini, masa-masa awal menjejakkan kaki di Eropa, sebuah benua yang saya rasa lebih maju atau setidaknya lebih beradab dari kita. Tempat dimana zebra cross benar-benar dihargai oleh pengendara kendaraan bermotor. Dimana antri adalah sebuah keharusan, mengalah memberi jalan adalah konvensi dan sopan santun atau tata krama lain yang selama ini diajarkan di sekolah-sekolah di tanah air, disebutkan sebagai budaya bangsa namun nyatanya sulit ditemui di dunia nyata.
Saya berasal dari Indonesia, sebuah negeri yang terus menyebut dirinya sebagai negeri berbudaya, beradat sopan santun dan tentu saja seluruh warganya diwajibkan memiliki agama yang telah disahkan oleh negara. Sejak kecil saya diajarkan betapa mencuri, berprilaku curang dan banyak hal negatif lainnya adalah norma yang jauh dari prilaku Indonesiawi. Sejak dulu pula guru-guru saya selalu berulang kali berujar “Penjajahan Belanda sangat kejam, mereka telah merampas kekayaan alam kita,” atau “350 tahun di jajah Belanda tak seberapa dibanding kekejaman Jepang,” dua kalimat yang saya dengar baik di rumah maupun ruang sekolah.
Maka tumbuhlah saya sebagai orang yang merasa bahwa saya adalah warga dari sebuah negara paling luar biasa. Yang orang-orangnya sangat bisa menghargai orang lain, memahami istilah hak dan kewajiban dengan baik serta tentu saja memahami kata toleransi dengan sangat baik.
Well…demikiankah? Ah….nyatanya tidak tuh. Mengurus KTP yang harusnya bagian dari jasa pelayanan negara itu kalau mau cepet ya musti kasih sumbangan, nerobos lampu merah kalau mau cepet ya kasi seadanya atas inisiatif sendiri atau naik haji yang sebenarnya urusan pribadi seseorang itu harus diurus sepenuhnya oleh negara lengkap dengan biaya yang diurus oleh negara.
Menyeberang jalan—setidaknya—di Pulau Jawa adalah neraka, tak peduli kita melangkah diatas zebra cross yang di segala level pelajaran diajarkan memiliki fungsi “Tempat menyebrang” nyaris mustahil menemukan kendaraan yang mau melambatkan lajunya saat kita melangkah diatasnya.
Oiya….bangsa saya juga sering lupa pada sejarahnya sendiri. Tak ingat apa yang terjadi tahun 1955 saat nasionalisasi dijalankan oleh Sukarno, lupa di peta milik pemerintah kolonial Belanda tak pernah sempat terdapat Aceh serta Timor Timur paling parah lagi kita sering lupa bahwa kita ini sebenarnya berasal dari banyak bangsa dengan segala adat istiadat dan budayanya yang berbeda.
Saya tak yakin beberapa paragraph diatas menjelaskan maksud saya kemudian. Tapi itulah alasan mengapa saya tak pernah memaki PSSI atau Nurdin Halid atau siapapun itu di organisasi Sepakbola yang oleh alm Aheng Suhendar kawan baik saya disebut sebagai “Lebih mirip instansi pemerintah ketimbang organisasi olahraga,” sebuah organisasi yang oleh banyak orang disebut bagai kartel mafia kelas berat.
Sama sekali saya tak ingin menyebut bahwa PSSI adalah satu-satunya lembaga terbobrok yang ada di republik ini, kesalahan paling fatal dari mereka adalah menjadi induk olahraga paling populer di tanah air dan dunia ini…..SEPAKBOLA. Orang menjadi lupa bagaimana banyak lembaga lain di negeri ini sibuk mengemplang biaya perbaikan jalan, galian telepon atau kabel atau saluran air, jatah konsumsi jemaah Haji yang tak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan serta jutaan urusan lain di negeri ini yang akhirnya selesai hanya oleh uang! Tentu termasuk hukum yang dikuasai penuh oleh para pemegang uang itu.
“Turunkan Nurdin Halid adalah harga mati!” tulis pamflet-pamflet protes yang tersebar dimana-mana itu lantang. Nurdin harus turun karena ia adalah seorang mantan narapidana korupsi, demikian kurang lebih permintaan banyak orang tanpa pernah ingat…..siapa orang yang tak pernah korupsi di negeri ini? Jika pun ia bersih, apakah lalu para pemegang hak suara mau memilih dirinya begitu saja tanpa embel-embel rupiah sekardus?
Seperti itulah Sepakbola terefleksi dalam segala sendi bangsa kita. Ketidak sesuaian terjadi dimana-mana, rasa tidak percaya pada bangsa sendiri dan pemimpin semakin menebal. Di situasi bangsa seperti itulah kita berada. Lalu kita ingin Sepakbola kita maju?
Anda jelas akan cepat berkata “Bagaimana dengan Afrika?” atau “Bagaimana dengan Korea Utara?” Nah…mereka sangat jauh dari apa yang digambarkan oleh banyak media barat, terutama Afrika yang secara geografis dan cultural memang selalu berhubungan dengan Eropa karena kedekatan historis mereka. Juga masyarakat Korea Utara yang hidup jauh dari teknologi itu, nyatanya bahagia dan percaya pada pemerintah mereka yang mereka sebut sebagai simbol perlawanan….persis seperti masyarakat Kuba yang menyebut pemimpin besarnya sebagai “Sang Komandan”
Barat selalu menyebut bagaimana konon para pemain Korea Utara 1966 dikirim ke kamp kerja paksa akibat ketahuan berpesta di Inggris setelah kemenangan sensasional melawan Italia. Nyatanya film dokumenter buatan Inggris The Game of Their Life memberi info yang sangat berbeda. Para pemain yang disambut bagai pahlawan, status social yang terlontar tinggi. Negeri komunis yang secara ekonomi memang sangat memprihatinkan itu nyatanya memiliki rasa kepercayaan sangat tinggi pada para pemimpinnya….entah karena pemimpinnya yang memang baik atau masyarakatnya yang luar biasa.
Sepakbola Indonesia menggambarkan seperti apa kondisi bangsa saat ini. Kisah pengaturan skor yang sering diupayakan lewat jalur wasit tak akan mungkin terjadi jika mental ingin cepat kaya tidak segera dihapus dari negeri ini. Paham bahwa kesuksesan diukur dari tebal tidaknya kantong serta berapa banyak jumlah uang di rekening harus bisa dihapus jika ingin segala skandal di dunia Sepakbola kita bisa menjadi kisah usang.
Sepakbola kita sudah kacau balau sejak lama, bencana utama dimulai saat penggabungan Galatama dengan Perserikatan yang dikemudian hari membuat penggunaan dana pemerintah via APBD menjadi hal yang lumrah dilakukan. Sementara mental belum tereparasi dengan benar, uang di depan mata selalu menggoda….inilah kemudian turunan bencana bersatunya dua kubu Sepakbola yang jelas berbeda di tahun 1994 itu.
Saya tak pernah ingin mencerca karena yakin bahwa saya atau kita belum tentu bisa sebaik mereka yang dicerca. Saya hanya coba berpikir netral bahwa Sepakbola sama sekali tak memiliki dosa, manusia-manusianyalah yang telah melumuri Sepakbola dengan noda kotoran yang luar biasa. Dengan politisasi yang sangat kental, dengan keserakahan sampai kepada kekerasan yang bagai lumrah digunakan.
Di dunia seperti itulah kita hidup, saat semua orang berteriak tentang penegakan hukum….orang-orang itu jugalah yang membeli dvd bajakan atau mengunduh lagu milik seorang musisi tanpa peduli bahwa benda bajakan atau unduhan tanpa ijin adalah sebuah pelanggaran hukum hak cipta yang sangat serius. Kita berkicau bahwa kita anti korupsi padahal dengan penuh restu dan kesadaran merelakan selembar dua lembar rupiah kita pada petugas tak jauh dari lampu merah.
Seperti inilah sikap saya pada kancut marut Sepakbola kita yang tiap menit kian kacau ini. Berita yang terus berputar tak jelas, arah yang terus disetir dengan segala kuasa dan kekuatan apapun bentuknya itu. Saya membenci politik setengah mati dan apriori kepadanya…..bahkan ketika kini saya hanya ingin Sepakbola negeri ini kembali ke khittahnya, nyatanya saya justru malah berada di pusaran politik dengan kedok Sepakbola yang kental.
Sepakbola agama saya telah dikotori, telah terjadi sejak lama dan tak seorangpun menyadarinya…..kecuali para pelakunya.

--

Intan memiliki berbagai kegunaan baik dalam mengeboran, alat potong, maupun perhiasan. Tetapi bukan hal itu yang membuat intan / berlian menjadi sedemikian berharga. Berlian asli menjadi berharga karena jarang ada dan sulit didapatkan.
Hal ini berguna untuk diingat saat anda berhadapan dengan kendala/masalah. Kendala memberi nilai bagi apa saja yang hendak anda capai. Semakin sulit pencapaian, semakin berharga hasilnya.
Berlian menjadi mahal karena anda harus menggali demikian dalam dan sulit – untuk menemukannya. Andai saja berlian terserak begitu saja di atas tanah, tentu berlian jadi tak berharga. Mungkin malah anda harus MEMBAYAR seseorang untuk membuangnya bagai sampah.
Demikian pula dengan pencapaian. Hal-hal enteng, yang cuma perlu sedikit usaha – biasanya bernilai rendah atau tak berharga. Untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi, anda harus mengatasi tantangan yang juga tinggi.
Apakah anda sedang menggali berlian, atau sedang menyendok sampah…? Ukurlah nilai tantangannya. Karena hal itu yang memberi nilai sejati.

--

Tulisan ini merupakan tulisan penutup dari keseluruhan 10 minggu saya menulis seri tulisan Twitter Marketing Is LOVE Marketing. Komplit sudah saya menulis pengantar dan 8 prinsip bagaimana menebar cinta di jagad Twitter. Tesis utama saya adalah, jika kita mempraktekkan ke-8 prinsip Twitter marketing tersebut, maka kita akan mampu menciptakan emotional connection yang sangat dalam dengan stakeholders kita di Twitter (followers, consumers, influencers, partners, communities, dll.) yang membuat mereka tak hanya membeli merek kita, tapi juga loyal, dan menjadi pembela yang tulus (authentic evangelist) bagi merek di kala senang maupun susah.

Dengan adanya emotional connection ini, maka hubungan antara merek dan konsumen bukanlah semata hubungan transaksional (jual-beli) tetapi sebuah hubungan cinta (love relationship) yang pekat diwarnai saling pengertian, saling percaya, saling memberi dan berbagi, dan saling mengasihi. Di era media sosial, kesemuanya ini merupakan ekuitas paling berharga bagi sebuah merek, tak hanya sebatas merek Anda diketahui (brand awareness) atau memiliki citra (brand image) positif di mata konsumen. Media sosial seperti Twitter memberi peluang luar biasa bagi merek untuk membangun love relationship yang sangat dalam, otentik, dan abadi. Wow… alangkah indahnya.

Love and Happiness
Dengan prinsip-prinsip cinta saya punya mimpi lebih jauh lagi untuk membahwa kebahagian kepada setiap insan di Twitterland. Ya karena saya percaya cinta adalah “akar” dari kebahagian. “Love leads to happiness!!!” Ketika hubungan kita Twitterland dilandasi prinsip-prinsip saling memberi (giving) tidak selfish; mau saling mendengarkan (listening); intensif ngobrol dan bercurhat-curhatan (conversation); tulus berbagi (sharing) dengan sesama; atau selalu peduli (caring) kepada orang lain tak hanya dirinya sendiri; maka kita akan mendapatkan berkah kebahagiaan luar biasa.

Dalam artikel pendeknya, “8 Reasons Why Twitter Can Boost Your Happiness” Gretchen Rubin, penulis buku laris “The Happiness Project” menyimpulkan bahwa Twitter akan membawa kita ke jenjang kebahagian. Menariknya, secara tak sengaja logo Twitter “burung biru” (“bluebird”) adalah simbol kebahagian. Kenapa Twitter bisa mendorong kita lebih bahagia? Argumen Rubin, Twitter menyatukan kita semua untuk menjalin hubungan intim (yup, love relationship) yang memungkinkan kita saling menyapa, saling membantu, membangun pertemanan, gampang meluapkan kepenatan masalah pribadi dengan membaginya ke teman, mudah menemukan passion hidup kita, dan saling peduli.

Inilah kehebatan dari “masyarakat berbagi” (sharing society) seperti yang kita lihat dalam fenomena masyarakat Twitter. Ketika seseorang merasakan kebahagian, maka ia akan berbagi dengan menyampaikannya melalui twit-twit-nya (yup “happy tweets”) ke teman-teman. Sebaliknya, ketika seseorang muram karena ditimpa masalah yang menghimpit, ia juga akan berbagi ke teman-teman, agar mereka ikut peduli bahkan membantu memberikan solusi. Itu sebabnya, di dalam sharing society seperti ini kebahagian lebih gampang dikembangbiakan.

Happiness Is Contagious
Niholas Christakis dalam bukunya yang fenomenal, “Connected”, menemukan bahwa kebahagiaan itu “menular”. Ujarnya, “If your friends feel happy, he smiles, you smiles, and in the act of smiling you also come to feel happy.” Ketika teman Anda bahagia, maka ia akan tersenyum kepada Anda, Anda pun ikutan tersenyum, dan ikutan ketularan bahagia seperti halnya teman Anda. Itu sebabnya, ketika media sosial seperti Twitter semakin mengkoneksikan kita satu sama lain dalam sebuah “jejaring manusia” yang begitu massif, maka “penularan kebahagiaan” juga akan berlangsung sangat massif. “Happiness could massively spread through social networks from person to person to person.”

Dengan menggunakan simulasi matematis, Christakis bahkan menemukan, “Anda 15% berkecenderungan lebih bahagia jika Anda secara langsung berhubungan dengan teman yang bahagia”. Menariknya, penularan kebahagiaan tak hanya berhenti di situ. Menurut simulasi tersebut Anda 10% berkecenderungan lebih bahagia jika berhubungan dengan “teman dari teman Anda” (2-degree of separation) yang bahagia. Dan, Anda 6% berkecenderungan lebih bahagia jika berhubungan dengan “teman dari teman dari teman Anda” (3-degree of separation) yang bahagia.

Apa pesan yang bisa kita tangkap dari fenomena “penularan kebahagiaan” itu? Ketika seseorang warga Twitter mempraktekkan prinsip-prinsip cinta (giving, listening, caring, friendship, dsb) dalam twit-twitnya dan dalam membangun hubungan dengan sesama teman di Twitterland, maka saya meyakini “energi cinta” tersebut akan menyebar demikian massif mempengaruhi warga Twitter yang lain.

Ketika @fahiraidris mempraktekkan prinsip caring dengan kegiatan-kegiatan sosialnya; @pandji membangun spirit kecintaan pada Indonesia; atau @gm_gm mengembangkan budaya sharing melalui kultwit-kultwit-nya, maka perilaku terpuji penuh cinta itu akan begitu massif ditiru dan “menular” ke warga Twitter yang lain. Mereka adalah “Twitter hero” yang memiliki power dalam menginspirasi warga Twitter yang lain.

Dan jika “energi cinta” itu berujung kepada kedamaian dan kebahagiaan, maka penularan kebahagiaan pun akan berlangsung sama massifnya. Ketika kedamaian dan kebahagian menyebar dari satu komunitas ke komunitas yang lain atau dari satu tweep ke tweep yang lain, maka Twitterland akan menjadi sebuah dunia yang indah. Sebuah dunia yang pernah diimpikan John Lennon dalam lagu “Imagine” lebih dari 40 tahun yang lalu.

Sebuah dunia indah penuh cinta dan kebahagiaan yang harusnya banyak “ditengok” oleh para anggota DPR yang terhormat, peserta kongres PSSI, Nazaruddin yang sedang asyik ngumpet di Singapura, atau hakim Syarifudin yang kini sedang meringkuk di penjara Cipinang.

Dengan spirit cinta, semoga Twitterland akan menjadi “model” bagi Indonesia yang lebih beradab.

--

Metro Group Siap Gelontorkan 200-300 Juta Euro
Wahyu Daniel - detikFinance



Foto: Reuters


Jakarta - Perusahaan ritel berskala internasional yakni Metro Group berniat untuk masuk pasar Indonesia dengan membuka 20 pusat grosir. Total investasi yang bakal dikeluarkan mencapai 200-300 juta euro.

Managing Director Metro Cash & Carry untuk Indonesia Bunny Khurana mengatakan, Metro siap mengembangkan 20 pusat grosir di Indonesia jika prasyarat sudah terpenuhi. Antara lain terkait dengan perolehan izin dan penetapan lahan, dan apabila kondisi perekonomian Asia tetap stabil.

"Nilai investasi untuk setiap pusat grosir sebesar 10-15 juta Euro digunakan untuk investasi tanah dan bangunan. Perusahaan berencana membuka pusat grosir pertama di Jakarta pada tahun 2012," ujar Khurana dalam siaran pers, Jumat (10/6/2011).

Khurana mengatakan saat ini Metro sedang mencari brand lokal di Indonesia, karena sudah ada brand ritel 'Metro' dan 'Makro' di Indonesia. Dia mengatakan, Indonesia diperkirakan akan menjadi negara ke-34 dengan kehadiran Metro Group serta menjadi anggota ke-31 dalam portfolio internasional Metro Cash & Carry.

Lewat pengembangan lebih dari 20 pusat grosir di Indonesia dalam jangka waktu menengah, Metro menargetkan mampu menciptakan lebih dari 4.000 lapangan pekerjaan.

"Kami akan berinvestasi tinggi dalam pembinaan para pemasok, seperti petani dan produsen setempat, agar dapat menerapkan mutu berstandar internasional serta metode produksi yang berkelanjutan dan efisien," imbuh Khurana.

Ke depan, Metro Group akan mendirikan pusat pelatihan bagi tenaga kerja setempat untuk belajar bisnis grosir moderen. "Sekitar 3.500 tenaga kerja akan dilatih untuk selama tiga tahun pertama. Dengan cara ini kami juga turut berkontribusi dalam meningkatkan kapabilitas di sektor dagang dan jasa di Indonesia pada umumnya," kata khurana.

Seperti diketahui, Metro Group telah mengumumkan rencananya untuk masuk ke pasar Indonesia. Perusahaan ritel grosir asal Jerman ini terkesan dengan prospek pengambilan langkah strategis yang signifikan di Indonesia yang mempunyai pertumbuhan cepat dan sekaligus mengonsolidasikan posisinya sebagai perusahaan internasional paling terkemuka di industri ini.

Metro Group adalah salah satu perusahaan ritel terbesar dan berskala internasional. Pada 2010, grup ini meraih penjualan sekitar 67 miliar euro. Perusahaan ini memiliki 290.000 karyawan tetap dan mengoperasikan lebih dari 2.100 toko di 33 negara.
(dnl/hen)


--

Penghematan Anggaran Gagal, Pemerintah Bakal Makin Tekor
Ramdhania El Hida - detikFinance



Foto: dok.detikFinance


Jakarta - Pemerintah telah meminta Kementerian/Lembaga (K/L) untuk melakukan penghematan yang ditargetkan Rp 20 triliun. Namun ternyata malah banyak tambahan anggaran yang diminta oleh K/L yang bisa membuat defisit naik di atas 2%.

Menteri Keuangan Agus Martowardojo menyatakan sepanjang tahun ini, K/L hanya mampu melakukan penghematan anggaran hingga Rp 17 triliun. Kemampuan ini tidak memenuhi target pemerintah sebelumnya, yaitu sebesar Rp 20 triliun.

"Tadinya kan target Rp 20 triliun. Itu penghematan dari anggaran, hal-hal yang kurang produktif dan tidak prioritas," ujarnya saat ditemui di Kementerian Keuangan, Jalan wahidin Raya, Jakarta, Jumat (10/6/2011).

Menurut Agus Marto, pemerintah telah berupaya sebaik mungkin untuk melakukan penghematan, tinggal menunggu pelaksanaannya saja.

Namun sayangnya, Agus Marto menyatakan di tengah upaya penghematan tersebut, banyak K/L yang meminta tambahan anggaran untuk diajukan dalam RAPBN-P 2011.Hal ini menyebabkan adanya tambahan defisit yang menembus angka 2%.

"Yang di APBN-P kita melihat dengan adanya belanja tambahan yang diminta K/L defisit bisa melebihi 2%," jelasnya.

Untuk itu, lanjut Agus Marto, pihaknya tetap berupaya menjaga defisit tidak terlalu jauh dari target yang ditentukan sebelumnya dalam APBN 2011 sebesar 1,8 persen.

"Kita harus jaga di pemerintah pusat kalau pun [defisit] APBN-P lebih dari 2% jangan terlalu jauh di atas dua," tegasnya.

Agus mengatakan, menutupi peningkatan defisit tersebut pemerintah berencana untuk meningkatkan penerbitan surat utang negara (SUN). "Itu kalau diperlukan, tapi belum disetujui," imbuh Agus.

Sementara itu, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan Herry Purnomo menyatakan salah satu penyebab adanya tambahan anggaran di K/L, adalah adanya kenaikan subsidi untuk BBM akibat keterlambatan pemberlakuan kebijakan pembatasan penggunaan BBM bersubsidi.

"Salah satu potensinya (keterlambatan pembatasan BBM bersubsidi) karena efeknya kalau harga BBM tidak disesuaikan itu kan akan berdampak pada BBM dan listrik," tegasnya.

Selain itu, tambahan anggaran juga diciptakan dari program-program percepatan yang digaungkan oleh Presiden.

"Banyak hal, selain subsidi, infrastruktur ada karena ada percepatan-percepatan ada beberapa program yang menjadi keputusan Presiden itu kan harus di back-up," pungkasnya.

--

Dalam dunia kompetisi tentu tak jauh-jauh dengan yang namanya persaingan, entah itu sekedar lomba ngeblog, lomba kasti tingkat RT, dll Atau mungkin kala pemilihan RT atau Lurah apalagi Presiden atao anggota dewan. Bukan hanya dunia kompetisi atau pemilihan pemimpin aja yang penuh persaingan. Dunia Bisnis pun persainganya sangat ketat, ketatnya mungkin melebihi ketatnya model pakaian wanita jaman sekarang. Sekecil apapun bisnisnya atau sekecil apapun pelaku bisnisnya ternyata tetap tak lepas dari yang namanya persaingan. Aku punya sedikit cerita, Beberapa hari yang lalu, dari Bank BTN depan Gremedia Jogja aku tak sengaja melihat dua anak kecil penjual koran. Meski tak sengaja namun aku tertarik untuk mengamatinya lebih dalam, sehingga aku tau bagaimana cara meraka berbisnis koran itu.



Mereka itu cowok (kaos kuning) dan cewek (jilbab coklat) Ternyata mereka menjual koran itu bergilir, jadi ketika lampu merah maka penjual yang satu keliling menawarkan korannya, kemudian lampu merah berikutnya gantin penjual koran yang kedua keliling. Seolah-olah itu adalah aturan bisnis yang mereka buat. Nah suatu ketika, saat giliran yang cowok keliling eh yang cewek curi-curi kesempatan dibelakang ikut keliling dan kebetulan laku dan kebetulan lagi yang cowok lihat. Alhasil si anak cowok itu marah-marah, teriak-teriak, entah diapain itu yang cewek sampek nangis, mungkin si jitak, di injak, di cubit atau diapain aku gak lihat, yang jelas itu yang cewek minggir terus nangis. Selang beberapa saat, ada hal yang buatku heran, meskin sempat marahan dan salah satunya menangis, eh kok tiba-tiba pada ngakak bareng, seolah tidak terjadi pertikaian. Aku memang agak lama ngadem di BTN jadi lumayan lama juga aku melihat mereka berjualan.

Dari kisah anak-anak penjual koran itu bisa diartikan bahwa apapun jenis dan siapapun pelakunya itu pasti ada aturan mainnya sendiri-sendiri, jadi baiknya kita berkompetisi dan juga berbisnis yang sportif karena ketika salah satu bertindak curang maka pertikaian itu akan datang.

Beberapa hari yang lalu aku juga lihat tukang parkir cek-cok sama penjual rujak, gara-gara itu tukang rujak markirin gerobaknya di tempat parkir mobil. Sang tukang parkir dengan mata merah yang berbinar-binar alias melotot memarahi si tukang rujak, si tukang rujak itu sudah tua berbadan kecil pula jadinya ia cuma diam aja, mungkin ia berfikir diam adalah emas. Aku pengen ambil gambarnya tapi takutnya ditimpuk sama si tukang parkir. Bisnis pakir aja bisa jadi perkara, belum yang lain-lainya.

--

Akhir-akhir ini Film-film yang meceritakan kisah TKI khususnya TKW kian merebak, istilah Pahlawan Devisa mulai mempublik, itu karena adanya sebutan baru bagi para TKI yaitu Pahlawan Devisa, Entah sebutan itu sekedar pengharaan atau hanya penenang buat para TKI agar terus semangat melancong ke negeri orang lain sehingga sebagian penghasilan masuk ke kas Negara atau yang biasa disebut dengan devisa. Toh, pada nyatanya bila mereka (TKI) itu adalah para pahlawan, tapi mengapa masih banyak kabar derita orang Indonesia yang bekerja diluar negeri terlebih para TKW. Tak jarang kabar derita gaji tak dibayarkan, mau pulang enggak ada biaya, tinggal dikolong jembatan, penganiayaan bahkan tak jarang yang berujung pada kematian. Kira-kira apa yang membuat para TKI itu nekat merantau ke negeri tetangga? Apakah karena ingin disebut sebagai pahlawan devisa? Antara berangkat atau tetap bertahan dinegeri sendiri, pastinya mereka melewati masa kebimbangan, bingung dan juga delima. Apa yang membuat mereka D5 tapi akhirnya nekat berangkat jua?

D yang pertama, Dapat peluang kerja: mencari pekerjaan di negeri sendiri mungkin berasa seperti mencari jarum didalam tumpukan jerami sehingga peluang kerja diluar negeri tidak mereka sia-siakan.

D yang Kedua, Didesak Kebutuhan: cari kerja susah tapi hidup terus berjalan dengan beragam kebutuhan yang harus segera dipenuhi.

D yang ketiga, Dikasih Upah Yang Lebih Besar: gaji kerja diluar negeri memang lebih besar dibandingkan kerja dinegeri sendiri, mungkin gaji seorang pembantu diluar negeri perbulannya lebih besar dari gaji PNS.

D yang keempat, Dapat kesempatan memperbaiki status ekonomi: dengan gaji yang bisa dibilang lumayan maka segala kebutuhan akan terpenuhi dengan mudahnya, sehingga status kehidupan ekonomi menjadi lebih baik alias atau meningkat.

D yang Kelima, Dari pada terus-terusan susah: sudah gak PD alias gak percaya diri lagi hidup dinegeri sendiri, apa-apa serba susah, kemiskinan, banyak saingan, bahkan sesema hidup susah pun saingan apa lagi ditambah dengan yang kaya-kaya.

Terlepas dari hal yang membuat mereka nekat, mereka pun melupakan resiko, seolah pasrah, bagai bermain game, jika ia beruntung maka ia akan mendapatkan kerjaan yang mudah, majikan yang penyayang, hati pun senang karena gaji lancar. Namun bagi mereka yang apes, maka penganiayaan dan gaji yang mampet menanti mereka, visa ditahan mau pulang gak bisa, bisa pulang mesti nunggu jemputan yang pakek lama, bisa pulang tapi gak bawa uang tapi justru bawa anak.

Buat mereka yang berhasil dan kembali pulang dengan segepok uang, sebenarnya tak ada jaminan juga untuk kelanjutan kelanggengan kehidupan ekonominya, tanya kenapa? Karena abis pulang ke negeri sendiri mereka akan dihadapkan dengan masalah, mau kerja apa? Sebenarnya kalau mereka ingin mempertahankan kehidupan ekonominya, harusnya mereka menggunakan uang mereka yang lumayan itu untuk modal usaha atau apa kek, tapi faktanya banyak orang yang habis merantau dari negeri tetangga begitu pulang ia akan berpangku tangan seolah ia sudah kaya raya dan seoalah hartanya tak habis selama tujuh turunan padahal kenyataannya tujuh bulan tabungan sudah ludes.

Lalu bagaimana solusinya? Pemerintah tentu berperan penting dalam menetaskan solusi masalah pahlawan devisa. Mau tak mau negeri sendiri sudah semestinya memberikan kehidupan yang layak nan merata, namun bila solusi dari pemerintah dirasa pakek lama baiknya bangkit dari diri pribadi masing-masing aja, yaitu senantiasa berusaha demi kehidupan yang lebih baik, manfaatkan apa yang ada, apa yang dikuasai, dan apa yang dibisai. Bagi yang kerja di negeri tetangga, manfaatkan uang yang telah didapat untuk modal usaha demi kehidupan kedepannya, jangan buru-buru beli rumah, motor, mobil, dll, yah mungkin seketika anda bisa beli rumah berserta isinya, namun ketika tabungan sudah balance alias 0 dan tak bersisa maka seketika pula anda bisa jual rumah beserta isinya untuk membeli beras dan juga minyak dipasar.

--

Cerdas Namun Polos”, Siapakah Dia? Yang mau mengaku-ngaku silakan saja, karena memang itulah sisi Narziz manusia, terkadang tidak disuruhpun sudah dengan bangganya mengaku bahwa ia cerdas, baik hati, tidak sombong, rajin menabung, guanteng, cuantik, suka menolong, cute, dan ungkapan narziz sejenisnya. Pengakuan dalam bentuk apapun bahkan pengakuan dosa sekalipun, semua itu bebas karena statusnya disamakan, yaitu sama-sama dipertanyakan?. Postingan widha utawi idha sekedar beropini bahwa yang cerdas namun polos itu adalah anak-anak. Kenapa anak-anak? ini terkait dengan obrolanku dengan anak kecil dipinggir jalan, mungkin anak TK, ibunya lagi sibuk sendiri, sebenarnya enggak kenal juga siapa dia, tapi anak itu terus menatap seolah pengen ngajak ngobrol. Berikut Sepenggal Dialog dengan Anak Kecil itu:

Anak Kecil: “Eh gambar opo iki?”(eh gambar apa ini) {anak kecil itu menunjuk sebuah gambar tato yang tertempel ditembok}

Widha Utawik Idha: “cecak” (cicak) {padahal sebenarnya itu gambar duri ikan berkepala macam logo ib)

Anak Kecil: “Ah masok cecak” (ah masak cicak)

Widha utawi idha: ” yo naknu boyo” (ya kalau gitu buaya)

Anak Kecil: “mosok boyo” (masak buaya)

Widha utawi Idha: “lah opo” (lalu apa)

Anak Kecil: “cecak, kan cilik” (cicak, kan kecil)

widha utawi idha: “??????”

Anak Kecil: “eh gowo opo kui” (eh bawa apa itu) {anak kecil itu menunjuk ke barang yang aku pegang}

widha utawi idha: “dolanan” (mainan) {sebenarnya aku bawa flasdish tapi kalo aku jawab itu flasdish pasti itu anak makin banyak pertanyaan, jadi aku jawab aja mainan}

Anak Kecil: “lah kok digowo nang ngendi-ngendi” (kok dibawa kemana-mana)

widha utawi idha: “iyo go dolanan” (iya untuk bermain)

anak kecil: “go dolanan sopo?” (buat bermain siapa?)

widha utawi idha: “yo aku no, mengko ndak aku nangis” (ya aku dong, nanti aku biar gak nangis)

anak kecil: “eh ya alloh” (dengan logat fasihnya ia bilang seperti itu)

widha utawi idha: “kok ya alloh?”

anak kecil: “lah mosok cah gede seh seneng dolanan ro nangisan, kudune seng ngunu kui cah cilik kayak aku ki loh” (yah masah orang dewasa masih suka mainan sama nangis, harusnya yang seperti itu anak kecil kayak aku ini loh)

widha utawi idha: “ohhhhh” {obrolan kelar karena itu anak pergi nyamperin ibuknya}

(Yang sebenarnya bikin aku agak bertanya-tanya adalah ia bilang dengan logat fasihnya “eh ya alloh”, kalau orang dewasa kalimat itu untuk mengungkapkan sesuatu yang terlalu, mungkin terlalu mengagumkan atau mungkin terlalu parahnya, kira-kira apa arti ungkapan “eh ya alloh” yang ia lontarkan kepadaku?)

Dari obrolan diatas logika sederhana ala widha utawi idha mengungkap bahwa anak-anak itu sebenarnya tau bahwa ia itu dibohongi makanya ia kadang ngeyel tapi ngenyelnya itu adalah bentuk kecerdasannya yang polos, dan ngeyelnya itu terkadang memang didasari alasan yang jelas. Tapi mengapa kebanyakan orang dewasa suka membohongi anak kecil? misalnya, anaknya minta dibeliin robot, ia ngotot dan ia marah-marah. bahkan merengek-rengek, tapi orangtuanya bilang “jangan itu mainannya jelek, besok adek dibeliin yang lebih bagus ya”, padahal mungkin itu harganya yang jelek alias terlalu boros untuk sekedar bermain anak-anak. Keesokan harinya, anaknya lihat tukang es krim lewat depan rumahnya, ia pun merengek minta dibeli’in, maka seketika dengan segala jurus sang ortu bilang “jangan itu es ada racunnya, nanti kalau adik minum, adik jadi sakit, mau nanti masuk rumah sakit terus disuntik”. Yang sudah jadi ortu, mungkin gaya seperti ini gak mau dibilang nipu anaknya, para ortu pasti beralasan itu semua demi kebaikan anaknya, biar gak suka jajan, kalau-pun itu berbohong termasuk berbohong dalam kategori kebaikan, benarkah begitu???? yang muda, yang tua, yang sudah punya anak, yang masih berstatus sebagai anak, semua silakan berpendapat, dijamin gratis!!!

-

Apakah anda termasuk orang yang gaul? atau kuper??? Entah gaul atau kuper pastinya pernah bergaul bukan? Pergaulan ini mencakup di masyarakat sekitar atau dilingkungan pendidikan atau mungkin lingkungan pekerjaan. Untuk mengenal lingkungan itu tentu butuh proses yang dinamakan adaptasi alias penyesuaian diri. Makin sering bergaul dilingkungan itu maka semakin cepat juga anda memahami lingkungan tersebut, sehingga anda bisa membuat penilaian apakah lingkungan itu sesuai selera anda atau tidak. Jika sesuai anda tentu akan merasa nyaman dan bentah dengan lingkungan itu, tapi jika anda tidak cocok bukan berarti anda harus meninggalkannya atau mungkin memaksakan diri untuk ikut-ikutan. Adaptasi Bukan Berarti Ikut-ikutan, kita menyesuaikan diri, apa yang sikiranya baik buat kita ya jalani aja kalau ada yang tidak baik ya tidak usah diikuti yang penting tetap bergaul dan jadi diri sendiri aja.

Memperluas pergaulan itu perlu agar pemahaman kita tentang lingkungan semakin luas, dan lambat laun akan semakin mudah pula bagi kita untuk menyesuaikan diri diberbagai lingkungan. Andai anda hidup dilingkungan masyarakat yang saling mengucilkan, itu bukan berarti anda harus ikut-ikutan jadi pengucil tapi tetap bergaul. Andai anda hidup dilingkungan kerja yang saling menjatuhkan, saling berebut cari muka dan lain sebagainya, itu bukan berarti anda ikutan carmuk, tetaplah bekerja dengan baik dan benar dan tak usah banyak mengeluh atas apa yang anda lihat dan anda rasa, justru anda harus bersyukur karena anda sadar atas apa yang anda lihat dan anda rasa sehingga anda tak terpikat untuk mengikuti lingkungan itu.

Adaptasi itu berarti kita yang menyesuaikan diri kepada lingkungan bukan lingkungan yang harus menyesuaikan kita. Seandainya kita sudah tau tentang suatu lingkungan, kita merasa tak cocok dengan lingkungan tersebut dan kita tak mau ikut-ikutan tapi pengennya lingkungan yang mengikuti kita, itu jelas berat. Jika kita tak cocok kemudian pergi dan mencari lingkungan baru berharap dapat yang sesuai dengan selera, itu berarti siap-siaplah berlari dan terus berlari karena dalam suatu lingkungan atau komunitas pasti ada enak endaknya.

Kalau anda paham tentang diri sendiri tentunya menjadi diri sendiri itu lebih nyaman dan tak akan mudah terpengaruh lingkungan, peganglah pendirian yang benar dan selalu belajar untuk menjadi yang lebih baik. Kalau aku sendiri memang tidak suka ikut-ikutan hingga tak jarang orang mengataiku orang yang aneh/gak normal, tapi tak mengapa, yang penting aku tetap bergaul dan berusaha jadi diri sendiri. Bagaimana dengan anda?

--


Tak Jarang distatus jejaring social seperti facebook atau twitter dimana sang pemilik menuliskan bahwa ia sedang bosan. Bosan alias Jenuh adalah manusiawi, karena semua orang pasti pernah mengalaminya dan pasti ada-ada aja celah dimana seseorang akan merasa bosan. Rasa Bosan bisa melanda siapapun baik yang mempunyai aktivitas ataupun yang tidak mempunyai aktivitas. Orang-orang yang aktivitasnya kerja mungkin akan bosan dengan kerjaannya, orang-orang yang masih kuliah atau sekolah mungkin bosan dengan rutinitas masuk kelasnya, orang-orang yang enggak berkegiatan atau mengganggur bosan dengan aktivitasnya yang enggak jelas, dan lain sebagainya. Jikalau Bosan kerja itu sama halnya bosan dapat duit dan ingin jadi orang miskin, bosan masuk kuliah atau sekolah itu sama halnya bosan jadi orang pinter dan ingin bodoh. Bosan itu wajar, tapi akan menjadi tidak wajar bila terus dijaga dan dipelihara karena BOSAN PANGKAL MALAS. Bagaimana cara mengatasinya? Terkait Tip Mengatasi Rasa Bosan, berikut opiniku:

Solusi mengatasi rasa bosan itu yang tau ya diri pribadi masing-masing karena yang namanya bosan itu terkait erat dengan yang namanya mood. Dan manajemen mood itu sendiri yang bisa mengatur ya diri sendiri, mau dibikin bosen atau semangat itu tergantung keinginan. Jika kita bisa mengontrol mood maka ketika kita dilanda bosan kita akan tau apa yang seharusnya kita lakukan untuk menghilangkan rasa bosan itu. Setiap orang tentu memiliki selera yang berbeda sehingga untuk mengatasi rasa bosan itu tentu sesuai selera masing-masiang. Untuk mengusir rasa bosan setidaknya kita tau apa yang kita senangi kemudian lakukanlah, hal ini kita lakukan untuk menghibur diri. Atau setidaknya kita melakukan aktivitas yang membuat semangat kita bangkit lagi. Jika sudah tau seperti apa seleramu maka kamu tau gimana cara menghibur dirimu sendiri. Jika kamu kamu belum tau tentang dirimu, maka kamu perlu merenung kembali untuk memahami dirimu sendiri, sehingga kamu tau apa yang kamu mau dan apa yang baik untukmu.

Kalau aku sendiri paling bosan jika tak terkoneksi Internet, tapi itu bukan berarti bosen-bosenan melulu karena aku masih bisa pergi ke warnet-warnet terdekat sehingga aku-pun tak jenuh lagi. Dengan Internet aku bisa ngeblog,ikut lomba atau kontes, dll. Menulis tulisan inipun adalah bagain dari caraku untuk menghibur diri. Asal kita terus beraktifitas dan berfikir untuk sesuatu yang baik kayaknya enggak akan ada bosan-bosannya so tetaplah beraktifitas dengan baik dan benar.

Rajin Pangkal Pandai
Hemat Pangkal Kaya
Bosan Pangkal Malas
Malas Pangkal Bodoh dan juga Miskin
Kontrol Mood untuk Atasi Rasa Bosan
……SEGERA………

--

Kesuksesan adalah dambaan setiap insan, termasuk sukses dalam hal karir. Dalam pencapaian sebuah kesuksesan pasti kita dihadapkan dengan jalan yang tak ada mulus-mulusnya alias ada saja hambatannya. Tapi sadarkah anda bahwa sesungguhnya hambatan terbesar itu berasal dari diri sendiri? Sehingga untuk mengatasinya juga harus Berawal Dari Diri Sendiri. Hambatan dari diri sendiri itu antaralain berkaitan dengan masalah niat, usaha dan semangat. Mungkin niat sudah jelas, usaha sudah mulai diupayakan tapi kebetulan tersandung masalah dan kemudian semangatnya jadi kendor, sehingga rasa malaspun mendominasi dan membuat kita enggan untuk mengusahakan yang lebih seolah putus asa dengan keadaan. Disaat loyo tak bersemangat inilah, sebuah motivasi dibutuhkan untuk mengompor-ngompori kita, sehingga semangat kembali membara. Tapi apalah arti sebuah motivasi bila dari diri sendiri saja belum ada kesadaran dan belum ada kemauan untuk melakukan perbaikan? Jadi apapun itu, kuncinya adalah berawal dari diri sendiri, buka hati dan pikiran untuk mau menerima masukan dan nasehat yang baik sehingga semangat tetap menyala dan keyakinan semakin mantap.

Jikalau kita sendiri sudah sadar akan pentingnya perubahan demi kehidupan yang lebih baik, tentunya akan mempengaruhi pola pikir kita. Dengan demikian kita akan lebih mudah menyerap pesan-pesan positif yang membuat hidup semakin baik, namun bila dari diri sendiri tak ada kesadaran tentu tak akan mudah dalam mengambil pesan-pesan yang tersirat dikehidupan yang telah dialami ataupun dalam sebuah rangkain motivasi. Bila tak ada kesadaran mungkin kita tidak akan peka dengan hal-hal yang telah terlewati atau dengan kata lain susah mengambil hikmah atas segala sesuatu yang kita alami, kita juga sulit memahami bahasa kaum motivator, seolah-olah kita sulit menangkap apa yang disampaikan. Pernah suatu ketika aku lagi nonton TV, acaranya Mario Teguh, disaat aku terpaku menatap TV tiba-tiba ada teman berkata “ngomong opo to kui, aku kok rak dong” (bicara apa sih itu, saya kok tidak paham), padahal aku merasa bahasanya juga bisa aku pahami dan bisa juga aku mengerti apa yang disampaikan tapi ternyata orang lain belum tentu mengerti. Padahal aku merasa apa yang disampaikan itu begitu berarti, tapi ternyata ada orang lain yang menganggap itu sepele dan tidak penting.

Bagi mereka yang tak peka, Mungkin meraka menganggap bahwa kehidupan ini sudah digariskan oleh Tuhan, sehingga segala sesuatunya kita tinggal menanti saja, kalo kita memang dicetak sebagai orang sukses, toh nanti juga akan sukses, intinya kita tinggal menunggu waktu saja. Mereka bilang biarlah waktu yang menjawab karena semua akan indah pada waktunya. Tapi kalo aku sendiri menganggap bahwa ‘semua indah bila tepat pada waktunya”, keindahan hidup ini bukanlah sesuatu yang tinggal dinanti dan ditunggu kedatangannya, keindahan hidup ini adalah sesuatu yang perlu kita cari melalui impian yang kita upayakan dengan usaha dan juga do’a, kesuksesan adalah rahasia yang harus dibongkar.

Hidup berawal dari mimpi
Keberhasilan berawal dari tindakan
Kehidupan yang Berhasil Berawal Dari Diri Sendiri
Tanya kenapa??? Karena……
Yang tau impian kita, ya diri kita sendiri
Yang menentukan kapan dan bagaimana harus bertindak, ya diri kita sendiri
Mau dibawa kemana kehidupan ini?
Tak ada yang bisa menjawab kecuali diri sendiri

--

Ide Promosi Boleh Gila, Tapi Jangan Kegilaan !!!!
Published By widha utawi idha under Ketik-Promosi Tags: Advertising, Ide Promosi, paket peti mati, Promosi Gila
Dunia promosi terlebih Iklan atau Advertising konon banyak dihuni orang-orang gila, aneh bin nyleneh. Gila dan aneh disini dalam artian memiliki daya kreatif yang berlebihan yang kadang tidak terpikirkan oleh orang waras atau orang normal. Contoh mudahnya bisa lihat di TV atau koran atau di baliho-baliho pinggir jalan, banyak iklan yang dikemas secara lucu maupun elegan, dengan kata-kata yang menarik sehingga mudah nyantol diingatan yang melihatnya. Ide Promosi Boleh Gila, Tapi Jangan Kegilaan !!!! Macam Paket Peti Mati yang heboh beberapa hari lalu yang diterima oleh Kompas dot com,Jakarta Post, RCTI, SCTV, ANTV, Detik dot com, Kaskus, dan Okezone.

Konon sang pelaku pengiriman yaitu EO Buzz & Co Sumardy mengaku aksinya ini sebagai salah satu bentuk kreativitas dalam mempromosikan bukunya yang sedianya diluncurkan pada Senin (6/6/2011). Buku tersebut berjudul Rest In Peace Advertising: The Word of Mouth Advertising. Menurutnya dunia periklanan sekarang seakan mati karena cara berpromosi yang digunakan sangat membosankan. Akhirnya, dia membuat ide gila ini dan berusaha menunjukkannya kepada para pesohor dunia maya, konsultan public relations (PR), media massa, dan orang marketing perusahaan-perusahaan swasta di Jakarta. Pria lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut merupakan pimpinan tertinggi Buzz & Co dan otak yang memprakarsai promosi dengan mengirimkan peti mati tersebut.

Berkat ide promosi gilanya itu Sumardy dijadikan sebagai tersangka dengan sangkaaan Pasal 335 KUHP terkait perbuatan tidak menyenangkan. Aku suka dunia periklanan, salah satu matkul kesukaanku dulu ya periklanan dan baru kali ini ada yang benar-benar gila, sangking gilanya harus berurusan dengan polisi. Mungkinkan bukunya pak Sumardy itu meledak dipasaran? karena bisa aja dengan aksi gilanya itu bikin orang jadi penasaran untuk membelinya. Mungkinkah ia justru tenar dengan aksi peti matinya itu?

Aku mau bikin apa ya (mikir mode on), paket buku sudah terlanjur ngeBOoMing, Paket Peti Mati Udah didahului dan diurus polisi, Paket Kulkas nanti kesenengan yang dapet dong, Apa paket gas 3 KG an aja? tapi entar berat ditimbangan dong. Lagian ngapain sih pada ributin paket? padahal kan Paket itu cuma sekedar peralatan olah raga, seperti bulutangkis, tenis dan juga ping-pong alias tenis meja.

--

Pada suatu hari ada seorang gadis buta yg sangat membenci dirinya sendiri. Karena kebutaannya itu. Tidak hanya terhadap dirinya sendiri, tetapi dia juga membenci semua orang kecuali kekasihnya.

Kekasihnya selalu ada disampingnya untuk menemani dan menghiburnya. Dia berkata akan menikahi gadisnya itu kalau gadisnya itu sudah bisa melihat dunia.

Suatu hari, ada seseorang yang mendonorkan sepasang mata kepada gadisnya itu Yang akhirnya dia bisa melihat semua hal, termasuk kekasih gadisnya itu .

Kekasihnya bertanya kepada gadisnya itu , ” Sayangggg … sekarang kamu sudah bisa melihat dunia. Apakah engkau mau menikah denganku?” Gadis itu terguncang saat melihat bahwa kekasihnya itu ternyata buta. Dan dia menolak untuk menikahi si pria pacar-nya itu yg selama ini sudah sangat setia sekali mendampingi hidupnya selama si gadis itu buta matanya.

Dan akhirnya si Pria kekasihnya itu pergi dengan meneteskan air mata, dan kemudian menuliskan sepucuk surat singkat kepada gadisnya itu, “Sayangku, tolong engkau jaga baik-baik ke-2 mata yg telah aku berikan kepadamu.”

* * * * *

Kisah di atas memperlihatkan bagaimana pikiran manusia berubah saat status dalam hidupnya berubah. Hanya sedikit orang yang ingat bagaimana keadaan hidup sebelumnya dan lebih sedikit lagi yang ingat terhadap siapa harus berterima kasih karena telah menyertai dan menopang bahkan di saat yang paling menyakitkan.

Hari ini sebelum engkau berpikir untuk mengucapkan kata- kata kasar Ingatlah akan seseorang yang tidak bisa berbicara.

Sebelum engkau mengeluh mengenai cita rasa makananmu, Ingatlah akan seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.

Sebelum engkau mengeluh tentang suamimu, ingatlah akan seseorang yang menangis kepada Tuhan untuk meminta penyembuhan sehingga suaminya TIDAK LUMPUH seumur hidup.

Hari ini sebelum engkau mengeluh tentang hidupmu, Ingatlah akan seseorang yang begitu cepat pergi ke alam kubur dengan masih menyertakan kemiskinannya.

Sebelum engkau mengeluh tentang anak-anakmu Ingatlah akan seseorang yang begitu mengharapkan kehadiran seorang anak, tetapi tidak mendapatnya.

Dan ketika engkau lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu Ingatlah akan para penganguran, orang cacat dan mereka yang menginginkan pekerjaanmu.

Dan ketika beban hidup tampaknya akan menjatuhkanmu, pasanglah senyuman di wajahmu dan berterima kasihlah pada Tuhan karena engkau masih hidup dan ada di dunia ini.

Hidup adalah anugerah, syukurilah, jalanilah, nikmatilah dan isilah hidup ini dengan sesuatu yg bermanfaat untuk umat manusia.

NIKMATILAH dan BERI YANG TERBAIK DI SETIAP DETIK DALAM HIDUPMU, KARENA ITU TIDAK AKAN TERULANG LAGI untuk waktumu selanjutnya !!!

Dikirim oleh Karel Mandey
..

Selama ini keberadaan wanita sangat dikesampingkan sekali. Geraknya tidak pernah dijadikan perhatian. Tapi ketika semua orang mengetahui potensi besarnya, wanita merupan pusat hal yang diperhatikan.

Wanita tidak lain merupakan agen perubah utama. Wanita mempunyai peran penting dalam perubahan dan kemajuan suatu bangsa. Hal ini bertolak belakang dengan berbagai hal yang pernah diperbincangkan.

Di zaman Jahiliyah Arab, mempunyai anak seorang wanita merupakan aib terbesar. Dan untuk menutupinya, sebagian besar seorang bapak akan membunuh hidup hidup anak wanitanya. Tidak terkecuali di kalangan kerajaan. Wanita dipandang sebagai sosok yang nantinya tidak bisa meneruskan tampu kekuasaan kerajaan. Makanya banyak sekali wanita diragukan.

Atau jika dilihat dari segi negatif lain, wanita merupan pemeran utama dalam kerusakan suatu bangsa. Hal ini dilihat dari berbagai cerita yang menggambarkan kekalahan Caesar karena dia tergoda dengan cleopatra. Dan masih banyak lagi cerita dan sample yang lain.

Tapi tidak jika kita melihat dari segi yang sangat realitas. Sebagaimana tadi di atas, wanita merupakan agen yang sangat berperan sekali dalam kemajuan bangsa. Mengapa hal ini bisa terjadi.

Sejenak renungkan, mengapa wanita bisa menjadi ujung tombak dari perubahan. Ya…. Wanita secara langsung atau tidak langsung nantinya adalah seorang ibu. Kehadiran seorang ibu merupakan sebuah syarat mutlak bagi seorang anak.

Peran sebagai ibu inilah yang memposisikan diri wanita sebagai juru perubah. Ibu merupakan media untuk belajar pertama kali bagi sang anak. Setuju atau tidak, seorang bayi pertama kali belajar adalah dengan ibu. Ibu inilah orang pertama kali yang memberikan ilmu yang begitu berharga bagi anak.

Pelajaran pertama adalah tentang ilmu mana yang baik dan buruk. Sebagai madrasah dan sekolah pertama untuk anaknya. Ibu akan mengajarkan mana yang baik dan buruk. Selanjutnya ibu akan mengajarkan berbagai nilai nilai yang sangat berharga. Dari nilai sosial, cultural, agama, dan nilai ilmu pengetahuan yang lain. Dengan berjalannya sebagai madrasah pertama kali inilah, ibu tampil menjadi sosok yang sangat berpengaruh sekali dalam pembentukan generasi masa depan.

Inilah kekuatan utama yang dimiliki seorang ibu. Selama ini kita hanya ribut memperdebatkan tentang hak hak asasi. Hak tentang keterbukaan peran wanita dalam peranan publik. Kita sangat jarang sekali memperbincangkan bagaimana seorang wanita menjadi ibu yang bisa melahirkan sebuah generasi tangguh di masa depan.

--

Fred Douglas benar-benar memulai hidupnya tanpa apa-apa. Bahkan ia tidak
memiliki dirinya sendiri ketika masih dalam kandungan ibunya. Sebagai anak
budak belian, ia sudah dijadikan jaminan untuk melunasi hutang majikan orang
tuanya. Ia jarang bertemu ibunya kecuali pada malam hari dimana ibunya harus
berjalan sejauh dua belas kilometer hanya untuk bertemu anaknya selama satu
jam.

Ia tidak mempunyai kesempatan belajar, karena pada jaman itu, para budak
belian tidak diperbolehkan belajar menulis dan membaca. Namun, tanpa
diketahui siapa pun, ia belajar membaca dan menulis. Dalam waktu singkat, ia
sudah membuat malu teman-temannya yang berkulit putih dalam hal pelajaran.

Pada usia 21 tahun, ia melarikan diri dari perbudakan dan bekerja sebagai
seorang pesuruh di New York dan New Bedford. Di Nantucket, ia berpidato,
mendesak dihapuskannya perbudakan. Kesan yang ditimbulkannya sedemikian baik
sehingga ia diangkat menjadi agen Lembaga Anti Perbudakan di Massachussetts.

Sementara ia berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya untuk
memberikan ceramah, ia tetap belajar. Ia kemudian dikirim ke Eropa untuk
berpidato dan menjalin persahabatan dengan beberapa orang Inggris yang
kemudian memberinya 750 dolar untuk menebus kebebasannya sebagai seorang
budak. Ia menerbitkan surat kabar di Rochester dan kelak memimpin New Era di
Washington. Bertahun-tahun lamanya ia menjadi kepala District of Columbia
dan bisa menandingi setiap orang kulit putih mana pun.

Apakah keadaan Anda lebih buruk dari Fred Douglas pada waktu dilahirkan?

--

Seorang tukang kayu tua bermaksud pensiun dari pekerjaannya di sebuah
perusahaan konstruksi real estate. Ia menyampaikan keinginannya tersebut
pada pemilik perusahaan. Tentu saja, karena tak bekerja, ia akan kehilangan
penghasilan bulanannya, tetapi keputusan itu sudah bulat. Ia merasa lelah.
Ia ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian
bersama istri dan keluarganya.

Pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah seorang pekerja terbaiknya.
Ia lalu memohon pada tukang kayu tersebut untuk membuatkan sebuah rumah
untuk dirinya.

Tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi pemilik perusahaan itu.
Tapi, sebenarnya ia merasa terpaksa. Ia ingin segera berhenti. Hatinya tidak
sepenuhnya dicurahkan. Dengan ogah-ogahan ia mengerjakan proyek itu. Ia cuma
menggunakan bahan-bahan sekedarnya. Akhirnya selesailah rumah yang diminta.
Hasilnya bukanlah sebuah rumah baik. Sungguh sayang ia harus mengakhiri
kariernya dengan prestasi yang tidak begitu mengagumkan.

Ketika pemilik perusahaan itu datang melihat rumah yang dimintanya, ia
menyerahkan sebuah kunci rumah pada si tukang kayu. “Ini adalah rumahmu, ”
katanya, “hadiah dari kami.”

Betapa terkejutnya si tukang kayu. Betapa malu dan menyesalnya. Seandainya
saja ia mengetahui bahwa ia sesungguhnya mengerjakan rumah untuk dirinya
sendiri, ia tentu akan mengerjakannya dengan cara yang lain sama sekali.
Kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang tak terlalu bagus hasil karyanya
sendiri.

Itulah yang terjadi pada kehidupan kita. Kadangkala, banyak dari kita yang
membangun kehidupan dengan cara yang membingungkan. Lebih memilih berusaha
ala kadarnya ketimbang mengupayakan yang baik. Bahkan, pada bagian-bagian
terpenting dalam hidup kita tidak memberikan yang terbaik. Pada akhir
perjalanan kita terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan dan
menemukan diri kita hidup di dalam sebuah rumah yang kita ciptakan sendiri.
Seandainya kita menyadarinya sejak semula kita akan menjalani hidup ini
dengan cara yang jauh berbeda.

Renungkan bahwa kita adalah si tukang kayu. Renungkan rumah yang sedang kita
bangun. Setiap hari kita memukul paku, memasang papan, mendirikan dinding
dan atap. Mari kita selesaikan rumah kita dengan sebaik-baiknya seolah-olah
hanya mengerjakannya sekali saja dalam seumur hidup. Biarpun kita hanya
hidup satu hari, maka dalam satu hari itu kita pantas untuk hidup penuh
keagungan dan kejayaan. Apa yang bisa diterangkan lebih jelas lagi. Hidup
kita esok adalah akibat sikap dan pilihan yang kita perbuat hari ini. Hari
perhitungan adalah milik Tuhan, bukan kita, karenanya pastikan kita pun akan
masuk dalam barisan kemenangan.

Pojok Renungan:
“Hidup adalah proyek yang kau kerjakan sendiri”. (Adapted from The Builder -
Cecilia Attal)

--

Sahabat, saya pernah membaca suatu hal yang menarik tentang perangkap. Suatu sistem yang unik, telah dipakai di hutan-hutan Afrika untuk menangkap monyet yang ada disana. Sistem itu memungkinkan untuk menangkap monyet dalam keadaan hidup, tak cedera, agar bisa dijadikan hewan percobaan atau binatang sirkus di Amerika.

Caranya sangat manusiawi (*umm…atau mungkin hewani kali ye..hehehe*). Sang pemburu monyet, akan menggunakan sebuah toples berleher panjang dan sempit, dan menanamnya di tanah. Toples kaca yang berat itu berisi kacang, ditambah dengan aroma yang kuat dari bahan-bahan yang disukai monyet-monyet Afrika. Mereka meletakkannya di sore hari, dan mengikat/menanam toples itu erat-erat ke dalam tanah. Keesokan harinya, mereka akan menemukan beberapa monyet yang terperangkap, dengan tangan yang terjulur, dalam setiap botol yang dijadikan jebakan.

Tentu, kita tahu mengapa ini terjadi. Monyet-monyet itu tak melepaskan tangannya sebelum mendapatkan kacang-kacang yang menjadi jebakan. Mereka tertarik pada aroma yang keluar dari setiap toples, lalu mengamati, menjulurkan tangan, dan terjebak. Monyet itu, tak akan dapat terlepas dari toples, sebelum ia melepaskan kacang yang di gengamnya. Selama ia tetap mempertahankan kacang-kacang itu, selama itu pula ia terjebak. Toples itu terlalu berat untuk diangkat, sebab tertanam di tanah. Monyet tak akan dapat pergi kemana-mana.

Sahabat, kita mungkin tertawa dengan tingkah monyet itu. Kita bisa jadi terbahak saat melihat kebodohan monyet yang terperangkap dalam toples. Tapi, mungkin, sesungguhnya, kita sedang menertawakan diri kita sendiri. Betapa sering, kita mengengam setiap permasalahan yang kita miliki, layaknya monyet yang mengenggam kacang. Kita sering mendendam, tak mudah memberikan maaf, tak mudah melepaskan maaf, memendam setiap amarah dalam dada, seakan tak mau melepaskan selamanya.

Seringkali, kita, yang bodoh ini, membawa “toples-toples” itu kemana pun kita pergi. Dengan beban yang berat, kita berusaha untuk terus berjalan. Tanpa sadar, kita sebenarnya sedang terperangkap dengan persoalan pribadi yang kita alami.

Sahabat, bukankah lebih mudah jika kita melepaskan setiap masalah yang lalu, dan menatap hari esok dengan lebih cerah? Bukankah lebih menyenangkan, untuk memberikan maaf bagi setiap orang yang pernah berbuat salah kepada kita? Karena, kita pun bisa jadi juga bisa berbuat kesalahan yang sama. Bukankah lebih terasa nyaman, saat kita membagikan setiap masalah kepada orang lain, kepada sahabat, agar di cari penyelesaiannya, daripada terus dipendam?

Pencarian

,,kumpulan jebakan,Puisi bijak disore hari,kata lebih baik punya satu teman daripada seribu musuh,mengapa memaafkan lebih baik daripada mendendam,motivasi menatap hari esok,resensi net perangkap monyet

Tags: Tips Diri —

--

Mari sejenak kita merenung sambil mencoba menjawab lima buah pertanyaan yang diajukan oleh Donald A. Laird, seorang psikolog, berikut ini;

1. Apakah Anda mampu menegur tanpa menimbulkan kemarahan?
2. Apakah Anda mampu menolak tanpa mengecilkan arti?
3. Apakah Anda mampu tertawa bersama bila kelucuan itu menyangkut
diri Anda sendiri?
4. Apakah Anda mampu memelihara semangat jika menghadapi suatu
kegagalan?
5. Apakah Anda mampu tenang jika harus menghadapi situasi darurat?

Pertanyaan di atas merupakan cara pengukuran yang sederhana untuk menilai apakah seseorang berpotensi untuk menjadi pemimpin. Apabila jawaban anda adalah “mampu” untuk semua pertanyaan di atas, maka anda mempunyai potensi untuk menjadi seorang pemimpin. Selamat!

--

Ketulusan menempati peringkat pertama sebagai sifat yang paling disukai oleh semua orang. Ketulusan membuat orang lain merasa aman dan dihargai karena yakin tidak akan dibodohi atau dibohongi. Orang yang tulus selalu mengatakan kebenaran, tidak suka mengada-ada, pura- pura, mencari-cari alasan atau memutarbalikkan fakta. Prinsipnya “Ya diatas Ya dan Tidak diatas Tidak”. Tentu akan lebih ideal bila ketulusan yang selembut merpati itu diimbangi dengan kecerdikan seekor ular. Dengan begitu, ketulusan tidak menjadi keluguan yang bisa merugikan diri sendiri.
Kerendahan Hati
Berbeda dengan rendah diri yang merupakan kelemahan, kerendah hatian justru mengungkapkan kekuatan. Hanya orang yang kuat jiwanya yang bisa bersikap rendah hati. Ia seperti padi yang semakin berisi semakin menunduk. Orang
yang rendah hati bisa mengakui dan menghargai keunggulan orang lain. Ia bisa
membuat orang yang diatasnya merasa oke dan membuat orang yang di bawahnya
tidak merasa minder.
Kesetiaan
Kesetiaan sudah menjadi barang langka & sangat tinggi harganya. Orang yang setia selalu bisa dipercaya dan diandalkan. Dia selalu menepati janji, punya komitmen yang kuat, rela berkorban dan tidak suka berkhianat.
Positive Thinking
Orang yang bersikap positif (positive thinking) selalu berusaha melihat segala sesuatu dari kacamata positif, bahkan dalam situasi yang buruk sekalipun. Dia lebih suka membicarakan kebaikan daripada keburukan orang lain, lebih suka bicara mengenai harapan daripada keputusasaan, lebih suka mencari solusi daripada frustasi, lebih suka memuji daripada mengecam, dan sebagainya.
Keceriaan
Karena tidak semua orang dikaruniai temperamen ceria, maka keceriaan tidak harus diartikan ekspresi wajah dan tubuh tapi sikap hati. Orang yang ceria adalah orang yang bisa menikmati hidup, tidak suka mengeluh dan selalu berusaha meraih kegembiraan. Dia bisa mentertawakan situasi, orang lain, juga dirinya sendiri. Dia punya potensi untuk menghibur dan mendorong semangat orang lain.
Bertanggung jawab
Orang yang bertanggung jawab akan melaksanakan kewajibannya dengan sungguh-sungguh. Kalau melakukan kesalahan, dia berani mengakuinya. Ketika mengalami kegagalan, dia tidak akan mencari kambing hitam untuk disalahkan. Bahkan kalau dia merasa kecewa dan sakit hati, dia tidak akan menyalahkan siapapun. Dia menyadari bahwa dirinya sendirilah yang bertanggung jawab atas apapun yang dialami dan dirasakannya.
Percaya Diri
Rasa percaya diri memungkinkan seseorang menerima dirinya sebagaimana adanya, menghargai dirinya dan menghargai orang lain. Orang yang percaya diri mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru. Dia tahu apa yang harus dilakukannya dan melakukannya dengan baik.
Kebesaran Jiwa
Kebesaran jiwa dapat dilihat dari kemampuan seseorang memaafkan orang lain.
Orang yang berjiwa besar tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh rasa benci dan permusuhan. Ketika menghadapi masa- masa sukar dia tetap tegar, tidak membiarkan dirinya hanyut dalam kesedihan dan keputusasaan.
Easy Going
Orang yang easy going menganggap hidup ini ringan. Dia tidak suka membesar-besarkan masalah kecil. Bahkan berusaha mengecilkan masalah-masalah besar. Dia tidak suka mengungkit masa lalu dan tidak mau khawatir dengan masa depan. Dia tidak mau pusing dan stress dengan masalah-masalah yang berada di luar kontrolnya.
Empati
Empati adalah sifat yang sangat mengagumkan. Orang yang berempati bukan saja pendengar yang baik tapi juga bisa menempatkan diri pada posisi orang lain. Ketika terjadi konflik dia selalu mencari jalan keluar terbaik bagi kedua belah pihak, tidak suka memaksakan pendapat dan kehendaknya sendiri. Dia selalu berusaha memahami dan mengerti orang lain.
Artikel dikutip dari Kartu Pintar produksi Visi Victory Bandung

--

Istriku berkata kepada aku yang sedang baca koran. Berapa lama lagi kamu baca koran itu? Tolong kamu ke sini dan bantu anak perempuanmu tersayang untuk makan. Aku taruh koran dan melihat anak perempuanku satu2nya, namanya Sindu tampak ketakutan, air matanya banjir di depannya ada semangkuk nasi berisi nasi susu asam/yogurt (nasi khas India /curd rice). Sindu anak yang manis dan termasuk pintar dalam usianya yang baru 8 tahun. Dia sangat tidak suka makan curd rice ini. Ibu dan istriku masih kuno, mereka percaya sekali kalau makan curd rice ada “cooling effect”.

Aku mengambil mangkok dan berkata Sindu sayang, demi ayah, maukah kamu makan beberapa sendok curd rice ini? Kalau tidak, nanti ibumu akan teriak2 sama ayah.
Aku bisa merasakan istriku cemberut di belakang punggungku. Tangis Sindu mereda dan ia menghapus air mata dengan tangannya, dan berkata “boleh ayah akan saya makan curd rice ini tidak hanya beberapa sendok tapi semuanya akan saya habiskan, tapi saya akan minta” agak ragu2 sejenak “akan minta sesuatu sama ayah bila habis semua nasinya. Apakah ayah mau berjanji memenuhi permintaan saya?”
Aku menjawab “oh pasti, sayang.”
Sindu tanya sekali lagi, “betul nih ayah ?”
“Yah pasti sambil menggenggam tangan anakku yang kemerah mudaan dan lembut sebagai tanda setuju.”
Sindu juga mendesak ibunya untuk janji hal yang sama, istriku menepuk tangan Sindu yang merengek sambil berkata tanpa emosi, janji kata istriku. Aku sedikit khawatir dan berkata: “Sindu jangan minta komputer atau barang2 lain yang mahal yah, karena ayah saat ini tidak punya uang.”
Sindu menjawab : jangan khawatir, Sindu tidak minta barang2 mahal kok. Kemudian Sindu dengan perlahan-lahan dan kelihatannya sangat menderita, dia bertekad menghabiskan semua nasi susu asam itu. Dalam hatiku aku marah sama istri dan ibuku yang memaksa Sindu untuk makan sesuatu yang tidak disukainya.
Setelah Sindu melewati penderitaannya, dia mendekatiku dengan mata penuh harap, dan semua perhatian (aku, istriku dan juga ibuku) tertuju kepadanya. Ternyata Sindu mau kepalanya digundulin/dibotakin pada hari Minggu. Istriku spontan berkata permintaan gila, anak perempuan dibotakin, tidak mungkin. Juga ibuku menggerutu jangan terjadi dalam keluarga kita, dia terlalu banyak nonton TV dan program2 TV itu sudah merusak kebudayaan kita.
Aku coba membujuk: Sindu kenapa kamu tidak minta hal yang lain kami semua akan sedih melihatmu botak. Tapi Sindu tetap dengan pilihannya, tidak ada yah, tak ada keinginan lain, kata Sindu. Aku coba memohon kepada Sindu : tolonglah kenapa kamu tidak mencoba untuk mengerti perasaan kami.
Sindu dengan menangis berkata : ayah sudah melihat bagaimana menderitanya saya menghabiskan nasi susu asam itu dan ayah sudah berjanji untuk memenuhi permintaan saya. Kenapa ayah sekarang mau menarik/menjilat ludah sendiri? Bukankah Ayah sudah mengajarkan pelajaran moral, bahwa kita harus memenuhi janji kita terhadap seseorang apapun yang terjadi seperti Raja Harishchandra (raja India jaman dahulu kala) untuk memenuhi janjinya rela memberikan tahta, harta/kekuasaannya, bahkan nyawa anaknya sendiri.
Sekarang aku memutuskan untuk memenuhi permintaan anakku : janji kita harus ditepati. Secara serentak istri dan ibuku berkata : apakah aku sudah gila? Tidak, jawabku, kalau kita menjilat ludah sendiri, dia tidak akan pernah belajar bagaimana menghargai dirinya sendiri. Sindu, permintaanmu akan kami penuhi. Dengan kepala botak, wajah Sindu nampak bundar dan matanya besar dan bagus.
Hari Senin, aku mengantarnya ke sekolah, sekilas aku melihat Sindu botak berjalan ke kelasnya dan melambaikan tangan kepadaku. Sambil tersenyum aku membalas lambaian tangannya.
Tiba2 seorang anak laki2 keluar dari mobil sambil berteriak : Sindu tolong tunggu saya. Yang mengejutkanku ternyata, kepala anak laki2 itu botak.
Aku berpikir mungkin”botak” model jaman sekarang. Tanpa memperkenalkan dirinya seorang wanita keluar dari mobil dan berkata: “anak anda, Sindu benar2 hebat. Anak laki2 yang jalan bersama-sama dia sekarang, Harish adalah anak saya, dia menderita kanker leukemia.” Wanita itu berhenti sejenak, nangis tersedu-sedu, “bulan lalu Harish tidak masuk sekolah, karena pengobatan chemo therapy kepalanya menjadi botak jadi dia tidak mau pergi ke sekolah takut diejek/dihina oleh teman2 sekelasnya. Nah Minggu lalu Sindu datang ke rumah dan berjanji kepada anak saya untuk mengatasi ejekan yang mungkin terjadi. Hanya saya betul2 tidak menyangka kalau Sindu mau mengorbankan rambutnya yang indah untuk anakku Harish. Tuan dan istri tuan sungguh diberkati Tuhan mempunyai anak perempuan yang berhati mulia.”
Aku berdiri terpaku dan aku menangis, malaikat kecilku, tolong ajarkanku tentang kasih.

--

Anggaran Perumahan 2012 Dialokasikan Rp 4,4 Triliun
Suhendra - detikFinance





Jakarta - Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) mendapatkan alokasi dana sebesar Rp 4,4 Triliun pada tahun 2012. Dana tersebut diharapkan dapat meningkatkan program perumahan di Indonesia di 2012.

"Komisi V DPR RI memahami program kegiatan yang telah disampaikan sesuai dengan Perpres Nomor 29 Tahun 2011 tentang RKP 2012, Kemenpera mendapatkan alokasi sebesar Rp 4,4 Triliun dari total kebutuhan anggaran sesuai target RPJMN 2012," kata Ketua Komisi V DPR RI Yasti Soepredjo Mokoagow seperti dikutip di situs Kemenpera, Rabu (8/6/2011).

Yasti Soepredjo Mokoagow mengungkapkan, alokasi dana tersebut telah mengakmodasi direktif Presiden RI sebesar Rp 5,8 triliun pada target RPJMN 2012 Kemenpera. Komisi V DPR RI dan Kemenpera juga sepakat untuk mengupayakan kenaikan pagu anggaran sesuai kebutuhan dalam rapat pembahasan di badan Anggaran DPR RI agar dapat melaksanakan program peyediaan perumahan bagi masyarakat.

"Komisi V DPR RI sepakat dengan Kemenpera dalam melanjutkan penyusunan RKA K/L 2012 dengan tetap mengedepankan skala prioritas yang ditetapkan Kemenpera dan masukan serta aspirasi anggota Komisi V," ujarnya.

Pihaknya juga mendesak Kemenpera untuk meningkatkan kuantitas (jumlah) serta alokasi anggaran untuk Program Perumahan Swadaya yang manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat luas.

Program perumahan swadaya tersebut merupakan stimulan bagi masyarakat agar dapat berpertisipasi aktif dalam pembangunan perumahan di Indonesia.

Menpera Suharso Monoarfa menyatakan berupaya agar seluruh program Kemenpera yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan baik di lapangan. Kementeriannya juga akan terus berupaya agar tingkat penghunian Rusunawa yang telah dibangun bisa lebih ditingkatkan lagi karena kebutuhan hunian vertikal di daerah perkotaan terus mengalami peningkatan.

--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan beri komentar