Segar banget

Segar banget
bangett

Jumat, 01 Juli 2011

Ditipu Pacar Online, Pria Merugi Rp 1,7 Miliar



Fino Yurio Kristo - detikinet



Ilustrasi (ist)

Illinois - Penipuan berkedok kencan online sering terjadi, namun korbannya masih saja berjatuhan. Kali ini, kasus itu terjadi di Illinois, Amerika Serikat. Seorang pria merugi USD 200 ribu atau sekitar Rp 1,7 miliar karena kena perangkap penjahat dunia maya.

Korban yang tak diidentifikasi namanya ini, mulanya berkencan dengan seseorang di internet. Dia amat yakin teman kencannya adalah seorang wanita meski mereka belum sekalipun bertemu di dunia nyata. Bahkan yang mengherankan, hubungan virtual itu berlangsung sekitar dua tahun.

Sang pria kerap mengirim uang sampai total USD 200 ribu pada teman kencannya itu. Uang ini dikirim ke rekening berbagai negara, termasuk negara yang dikenal sebagai salah satu sarang penjahat internet, Nigeria.

Nah suatu ketika, korban tidak bisa lagi menghubungi wanita itu. Si pria khawatir kalau kalau teman kencannya jadi korban penculikan sehingga dia lapor ke polisi setempat.

Namun setelah polisi melakukan penyelidikan, mereka memberi kabar buruk. Sang wanita ternyata tidak eksis sehingga korban positif kena penipuan online. Jadilah ia harus merelakan banyak uangnya melayang.

Kewaspadaan memang perlu ditingkatkan menghadapi kejahatan di dunia maya semacam itu. Seperti dikutip detikINET dari DailyMail, Senin (28/2/2011), kejahatan cyber adalah bisnis besar. Menurut data FBI, kerugian yang ditimbulkan mencapai USD 1,7 miliar di tahun 2010, untuk wilayah Amerika Serikat saja.

--

Meraup Berkah Bisnis Tanaman Hias Pasca Bencana
Yonda Sisko - detikFinance




Padang - Peristiwa bencana alam selain menyisakan kesedihan dan kerugian materi bagi yang mengalaminya, juga bisa memberikan berkah tersendiri terhadap masyarakat.

Misalnya saja banyaknya proyek renovasi rumah dan perkantoran pasca gempa 7,9 SR yang melanda Sumatera Barat (Sumbar) 29 September 2010 lalu menjadi berkah bagi pelaku bisnis taman dan tanaman hias di kota Padang, Sumatera Barat. Peningkatan omset penggiat bisnis flora itu hingga pertengahan 2011 ini mencapai tiga kali lipat.

"Rasanya, inilah saat paling menguntungkan bagi bisnis taman dan tanaman hias setelah booming tanaman hias aglaonema dan anthurium beberapa tahun lalu," ujar Firman (28) pedagang tanaman hias di kawasan Lubuk Minturun, Padang, kepada detikFinance, Selasa (7/6/2011).

Dikatakan Firman, selain renovasi taman lama, permintaan pembuatan taman di rumah tinggal baru dan perkantoran juga meningkat signifikan. Hal itu didukung semakin banyaknya pengembang di kota Padang yang membangun komplek perumahan baru, terutama di daerah ketinggian kota Padang seperti kawasan Lubuk Minturun, Sei. Lareh, Balai Baru, dan sejumlah kawasan di sepanjang jalan By Pass Padang.

"Rata-rata peningkatan permintaan tanaman hias dan pembuatan taman mencapai tiga kali lipat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Berbeda dengan 2-3 tahun belakangan yang menempatkan tanaman indoor seperti Aglaonema dan anthurium sebagai tanaman pavorit, permintaan terbesar saat ini justru pada tanaman ruang terbuka seperti bonsai serut, beringin, putri salju, melati mini, pucuk merah, cemara, dan tanaman buah dalam pot," kata Firman.

Hal senada juga diungkapkan oleh pedagang tanaman hias lainnya, Zaitul Ikhlas (35). Menurutnya, tingginya permintaan pembuatan taman akhir-akhir ini membuat sejumlah tanaman pendukung, seperti rumput hias juga ikut laku keras.

"Misalnya, permintaan terhadap rumput gajah mini yang sangat tinggi sehingga sering kehabisan stok sampai di tingkat petani pembudidaya. Boleh dikatakan, untuk saat ini berapa pun petani mampu memproduksi rumput itu akan habis diserap pasar," tukasnya.

--

Menakar Bisnis Tikar Lipat Wajak
Suhendra - detikFinance




Malang - Merencanakan dan menjalankan bisnis bagi sebagian banyak orang, menganggapnya terlalu ribet dan banyak pertimbangan penuh risiko. Namun lain hal dengan Djumakah salah satu perajin tikar lipat asal Wajak, Malang Jawa Timur, baginya menjalankan usaha sebagai perajin tikar ia anggap mengalir begitu saja seperti air.

Djumakah yang memulai usaha pembuatan tikar lipat sejak 1990 ini mengaku tak muluk-muluk dalam menjalankan bisnis. Baginya asalkan ada kelebihan (margin) dan bisa mempekerjakan banyak orang, itu sudah cukup.

Tak mengherankan gaya berbisnisnya begitu bersehaja dengan manajemen sederhana dengan bermodalkan keuletan dan kejujuran. Namun dengan itu lah yang membuat, usaha tikar lipat Djumakah bisa bertahan hingga 20 tahun lebih dengan merek 'Eagles'

Inilah potret kecil karakter dari sekian ribuan industri kecil di Tanah Air. Umumnya memulai atau terjun ke bisnis dari keadaan atau dari kondisi yang tak ada pilihan lain, justru orang-orang seperti Djumakah lah yang terbentuk secara alami sebagai wirausahawan (entrepreneur) yang tangguh tahan banting.

"Alasan saya dulu terjun menjadi pembuat tikar, dari pada nganggur, ya saya mencoba tikar," katanya kepada detikFinance pekan lalu.

Kisah awal Djumakah masuk ke bisnis ini semua serba kebetulan, ia memulai dengan pembuatan tikar mendong dari rerumputan. Namun di 2005 ia melakukan diversifikasi produk dengan memberikan sentuhan baru dari produknya yaitu tikar karpet dari bahan benang dan tali rapia.

Apa yang dilakukan Djumakah, sebagai bentuk inovasi bagi seorang pengusaha untuk bertahan dibisnisnya. Meski proses inovasi itu baru terjadi 15 tahun kemudian semenjak ia memulai usaha.

Kini ia telah memproduksi dua jenis tikar yaitu tikar karpet dan tikar mendong. Meski tak sebesar industri kelas kakap, dengan produksi 60 tikar per harinya atau 1800 tikar per bulan, baginya itu sudah mampu memutar roda ekonomi di kampungnya.

"Sekarang produksi tikar saya kurang lebih 60 lembar (per hari), dengan karyawan (sub kontrak) ada 22 orang," jelasnya.

Soal pemasaran, ia nampaknya belum berpikir untuk muluk-muluk. Produk-produknya kini masih sebatas ia pasarkan di Jawa Timur dan sebagian di Bali khusus untuk jenis tikar mendong. Di Jawa Timur permintaan tikarnya paling banyak berada di sekitar Malang, Tulungagung, Blitar dan wilayah lainnya.

"Kalau tikar mendong lebih banyak dikirim ke Bali, untuk para turis tidur di pantai," katanya.

Untuk urusan harga, Djumakah hanya membandrol Rp 46.000 per lembar tikar karpetnya, sementara tikar mendong ia hanya jual Rp 13.000 per lembar. Harga ini memang relatif sangat murah jika melihat modal yang harus ia keluarkan.

Ia mengilustrasikan untuk memproduksi satu lembar tikar karpet membutuhkan kurang lebih 1 kg benang dan 1,7 kg tali rapia. Sementara harga benang per kilogramnya Rp 13.000-15.000, harga tali rapia Rp 8.500 per kg dan biaya produksi seperti ongkos kerja Rp 6.000, ongkos jahit Rp 1.000 dan ongkos gulung Rp 6.000.

"Memang kalau bicara untung, tipis sekali, yang penting dapat, biar sedikit asal tetap mutar," katanya.

Pola yang dikembangkan oleh Djumakah cukup mendorong ekonomi masyarakat disekitarnya. Dengan pola sub kontrak kepada para tetangganya ia menjadi penggerak ekonomi di lingkungannya.

"Di sisi ada proses pengulungan, lalu setengah jadi dibawa ke rumah-rumah," katanya.

Sebagai pengusaha yang sudah menggeluti bisnis tikar puluhan tahun, Djumakah mengaku sudah biasa dengan fluktuasi permintaan tikar. Misalnya pada awal tahun ini permintaan produk tikarnya, cukup turun drastis karena pola permintaan pasar yang umumnya adalah para petani dan musim liburan.

"Sekarang permintaan sedang turun sekitar dua bulan sampai 50%," katanya.

Ia menambahkan naik turun dalam bisnis suatu hal yang lazim yang penting adalah semangat. Sehingga tak mengherankan sampai saat ini ia bisa bertahan menggeluti usaha tikar. Kini perekonomian keluarganya jauh lebih baik dibandingkan ketika ia sebelumnya menjadi petani, rumah yang cukup mapan dan kendaraan angkut roda empat kini sudah dimilikinya.

Dikatakannya apa yang ia lakukan saat ini bermodal kemandirian tanpa bantuan dari pemerintah. Soal persaingan antara sesama perajin di Wajak, ia tetap optimis bahwa hal itu bukan lah masalah, yang terpenting meningkatkan kualitas produk.

"Sampai sekarang dari pemerintah nggak ada bantuan, dulu pernah ada bantuan Jasa Tirta (BUMN), uang Rp 3 juta angsuran 2 tahun tanpa bunga," katanya.

Kerajinan Tikar Lipat Eagles

Djumakah dan Kastin
Jl. Raung 2B 15 Wajak, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang Jawa Timur
(hen/dnl)

--

Sukses Berbisnis Oleh-oleh Beromzet Miliaran
Suhendra - detikFinance



Foto: Suhendra/detikFinance
Malang - Membawa oleh-oleh bagi sebagian besar orang Indonesia seperti menjadi kewajiban saat baru pulang bepergian dari luar kota maupun luar negeri. Setiap wilayah, konsep oleh-oleh berbeda-beda dengan karakteristik yang khas, misalnya berupa makanan maupun minuman.

Menurut Syamsul Huda, pengusaha oleh-oleh makanan olahan apel asal Malang, berbisnis oleh-oleh sangat menjanjikan asalkan mengerti strateginya. Syamsul mengganggap, segmen pasar oleh-oleh harus dibedakan dengan segmen produk secara umum.

"Kalau produk oleh-oleh kualitasnya harus tinggi, maka harga jualnya juga tinggi, desain harus menarik. Tapi kalau produk lain harganya murah dengan kualitas di bawah (standar)," kata Syamsul kepada detikFinance beberapa hari lalu di Malang.

Menurutnya, kelebihan dari bisnis oleh-oleh, produknya pasti dicari banyak orang sehingga pemasarannya relatif mudah. Meskipun biasanya segmen pasar ini hanya terbatas pada wilayah tertentu saja.

"Kami mengincar pasar oleh-oleh, pasar oleh-oleh bagaimana mengangkat Kota Batu Malang sebagai kota wisata," katanya.

Dari sisi variasi produk, segmen pasar oleh-oleh memang mau tidak mau harus memiliki keterbatasan jenis. Produk yang dijual haruslah khas wilayah setempat, karena jika tidak, konsumen akan bingung menentukan produk apa yang pas untuk oleh-oleh.

Namun kondisi semacam seperti ini bukan berarti harus membatasi kreasi seorang pebisnis. Berdasarkan pengalaman Syamsul, untuk mengembangkan usaha, seorang pengusaha produk oleh-oleh harus juga memiliki produk non oleh-oleh untuk segmen pasar umum, dengan konsekuensinya harus bermain di harga yang lebih miring.

"Di samping ada kripik apel, kita juga ada pia apel khusus untuk semua segmen pasar. Ke depannya selain pia, kita juga mau mengembangkan biskuit apel, permen apel dan lain-lain," katanya.

Menurutnya saat ini oleh-oleh khas Batu Malang masih berkutat pada produk makanan olahan seperti kripik apel dan sari buah apel. Dengan masuk segmen produk di luar oleh-oleh, Syamsul mengaku harus menyiapkan perangkat modal yang lebih besar dan perizinan yang lebih kompleks.

"Sementara ini produk-produk saya masih di Jawa Timur, belum berani ke luar karena belum ada modal," katanya.

Keberhasilan Syamsul menggeluti produk makanan olahan apel bukan lah isapan jempol belaka. Bisnis produk olahannya terus berkembang, selain kripik apel, sari apel, jenang (dodol) apel, ia juga membuat kripik nangka, kripik nanas, kripik salak, kripik mangga, kripik rambutan, dodol nanas, dodol sirsak, dodol nangka, dodol strawberry dan lain-lain.

"Kebetulan setiap tahun naik, 5% sampai 15%. Dengan omset per bulan Rp 110 juta," katanya.

Syamsul yang memulai bisnis makanan olahan apel sejak 2001 ini, tertarik dengan bisnis oleh-oleh karena dihadapkan oleh kondisi suramnya sektor pertanian apel Batu Malang sepuluh tahun lalu.

"Yang menjadi latar belakang kondisi budidaya apel tahun 2001, terjadi penurunan, sudah jenuh tanah. Produktivitas turun dan kualitas juga. Ini merugikan petani. Perlu ada sentuhan teknologi pengolahan pangan," ucap pria lulusan Unisma Fakultas Pertanian ini.

Ia mengaku, produk olahan apel pertamanya adalah jenang atau dodol apel, pada waktu itu ia hanya bermodal Rp 4 juta. Selama dua tahun pertama bisnis jenang apelnya masih kembang kempis alias baru sampai tahap balik modal.

"Tahun berikutnya saya buat ekspansi pasar dan modal dengan minjam uang dari bank. Saya memulai beranikan diri pinjam dana Bank Mandiri dan Bank Jatim. Ternyata sebuah keberhasilan harus berani dulu dan mengambil risiko," kenang Syamsul.

Setelah dapat suntikan dana segar dari bank, bisnis Syamsul kian melaju pesat sejalan berkembangnya aneka produk yang ia buat. Mulai dari situ ia banyak mengembangkan berbagai aneka produk kripik termasuk kripik dan jus apel.

"Sekarang total variasi produk sudah ada 15 macam. Cara menembus pasar, saya melakukan kegiatan promosi di daerah Malang Raya. Saya ikut promosi kegiatan pameran di dinas," katanya.

Syamsul kini sudah memiliki 72 karyawan padahal awalnya hanya 2 orang karyawan. Produk-produk yang ia jual relatif terjangkau untuk segmen oleh-oleh yaitu dimulai dari Rp 2.000 sampai Rp 22.000 per bungkus.

Keberhasilan Syamsul bukan hanya dinikmati oleh dirinya dan karyawannya, namun para petani yang menyuplai bahan baku apel pun ikut kecipratan moncernya bisnis olahan apelnya. Misalnya dalam hal harga jual apel, Syamsul memberikan harga relatif lebih bagus dari pada harga pembelian dari tengkulak yaitu berkisar Rp 5000-7000 per Kg.

"Kita ada mitra kerja binaan kelompok tani apel yang menjadi mita kerja. Kalau dibeli tengkulak harganya murah. Ada tergabung 41 petani, kita juga ada paket wisata selain melihat produksi olahan apel, pengunjung juga bisa melihat perkebunan apel," jelasnya.

Selama ini Syamsul mampu menghabiskan 500 kg apel untuk dijadikan kripik dan sari buah. Menurutnya suplai apel tak menjadi masalah meski produksi turun hingga 25%.

"Justru yang jadi masalah adalah suplai nangka, salak, rambutan karena bukan musim, padahal permintaaan banyak," kata pria yang mengaku mengolah apel secara otodidak ini.

Menurutnya permintaan produk olahan apel dan buah lainnya terus naik, bahkan pada musim liburan bisa naik hingga 30%. Dengan margin hingga sampai 20-30%, Syamsul mengaku begitu menikmati masa keemasan bisnisnya saat ini.


Syamsul Huda
CV. Bagus Arista Mandiri
Jl. Kopral Kasdi 2 Bumiaji Kota Batu, Malang.
Email: huda_bagus@yahoo.co.id

--

Mengulik Prospek Jaket dari Bahan Kertas Anti Air
Ade Irawan - detikFinance




Jakarta - Bagi anda yang ingin mengoleksi barang-barang unik, bisa datang ke pameran Sepatu, Kulit, dan Fashion di JCC, Senayan, Jakarta. Di pameran yang berlangsung 28 April-1 Mei 2011 menampilkan produk jaket cantik berbahan kertas anti air.

Jaket yang terbuat dari bahan kertas tyvek itu dibuat oleh sekumpulan oleh mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB), produk jaket itu diberi nama Svectra.

"Ini buat tugas kuliah, satu kelompok sekelas," kata CEO equafole Boy Rekato di pameran Sepatu, Kulit, dan Fashion di JCC Kamis (28/4/2011).

Mahasiswa yang berjumlah 33 orang ini mengaku mengikuti pameran untuk menyelesaikan tugas kuliah. Para mahasiswa ini belum memikirkan produk buatannya menjadi komoditas ekspor. Alasan mereka membuat jaket berbahan kertas tyvek untuk mendukung program go green atau ramah lingkungan.

Untuk pembuatan satu jaket svectra ini, butuh modal sekitar Rp 200.000. Sayangnya bahan ramah lingkungan ini harus diimpor jauh wilayah Du Pont Perancis. Bahan seharga Rp 200.000 itu, belum termasuk ongkos jahit dan cetak warna sekitar Rp 50.000-60.000.

"Bahannya impor semua, tapi ngerjainnya di Bandung," katanya.

Jaket ini mereka jual dengan harga Rp 350.000. Khusus untuk pameran ini harga jaket Svectra hanya dibandrol Rp 300.000

Menurut Boy, tidak ada target dari pameran ini, ia dan teman-temannya hanya menjual sebisanya. Keuntungan yang didapat dari penjualan ini akan disumbangkan ke desa-desa yang membutuhkan pendidikan, seperti desa-desa di sekitar Ciwidey Bandung Selatan. Selain dipasarkan di pameran ini, mereka juga menjualnya di Equafole Bandung.

"Ini kan kita ambil dari masyarakat, jadi nantinya akan kita kembalikan ke masyarakat juga," tuturnya.

Kisah pembuatan jaket Svectra dimulai sejak pengumpulan data semenjak Agustus 2010 sampai dengan Desember 2010 karena tugas kuliah. Para mahasiswa ini mulai memproduksi jaket unik ini Januari 2010, permintaan pun mulai silih berganti untuk memesan dari mulut ke mulut.

Dikatakan Boy, untuk memesan kertas diperlukan waktu 2 minggu. Kertas tyvek impor dari Du Pont harus dalam borongan, minimal memesen 1 km untuk mendapatkan harga yang lebih murah

"Pesan yang banyaklah biar murah, sekali pesan 1 km kertasnya," tuturnya.

Mereka juga menjual barang-barang karya mereka seperti jaket kertas, tas dan sepeda lewat online, mulut ke mulut, teman-teman dekat. Sampai saat ini sudah terjual dari sabang sampai Manado dan orang-orang yang berkunjung ke toko di Bandung.

Boy menambahkan tak menutup kemungkinan untuk melanjutkan usaha ini. Sejauh ini, sudah ada sekitar 3-5 mahasiswa yang berkomitmen untuk melanjutkan usaha tersebut.

"Ada sih yang mau ngelanjutin, tapi tidak banyak, ya bebas-bebas aja. Ini kan barang sama-sama," ujarnya.

Boy membuka kesempatan bagi investor yang ingin masuk untuk meneruskan usaha mereka. Termasuk tidak keberatan menggunakan brand dari investor yang berminat.

CEO equafole Boy Rekato
Jalan Ganeca 3 Bandung, Jawa Barat 40132
Email: equafole@gmail.com dan Boy_kamtibz@yahoo.com

--

Modal Rp 55 Juta, Miliki Bisnis Kebab Turki Ala Baba Rafi
Ninik Setrawati - detikFinance



Foto: Kebab Turki Baba Rafi
Jakarta - Berawal saat Hendy Setiono pergi ke Timur Tengah dan menemui banyak penjual makanan khas Turki, yaitu kebab, ia memperoleh ide untuk mengembangkan usaha Kebab Turki di Indonesia.

Usaha ini dimulai pada 2003 dengan membuka outlet pertamanya di Surabaya. Modal awal yang dikeluarkan oleh Hendy saat itu sebesar Rp 4 juta yang ia gunakan untuk membeli gerobak (counter) dan peralatan lainnya seperti kompor dan penggorengan.

Kendala di awal usaha diakui oleh Hendy terletak pada sulitnya menjaga kualitas (standar) daging sapinya karena masih memproduksi sendiri.

Kini, bekerjasama dengan PT Belfoods Indonesia, Hendy tak perlu kuatir dengan produksi daging untuk kebab, karena sudah ditangani oleh ahlinya. Sebab PT Belfoods Indonesia telah memenuhi standar yang telah dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat-obatan dan makanan (BPOM) dan memiliki sertifikat MUI.

Untuk mendistribusikan daging yang telah diproduksi oleh PT Belfoods Indonesia, Hendy mendirikan sebuah warehouse yang ia bangun di kota-kota besar, seperti Surabaya, Malang, dan Semarang.

Melalui warehouse inilah kemudian daging yang dibutuhkan didistribusikan lagi ke outlet-outlet yang tersebar di sekitarnya. Pengiriman daging ini dilakukan seminggu dua kali atau tergantung kebutuhan.

"Kita sekarang fokus ke penjualan, untuk produksi dagingnya yang higienis dan sehat saya serahkan pada ahlinya," ungkap Hendy di counter Kebab Turki di kawasan Tebet, Jakarta, Senin malam (18/1/2011).

Mengenai kebutuhan daging sapi, Hendy mengungkapkan dalam sehari ia bisa menghabiskan sebanyak 1 ton daging sapi atau setara dengan 7 ekor sapi. Dengan adanya target dibuka sebanyak 1.001 outlet di 2011 ini, maka diperkirakan akan mengahbiskan 3 ton daging sapi/hari.

Untuk menjalankan seluruh outlet Kebab Turki Baba Rafi, sudah terserap sebanyak 1.200 tenaga kerja. Bisa dibayangkan usaha ini sangat prospektif untuk dikembangkan dan membawa banyak manfaat untuk menambah lapangan pekerjaan.

Menu andalan Kebab Turki Baba Rafi adalah kebab yang dijual dengan harga Rp 12.000. Selain itu juga ada menu hotdog seharga Rp 10.000, beef burger Rp 9.500, dan menu lainnya.

Untuk mengembangkan usahanya, sejak 2005 usaha Kebab Turki Baba Rafi dikelola secara Waralaba (franchise). Hingga 2011 ini, sudah resmi dibuka sebanyak 650 outlet. Namun, untuk daftar tunggunya sudah mencapai angka 750 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia.

"Saya berharap hingga akhir 2011 ini sudah dibuka 1.001 outlet. Karena saya ingin mengenalkan kebab ke seluruh masyarakat Indonesia hingga ke wilayah kabupaten/kota. Selama ini kan makanan asing yang dikenal masyarakat hanya hotdog atau burger," imbuhnya.

Ternyata kesuksesan Kebab Turki Baba Rafi tidak hanya di Indonesia. Hendy telah menandatangani MoU dengan Filipina untuk membuka cabang di sana.

"Tahun 2011 ini realisasinya. Targetnya tahun ini bisa membuka 10 outlet dulu dan diharapkan bertambah setiap tahunnya," papar Hendy.

Usaha ini membuka peluang yang sangat luas. Jika Anda ingin mendulang kesuksesan yang sama, Kebab Turki Baba Rafi membuka kesempatan yang lebar.

Dengan modal awal Rp 55 juta, Anda akan mendapatkan 1 set lengkap yang terdiri dari counter dan peralatan lainnya (misal penggorengan dan alat pemanggang daging), karyawan yang sudah dilatih, dibantu mencari lokasi usaha, masa kerja selama 5 tahun, manual book (SOP), paket promosi (misal banner, neon box), dan lain-lain. Hendy mengungkapkan bahwa dalam jangka waktu 18 bulan sudah bisa balik modal.

"Omzet 1 outlet biasanya sekitar Rp 10-Rp 15 juta per bulan, bahkan ada yang mencapai Rp 60 juta, tergantung dari lokasi usahanya. Usaha ini sangat prospektif untuk dikembangkan karena semakin lama makanan kebab banyak dikenal masyarakat," pungkasnya. (nin/qom)

--

Manisnya Bisnis Sederhana Ala 'Orie Jus'
Ninik Setrawati - detikFinance



Foto: Ninik-detikFinance
Jakarta - Menjalankan usaha minuman dari buah atau jus jadi bisnis biasa. Namun jika dijalankan dengan sungguh-sungguh dengan kualitas yang terjaga, maka bisa digemari banyak orang. Cara inilah yang dijalankan Diana Farida lewat 'Orie Juice'.

Diana memulai usaha jus buah yang diberi nama 'Orie Juice' di 2002. Ide ini berawal ketika ia ingin menyajikan jus seenak yang dibuat oleh mama atau ibu di rumah. Oleh sebab itulah ia memilih usaha ini.

Modal awal yang dikeluarkan Farida bisa dibilang cukup murah, yaitu Rp 1.500.000. Modal itu ia gunakan untuk membeli etalase, blender, dan perangkat lainnya seperti buah, gelas, dan sedotan.

Jus buah yang ditawarkan oleh Diana ada 3 macam, yaitu jus 1 rasa buah, 2 rasa buah (jus poligami), dan 3 rasa buah (jus pelangi). Harga yang ditawarkan-pun cukup ringan di kantong.

Untuk jus 1 rasa, harganya dibanderol Rp 5.000, misalnya jambu, tomat, dan apel. Untuk jus 2 dan 3 rasa, pelanggan boleh memilihnya sendiri. Harga yang ditawarkan juga tak kalah ringan. Untuk jus poligami, harganya adalah Rp 8.000 sedangkan jus pelangi harga yang ditawarkan adalah Rp 10.000.

"Selama saya berjualan, prospek usaha ini sangat bagus karena banyak peminatnya. Apalagi jus buah kan sehat jadi banyak yang akhirnya berlangganan pada saya, misalnya pegawai di Nurul Fikri yang setiap hari memesan," ungkap wanita berusia 43 tahun ini ketika ditemui di tempatnya berjualan di kawasan Margonda, Depok, Sabtu (17/1/2011).

Disinggung mengenai usahanya yang kian laris tersebut, Diana mengatakan kunci suksesnya terletak pada rasa dan keramahan yang selalu ia berikan kepada pelanggan.

Diana menjamin jus yang ia jual komposisinya lebih banyak buah daripada airnya. Ia juga tidak menggunakan pemanis buatan serta menggunakan air galon Aqua asli, jadi rasanya benar-benar terjamin. Selain itu, buah yang dipakai juga bukan buah yang matang. Ia selalu memilih buah yang setengah matang karena rasanya lebih terjaga.

"Jangan menggunakan buah yang matang, rasanya pasti beda. Saya selalu menggunakan buah segar dan komposisi buahnya lebih banyak dibanding airnya. Takaran airnya hanya 1 cm untuk buah yang mengandung banyak air. Selain itu, cup-nya juga besar yang berukuran 16 cm. Jadi pelanggan puas minum jusnya," imbuhnya.

Selain karena komposisi buahnya lebih banyak, keunggulan lain yang ditawarkan oleh Orie Jus bila dibandingkan usaha sejenis di sekitarnya adalah jam buka Orie Juice hingga pukul 23.00 WIB. Jadi, bagi pelanggan yang pulang malam-pun bisa mampir untuk membeli jus.

"Biasanya kalau yang lain kan tutupnya jam 20.00 atau 21.00, saya tutupnya jam 23.00. Sampai jam 23.00 juga masih ada yang beli,” tambah Diana.

Lokasi usaha yang dipilih Diana berada di sekitar kampus UI Depok.

Ketika disinggung mengenai kendala usaha, apalagi jika lokasi usaha dekat dengan kampus yang sebagian besar pelanggannya adalah mahasiswa, Diana mengatakan ia tidak kuatir walaupun kampus sedang libur. Hal ini dikarenakan lokasi usaha yang dipilih Diana juga berada di pinggir jalan.

"Saya nggak kuatir kampus libur atau tidak karena pelanggan saya bukan hanya mahasiswa. Lokasi usaha saya kan di pinggir jalan, jadi siapapun bisa membeli," terang Diana.

Yang menjadi kendala utama Diana akhir-akhir ini adalah adanya iklim yang tidak menentu, yang lebih didominasi oleh hujan.

"Kalau musim hujan pembeli sepi. Karena musim hujan udaranya kan dingin, jadi pelanggan agak malas membeli minuman yang dingin," imbuhnya.

Kini, usaha jus buah yang didirikan Diana sejak 2002 berbuah manis. Puluhan pelanggan siap mengantre untuk dapat meneguk segarnya Orie Juice. Dalam satu hari, ketika sedang sepi saja Diana masih bisa memperoleh omzet sekitar Rp 200.000, sedangkan saat ramai, Rp 350.000 bisa ia kantongi setiap harinya.

Info Lebih Lanjut Hubungi:
Diana Farida
Jl. Margonda Raya, No. 521
Depok

--

Clichy Merapat ke City
Okdwitya Karina Sari - detiksport





(Reuters)

Jakarta - Gael Clichy tengah menuju pintu keluar Arsenal. Bek asal Prancis itu disebut-sebut akan segera bergabung dengan Manchester City.

Diberitakan oleh Mirror, City telah menawarkan uang tebusan Clichy dengan nilai yang cukup murah yakni tujuh juta poundsterling atau sekitar Rp 96,8 miliar.

Clichy bahkan akan segera berganti kostum setelah melewati tes medis dan menyepakati syarat-syarat personal yang diajukan The Citizens.

Meskipun Arsene Wenger mengharapkan anak didiknya itu bertahan, namun tampaknya Arsenal tak memiliki pilihan selain melepas Clichy di musim panas ini daripada kehilangan dia secara cuma-cuma.

Kontrak pesepakbola Prancis berusia 25 tahun itu cuma tersisa setahun lagi. Sementara hingga kini Clichy belum bersedia menandatangani kontrak baru yang diajukan klubnya.

Liverpool, klub yang dilaporkan menginginkan dan diinginkan juga oleh Clichy, sebelumnya telah mengajukan penawaran sebesar lima juta pounds telah ditolak.

Hingga saat ini belum ada keterangan resmi baik dari Arsenal maupun City terkait transfer Clichy. Namun jika kabar ini benar adanya, maka hal ini akan menjadi pukulan berat buat tim "Gudang Peluru" yang kemungkinan juga akan kehilangan Cesc Fabregas dan Samir Nasri.

--

Obama Peringatkan Ancaman Teroris via SMS
Rachmatunisa - detikinet



(Ist)

Jakarta - Amerika Serikat (AS) kini menggunakan sistem peringatan nasional baru. Presiden AS Barack Obama akan mengirimkan pesan singkat atau SMS langsung ke para pengguna ponsel ketika terjadi keadaan darurat.

Layanan gratis yang dinamakan PLAN (Personal Localised Alerting Network) ini dijadwalkan diuji coba di New York akhir tahun ini, dan segera tersedia bagi seluruh penduduk AS pada April 2012.

Berbagai peringatan seperti ancaman teroris, bencana alam dan pesan darurat lainnya akan dikirim melalui operator AT&T, Sprint, T-Mobile dan Verizon ke seluruh pengguna ponsel.

"PLAN bisa membuat perbedaan besar selama bencana seperti badai tornado yang baru-baru ini menimpa AS, di mana setiap menit bahkan detik peringatan tambahan bisa membuat perbedaan antara hidup dan mati," kata Julius Genachowski, selaku Chairman Federal Communications Commission.

Dikutip detikINET dari AFP, Kamis (12/5/2011), pesan akan dikirimkan ke pengguna ponsel di wilayah-wilayah yang potensial menghadapi ancaman, bukan ke semua pengguna ponsel.

Adapun bentuk peringatan itu akan berupa pesan sepanjang 90 karakter atau kurang. Ada tiga jenis peringatan, yakni peringatan yang disampaikan oleh Presiden, melibatkan ancaman nyata terhadap keselamatan dan peringatan untuk penculikan.

--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan beri komentar