Segar banget

Segar banget
bangett

Selasa, 26 Juli 2011

How To Train Your Dragon



*oleh Made Teddy Artiana, S. Kom

Ada sebuah film animasi tiga dimensi (3D) yang sangat menghibur, namun sarat
akan pelajaran moral yang luar biasa, yang sepertinya wajib kita tonton.
Sebuah film yang dulu kabarnya pernah menduduki puncak tertinggi urutan box
office, dengan penghasilan tertinggi USA.(Sequel keduanya segera akan hadir
)

Film itu adalah "How To Train Your Dragon".

Film yang mengambil setting kehidupan bangsa Viking di jaman dahulu.
Diceritakan pada waktu itu musuh bebuyutan orang Viking adalah Dragon/naga.
Tetapi Naga orang Viking berbeda dengan persepsi Naga di kepala orang Asia,
agak berbeda. Yang satu binatang melata berwujud ular raksasa, namun
berkaki, yang lain punya sayap dan bisa terbang. Yang satu menelan mangsa,
yang lain menyemburkan api. Tetapi keduanya punya wajah dan sisik mirip.

Saking musuh bebuyutannya kedua golongan ini, hingga dari jaman ke jaman
mereka saling bunuh. Bahkan anak-anak orang Viking telah dilatih secara
khusus untuk membunuh para naga. Pelatihan ini demikian serius hingga
ditahapan puncak, mereka laksana gladiator romawi, diharuskan membunuh naga
dalam sebuah gelanggang pertempuran yang ditonton seluruh suku bangsa
mereka.

Ada beberapa jenis naga. Dari yang berkepala dua, kecil mungil
berwarna-warni, bertubuh panjang merah, pendek gempal, hingga Night Furry,
naga siluman yang tidak pernah tampak wujudnya (karena tak seorangpun pernah
melihatnya) namun sangat ditakuti, karena “tembakan maut” api dari mulutnya
laksana peluru kendali yang memiliki ketepatan yang luarbiasa.

Oleh suku bangsa Viking hampir semua naga memperoleh predikat : berbahaya
dan bunuh ditempat, hanya Nigth Furry yang berpredikat berbeda : jika ia
muncul, bersembunyilah dan berharaplah agar tidak diketahui alias tidak
mungkin untuk dikalahkan dan sia-sia untuk dilawan.

Tersebutlah seorang remaja Viking bernama Hiccup. Jika bayangan kita
terhadap orang Viking adalah kekar, seram, kuat, berbulu dan berambut
panjang. Hiccup persis kebalikannya. Licin, klimis, letoi, berambut pendek
lurus dan kurus ceking. Ia adalah kijang yang tersasar digerombolan singa
Afrika. Ikan mujair diantara kumpulan para piranha.

Jika orang Viking selalu mengandalkan kekuatan mereka, Hiccup yang kebetulan
tidak memilikinya, lebih mengandalkan sesuatu didalam kepalanya. Namun
demikian karena standar yang mendominasi semua orang sebangsanya adalah
"kekuatan" dan "kebengisan" dan bukannya "otak" dan "hati", maka kelebihan
Hiccup tetap saja tidak mampu memberikan sumbangsih apapun bagi eksistensi
dirinya. Sehingga Hiccup tetap merupakan noda yang cukup memalukan tidak
hanya bagi seluruh kaumnya, namun terutama juga untuk sang ayah yang
kebetulan kepala suku bangsa Viking yang sangat dihormati. Karena jangankan
untuk membunuh naga -yang notabene adalah kebanggaan orang Viking-
bertindak-tanduk sebagai seorang Viking pun, Hiccup sepertinya tidak akan
pernah sanggup. Inilah yang membuat perasaan inferior tampak membayangi
kehidupan Hiccup.

Dalam sebuah penyerangan segerombolan naga kepemukiman bangsa Viking,
seperti yang lain, Hiccup bermaksud ikut berperang mengusir naga-naga itu.
Tetapi ia terlalu lemah dan terlalu sial untuk berhasil. Namun tanpa
sepengetahuan siapapun, Hiccup telah menciptakan sebuah alat untuk menyerang
para naga. Dan alat itu ia gunakan, persis ketika naga "siluman" yang paling
ditakuti -Nigth Furry- datang menyerang. Sebenarnya ia berhasil menembakkan
alat itu kepada Nigth Furry, tetapi karena memang selalu bernasib sial,
Hiccup kembali menimbulkan kekacauan dan kerugian besar dalam perang
tersebut. Alhasil, ia kembali jadi bulan-bulanan kemarahan ayah dan
bangsanya, walaupun ia berusaha mengatakan pada mereka bahwa senjatanya
berhasil mengenai Nigth Furry, dan naga yang paling ditakuti sekaligus tak
pernah terlihat wujudnya itu terjatuh disebuah bukit tak jauh dari
pemukiman.

Pengakuan yang sangat terlalu mustahil, terlebih bagi seorang Hiccup.

Hingga akhirnya Hiccup berusaha membuktikan penglihatannya sendiri. Dan
betapa terkejutnya ia ketika mengetahui senjatanya itu tidak hanya berhasil
mengenai naga siluman itu, tetapi juga melukainya hingga naga yang paling
ditakuti itu terluka dan tidak berdaya. Namun demikian Hiccup memutuskan
tidak membunuh hewan yang sudah tidak berdaya itu. Ia terlalu berperasaan
untuk melakukannya.

Lewat proses pemahaman yang demikian unik, terjalinlah persahabatan antara
Hiccup dan Nigth Furry, yang kemudian ia namai dengan Toothless. Tidak hanya
itu, Hiccup berhasil memahami perilaku naga itu, dan menjadikan Nigth Furry
hewan tunggangannya. Sesuatu yang luar biasa dan tidak akan pernah
terpikirkan oleh seorang Viking, yang segera akan lari tunggang langgang
jika mendengar teriakan Nigth Furry yang mendirikan bulu roma.

Namun justru disinilah konflik itu mulai terjadi, ketika akhirnya
persahabatan yang diharamkan ini diketahui oleh ayah dan bangsanya, sehingga
mereka sangat murka terhadap Hiccup. Seperti biasa penjelasan Hiccup tentang
naga-naga yang sebenarnya sama seperti perilaku bangsa Viking, dan manusia
umumnya, yang membunuh jika terdesak dan merasa terancam, tidak pernah
mendapat kesempatan untuk masuk kepikiran mereka. Mindset lama tentang
"dibunuh atau terbunuh", terlalu menguasai pikiran mereka, sehingga
pencerahan yang dibawa Hiccup dianggap sebuah dosa dan kesalahan fatal.

Singkat cerita, pemahaman baru ini justru menjadi sebuah senjata yang luar
biasa bagi Hiccup yang akhirnya membawa ia menjadi seorang pahlawan yang
sangat dikagumi oleh bangsanya, dengan bekerja sama dengan Nigth Furry untuk
membunuh seekor naga raksasa yang jahat, yang menjadi gembong yang memaksa
naga-naga lain yang jauh lebih kecil untuk mencuri, merampok hewan bangsa
Viking.

Akhirnya para naga dan bangsa Viking tinggal berdiam dengan penuh harmoni di
pemukiman yang sama.

Sebuah pelajaran moral yang aku anggap paling mengesankan adalah betapapun
lemah, kurang, berbedanya diri kita dengan standard baku yang berlaku
dimasyarakat, namun keunikan yang kita miliki tetap dapat dijadikan senjata
ampuh untuk meraih kesuksesan hidup. Dan kesuksesan itu bisa jadi berbeda
dengan yang ayah kita, keluarga, boss dikantor, para motivator, orang
kebanyakan gariskan sebagai sebuah kelaziman.

Dulu, hanya Copernicus yang mengatakan dunia ini bulat.

Ia jelas-jelas berbeda dengan seluruh manusia
yang ada saat itu. Ia berpendapat, sedangkan yang lain tidak berpendapat.
Mereka hanya menelan bulat-bulat apa yang sudah terlanjur diturunkan dari
moyang mereka. Dan kini jika ada orang yang mengatakan bahwa bumi ini datar,
pastilah semua orang menganggap orang tadi sudah kehilangan akal warasnya,
persis ketika dulu Copernicus dianggap tidak waras oleh orang sejamannya.
Jadi jelas, bahwa kebenaran tidak selalu identik dengan gerombolan.

Para penyendiri, atau mereka yang dibuat sendiri, karena dianggap aneh oleh
sekitar -walaupun tidak selalu mutlak benar- seringkali membawa pencerahan
luar biasa bagi pola pikir yang sudah jenuh. Namun demikian memang tidak
dapat disangkal bahwa kita adalah mahluk yang cenderung mengikuti arus masa
kebanyakan.

Tapi tunggu dulu, sebelum terlalu jauh ada baiknya jika istilah “kelemahan”
atau “perbedaan” dalam hal ini, tentu bukan merupakan sebuah perilaku minus
yang memang harus diubah.

*Sifat kurangajar dan tidak hormat.
Ketidakjujuran.
Kebiasaan merendahkan.
Berkata kasar dan suka menyakiti orang lain.
Malah belajar.
Penunda.
dll*

yang seringkali mewakili ungkapan “*Suka atau tidak, sifat ku memang begini”
* aku rasa diluar kategori pembahasan kita. Itu bukan kelemahan-kelemahan
yang dimaksud. Itu sesuatu yang harusnya –jika kita memiliki harga diri yang
cukup kuat- mendapat prioritas untuk diperbaiki segera.

*Lahir disebuah keluarga miskin.
Tidak punya biaya untuk bersekolah.
Punya keadaan fisik yang serba kurang
(kurang tinggi, kurang cantik, kurang tampan).
Cacat.
Yatim piatu.
Korban brokenhome.
Dianggap bodoh/kurang pandai.
Gagap.
dll.*

Adalah sederet keadaan tentunya masuk dalam kategori.

Seorang teman yang dari kecil sangat hobby akan seni ketrampilan tangan
baru-baru ini curhat padaku. Ia merasa keluarga –biasanya hambatan dan
hinaan itu datang dari orang-orang terdekat- menganggap hobby dan
ketrampilannya ini tidak memiliki masa depan, sehingga keluarga mengharuskan
ia mencari pekerjaan yang lebih mapan, yang sebenarnya tidak ia sukai.
Padahal ada sebuah pengalaman yang sampai kini begitu berkesan dihatinya
adalah ketika hasil karyanya dibeli mahal oleh seseorang karena dianggap
sangat unik. Ini terjadi ketika ia duduk dikelas enam SD. Tapi apa lacur,
orang tuanya menganggap itu semua sebagai sebuah kebetulan belaka.

Lain lagi cerita seorang kenalan, yang menjadi korban orang tua yang
brokenhome. Ayah ibu bercerai. Ayah masuk penjara, ibu kawin lagi. Kini
tinggalah ia sendiri berjuang bersama kedua adiknya yang masih kecil,
bertahan hidup dengan beban psikologi yang begitu berat.

Belum lagi seorang kenalan lain –kali ini wanita- yang karena merasa diri
kurang menarik, memutuskan untuk tidak pernah memulai hubungan dengan
seorang pria, hingga usia nyaris mendekati empat puluh tahun. “Dari pada
terluka, mending tidak”, begitu ungkapan favorite nya.

Seorang karyawan yang di-PHK justru dalam keadaan genting, istrinya sedang
hamil tua, anak ke-3 !!!

Seorang istri dengan dua orang anak yang kemudian ditinggal mati oleh sang
suami.

Dan lain-lain sebagainya. Mungkin kita tidak sadar bahwa cerita-cerita ini
begitu sering hilir mudik didepan hidung kita.

Kontras dengan itu semua, Anthony Robin dalam buku fenomenalnya : The
Awakening of Giant Within bercerita tentang sebuah kekuatan luar biasa yang
ada pada diri setiap insan. Kekuatan yang seringkali tertidur dan menunggu
untuk disadari eksistensinya, untuk kemudian mengambil alih peran hidup yang
sementara ini dilakoni dengan tanpa daya.

Uniknya, seringkali kita membayangkan kekuatan itu sebagai sesuatu yang
dashyat seperti : naga, harimau atau raksasa. Tentu saja tidak sepenuhnya
keliru, karena memang daya dan kekuasaannya memang sehebat mahluk-mahluk
tersebut.

Namun sebagaimana hidup yang selalu bermain petak umpet dalam cara-cara
siluman (berkah dalam kemalangan, kegagalan mendahului kesuksesan, malaikat
dalam rupa tak sewajarnya) kekuatan-kekuatan tadi lebih sering mengambil
rupa justru dalam wujud yang sangat tidak kita sukai alias yang tidak kita
duga. Kelemahan-kelemahan yang memalukan, yang membuat minder dan menekan
urat syaraf itulah wujud mereka mula-mula.

Kini tergantung kita, apakah kita punya cukup keberanian untuk berhadapan
dengan kelemahan-kelemahan itu –yang sebenarnya adalah naga, harimau atau
raksasa yang sedang malih rupa. Ataukah kita karena putus asa, minder,
merasa sial atau disia-siakan oleh hidup memilih balik kanan bubar jalan,
atau mendekam dipojok ruangan hingga akhir hidup kita sambil terus bergumam
tentang betapa menyedihkannya diriku ini.

Bahkan seekor naga (baca : kekuatan naga) pun perlu dilatih untuk
memunculkan kekuatan mereka yang sebenarnya. Bagaimana cara melatihnya ? How
to train your dragon ? Simple, dengan mengakui keberadaan mereka, kemudian
mensyukuri semua kelemahan, keterbatasan kekurangan dan ketidakstandaran
kita, lalu berhadapan face to face dengan hidup ini bersenjatakan
kelemahan-kelemahan itu.

Maka segera saja kita akan temukan betapa sesuatu yang kita anggap kelemahan
adalah senjata pamungkas yang diberikan Sang Pencipta kepada kita. Dalam
arti kata, kita sudah dipersiapkan sebaik mungkin –jauh sebelum kita lahir-
untuk menjadi lebih dari sekedar pemenang. DIA adalah pihak yang paling tahu
bagaimana cara membentuk kita sehebat yang prototype yang sebenarnya IA
rancang. (*)

-
Reksa Dana Syariah yang Tak Kalah Memikat

Jakarta - Penerbitan reksa dana syariah kini semakin marak. Sayangnya, minat masyarakat untuk membeli reksa dana itu masih minim. Padahal selain berbasis prinsip syariah, reksa dana syariah juga memberikan tingkat return yang lebih menguntungkan.

Hal ini disampaikan President Director PT Fortis Investments Eko P. Pratomo di kantornya, Jakarta, Selasa malam (8/9/2009).

Eko mengakui, produk reksa dana syariah memang pertumbuhannya masih kalah dibandingkan reksa dana konvensional. Contoh saja produk reksadana dari salah satu MI PT Fortis Invesment. Sampai semester I 2009 Produk reksadana syariah Fortis hanya menyumbang 1,8% dari total dana kelolaan.

Produk syariah masih kalah bersaing dengan reksa dana lain sepeti saham. Dari target yang dicanangkan Fortis sebesar Rp 500 miliar, reksadana syariah mereka baru tercapai Rp 300 miliar.

"Banyak orang yang belum merasa membutuhkan syariah (reksadana)," ujarnya.

Padahal menurut Eko, reksadana syariah punya banyak keunggulan. Reksa dana ini mempunyai return yang lebih menguntungkan dibanding produk lainnya.

"Dan jangan menyalahartikan. Reksa dana syariah bukan hanya untuk orang muslim. Reksadana ini bebas untuk semua kalangan," ujar Eko.

Dari sisi regulasi reksa dana syariah ini sudah cukup memadai, seperti yang diberlakukan Bapapem-LK. "Yang dibutuhkan saat ini hanya edukasi kepada masyarakat akan keunggulan produk," tambahnya.

Sampai akhir tahun 2009, jika total pendanaan syariah mencapai 5% merupakan peningkatan yang baik.

Tantangan Industri Reksa Dana

Minat masyarakat untuk berinvestasi reksa dana kini masih tergolong rendah karena tingkat kepercayaan yang juga masih rendah. Edukasi kepada masyarakat pun kini menjadi hal yang penting untuk dilakukan.

Untuk mengembangkan industri ini, Eko menilai banyak tantangan yang harus dihadapai para Manajer Investasi (MI). Yang paling utama adalah, masih rendahnya kepercayaan masyarakat akan investasi berjangka macam reksa dana.

"Tantangan reksa dana adalah kepercayaan masyarakat yang rendah. Untuk itu penting untuk memberikan edukasi pada masyarakat," ujar Eko.

Edukasi kepada masyarakat dapat dilakukan dalam berbagai hal misalnya edukasi tentang pengelolaan dana simpanan mereka. Dan jangan lupa, untuk memberi motivasi bagi masyarakat untuk mengelola penghasilan mereka.

Ia menjelaskan, saat ini masih banyak masyarakat berpenghasilan yang kebingungan saat membelanjakan pendapatan mereka sehari-hari.

"Bahkan terkadang mereka mempunyai penghasilan 100%, kemudian kebutuhan mereka samapi 120%. Dengan adanya credit card, hal itu bisa terjadi, dan banyak terjadi. Jika demikian, dana simpanan tidak mungkin ada," kata Eko.

Perlu diingat, lanjut Eko, masyarakat pun perlu untuk mengelola alokasi aset mereka. Idelanya dengan memisahkan alokasi aset menjadi fix asset dan risk asset.

"Jika sudah terpisah, untuk berinvestasi dengan risiko besar seperti reksa dana bisa menggunakan risk asset," katanya.

Dalam jangka panjang, lanjut Eko, berinvestasi pada produk berisiko kecil sudah tidak bisa diandalkan. Karena laju pertumbuhan produk ini tidak mampu mengejar laju inflasi yang setiap tahun meningkat.

Namun Eko meyakini, reksa dana masih bisa berkembang dalam beberapa tahun ke depan. Hal itu terlihat dari pertumbuhan dana yang dikelola oleh Fortis.

-
Bangkitnya Reksa Dana Saham
Indro Bagus SU - detikFinance


(Foto: dok detikFinance)
Jakarta - Reksa dana saham kembali menjadi primadona seiring dengan laju pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang luar biasa tinggi selama dua bulan terakhir. Kebangkitan reksa dana saham diprediksi akan berlanjut di semester II tahun ini.

Data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK) menunjukkan reksa dana saham memiliki gain paling tinggi di selama Januari-Mei dibandingkan reksa dana pasar uang, campuran, pendapatan tetap, terproteksi, indeks, ETF dan syariah.

Reksa dana saham mencatat gain 53% selama Januari-Mei dengan posisi per Mei Rp 29,568 triliun yang naik dari Januari sebesar Rp 19,854 triliun.

Pertumbuhan IHSG dengan kecepatan luar biasa dari level 1.300-an hingga hampir menembus level 2.100 hanya dalam waktu dua bulan pun sempat dipuji pakar marketing Philip Kotler.

Philip Kotler, tokoh yang kerap disebut sebagai The Father of Modern Marketing dalam kunjungannya ke Bursa Efek Indonesia beberapa waktu lalu pun memuji kemampuan pemulihan pasar modal Indonesia sebagai salah satu yang tercepat di dunia.

Semangat optimisme dan penuh kepercayaan diri mewarnai tren pasar yang semakin memicu laju IHSG bergerak naik.
Bandingkan dengan suasana ketika kondisi pasar modal sedang ambruk-ambruknya.

Pergerakan reksa dana berbasis saham memang sangat dipengaruhi IHSG. Ketika IHSG ambruk tajam, investor reksa dana saham pun berbondong-bondong keluar. Sebagian beralih investasi ke deposito perbankan, sebagian lagi migrasi ke reksa dana terproteksi.

Manajer Investasi pun ketika itu mengambil strategi fokus pada produk reksa dana terproteksi. Pada akhir tahun 2008, total nilai reksa dana sekitar Rp 74 triliun. Reksa dana terproteksi mengambil porsi sebesar Rp 25 triliun, jauh lebih besar dari reksa dana berbasis saham yang tidak sampai Rp 20 triliun.

Namun yang lalu biarlah berlalu. Fajar baru menyingsing. Reksa dana berbasis saham kembali diborong mengiringi gerak naik IHSG. Manajer Investasi pun kini sudah memulai kembali menerbitkan produk reksa dana berbasis saham.

"Kelihatannya ada semester II-2009, produk reksa dana berbasis saham akan kembali ramai. Beberapa sudah mulai menerbitkan," ujar analis Infovesta Utama, Wawan Hendrayana saat dihubungi detikFinance, Senin (8/6/2009) malam.

Menurut Wawan, seiring naiknya IHSG tingkat pembelian reksa dana pun meningkat tajam. Jika pada akhir tahun 2008 total dana kelolaan seluruh reksa dana sebesar Rp 74 triliun, hingga akhir Mei 2009 sudah mencapai Rp 92,120 triliun.

"Itu sudah hampir mencapai nilai total reksadana ketika market normal," ujarnya.

Ia mengatakan, produk reksa dana berbasis saham mengambil porsi paling besar dalam peningkatan tersebut. Reksa dana terproteksi juga naik, namun tidak sebesar reksa dana berbasis saham.

"Total reksa dana berbasis saham kini sekitar Rp 30 triliun, naik Rp 10 triliun lebih dari posisi akhir tahun lalu. Reksa dana terproteksi saat ini sekitar Rp 30 triliun, juga naik sekitar Rp 5 triliun," ujarnya.

Peningkatan nilai itu, lanjut Wawan, bukan tanpa alasan. Tren naik IHSG tanpa istirahat yang berarti ikut memberikan return yang tidak tanggung-tanggung bagi investor reksadana berbasis saham

"Kalau dilihat secara rata-rata, return yang diterima oleh investor reksadana yang masuk sekitar Maret 2009 ada di kisaran 30-50%. Kalau secara individual, ada yang menerima return sampai 200%," ujar Wawan.

Wawan memperkirakan tren kenaikan IHSG bakal terus berlanjut dan produk reksa dana berbasis saham juga bakal terus diburu. IHSG ditutup pada level 2.056 pada perdagangan Senin (8/6/2009).

"Perkiraan saat ini, IHSG bakal terus naik hingga level 2.300. Ini artinya produk reksa dana berbasis saham masih akan diburu investor," ujar Wawan.

Sayangnya, ia belum bisa memprediksi sampai level berapa nilai reksa dana berbasis saham dengan kenaikan IHSG ke depannya. Ia hanya bisa memastikan kalau gerak naik IHSG belum akan surut, yang berarti terus membuat nilai reksa dana berbasis saham terus melaju ke depannya.

"Kalau kita lihat, pembelian saham-saham oleh investor dilakukan secara berkala, tidak sekaligus. Ini salah satu faktor yang menyebabkan mengapa IHSG terus menunjukkan tren naik. Kalau masuk sekaligus, keadaannya akan berbeda. Perkiraan saya kenaikan ini masih terus bertahan," jelas Wawan.

Dengan demikian, lanjut Wawan, masih ada ruang buat investor reksa dana saham yang ingin mengejar return. Jika mengacu pada level IHSG saat ini di kisaran 2.000-an, maka dengan target IHSG di level 2.300-an, masih tersedia ruang sebesar 300 poin atau setara dengan 15%.

"Berarti jika investor masuk sekarang ke reksa dana berbasis saham, masih ada potensi return sebesar kurang lebih 15%," ujarnya.

Hal tersebut, ujar Wawan, bakal diperoleh dalam waktu tidak sampai 2 bulan ke depan. Wawan mengatakan, IHSG bakal menembus level 2.300-an setelah pemilihan presiden yang akan dgelar Juli 2009.

"Saya kira IHSG akan menembus level 2.300-an pasca pilpres. Isu positif pilpres juga berpengaruh mendorong kenaikan IHSG dan akan stabil di level itu," ujarnya.

Mengacu pada apa yang dikatakan Wawan, berarti investor yang masuk ke produk reksa dana berbasis saham masih memiliki potensi meraih return hingga 15% sampai Juli mendatang.

Senada dengan Wawan, Ketua Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia (APRDI) yang sekaligus menjabat sebagai Direktur Utama PT Mandiri Manajemen Investasi Abiprayadi Riyanto juga optimistis dengan prospek reksa dana berbasis saham di tahun 2009.

"Pada prinsipnya reksa dana saham itu untuk investasi jangka panjang. Saya berkali-kali mengajak untuk investasi di produk ini secara berkesinambungan. Jika ada yang mau realisasi keuntungan, itu pilihan masing-masing investor. Namun sebaiknya tetap investasi secara reguler," jelas Abi.

Oleh sebab itu, baik Abi maupun Wawan memasang sikap optimistis kalau produk reksa dana berbasis saham bakal menjadi salah satu pilihan investasi menarik di 2009. Apalagi mengingat masih ada ruang sebesar 15% bagi investor yang masuk sekarang hingga Juli 2009.

--

Gelembung Pasar Properti RI, Mungkinkah Bisa Pecah?
Whery Enggo Prayogi - detikFinance


Artadinata Djangkar (Foto: Facebook)
Jakarta - Pertumbuhan pasar properti sepanjang semester I-2011 luar biasa, dengan kenaikan harga bisa mencapai kenaikan 20% hanya dalam waktu enam bulan. Namun para pemain industri properti meyakini gelembung harga properti tidak akan pecah.

Bahkan kenaikan ini diprediksi terus berlanjut hingga 2012, seiring dengan pertumbuhan pasar properti. Dengan dukungan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat, serta suku bunga yang relatif terjaga, menjadikan pasar properti terus merangkak naik.

Bagaimana pandangan pelaku industri properti terhadap pasar Indonesia? Serta potensi bubble akibat melajunya pembangunan, khususnya di kota-kota besar macam Jakarta?

Berikut wawancara detikFinance Direktur PT Ciputra Property Tbk (CTRP), Artadinata Djangkar di Marketing Galery Ciputra World tahap II , Jalan DR Satrio Jakarta, Selasa (5/7/2011).

Pertumbuhan pasar properti hingga semester I tahun ini apakah lebih baik dari tahun sebelumnya? Apakah tren pertumbuhan masih bisa terjadi hingga akhir tahun?

Kami sebagai pemain properti selalu menangkap tanda-tanda pasar. Pada semester I ini tercermin dengan kenaikan harga yang relatif tinggi, boleh dibilang luar biasa. Pada Ciputra World harga sudah ada kenaikan 20% dalam enam bulan pertama.

Tidak hanya kami, pemain lain juga mengalami hal yang sama. Contoh Alam Sutera, juga mencapai penjualan yang memenuhi target. Ini merupakan tanda-tanda positif.

Pasar properti sangat sensitif dengan tingkat suku bunga. Apakah ada potensi suku bunga naik, hingga berpengaruh kepada pertumbuhan sektor properti?

Suku bunga akan naik, namun tidak signifikan, bahkan akan stabil. Ini terjadi sampai dengan tahun depan dan market properti masih akan sangat kuat.

Pasar properti saat ini merupakan suatu opportunity baru. Ini tidak selamanya hingga kami akan memanfaatkan window opportunity ini. Untuk itulah kami perkenalkan proyek baru, Ciputra World tahap II.

Ciputra World II bukan satu-satunya proyek di tahun ini. Demi memanfaatkan kesempatan ini, kami akan luncurkan satu proyek lagi pada akhir tahun. Proyek lain di daerah Slipi hasil join operation. Ini akan berbentuk strata title kantor dan shop house, semacam rukan. Akan ada investasi tersendiri.

Dengan developer yang terus membangun, apa tidak berpotensi terjadi bubble?

Bubble tidak. Karena market properti Indonesia sangat unik. Market masih tertutup, dan belum ada kepemilikan asing yang signifikan. Ini membuat properti Indonesia tidak rentan kepada bubble.

Bubble juga tidak terjadi karena kita memiliki rem alamiah. Yaitu sekarang bank secara hati-hati memberi pinjaman kepada dunia properti. Dengan kata lain selektif. Tidak seperti jaman sebelum krisis tahun 1998. Kalau developer ingin membangun, harus percaya kepada market. Ga bisa bangun kalau market ga ada. Ga seperti dulu.

Maka dengan ini, kami tidak percaya akan bubble. Kalau market melemah, maka developer akan menambah remnya.

Bagaimana dengan pertumbuhan landed houses?

Kami pikir akan positif juga. Tidak hanya apartemen. Perumahan dan ritel lain-lain juga akan mengalami pertumbuhan. Ciputra juga akan fokus pada dua-duanya.

Konsep theme park pada pada beberapa developer apa bisa mendukung daya beli masyarakat dalam pasar properti?

Theme park akan berhasil apabila masyarakat telah memiliki income tertentu. Mereka sudah berfikir mengenai hiburan. Itu sebabnya kami buat theme park di dalam Ciputra World yang saat ini sedang dibangun.

Gejala yang sama terjadi pada Trans, yang membangun Trans Studio. Ini semua sama, yaitu menangkap daya beli masyarakat yang telah lebih besar dibandingkan sebelumnya.

Potensi pertumbuhan properti dengan konsep strata tittle seperti apa? Apakah sama baiknya dengan unit properti sewa, baik apartemen ataupun perkantoran?

Konsep ini memang memungkinkan kepemilikan. Ini menjadi sub market yang ada. Perusahaan-perusahaan tertentu lebih rela beli dari pada sewa. Jadi kami anggap bagian market yang ada.

Perizinan tidak menjadi kendala, karena Undang-Undang rumah susun dan tata laksananya sudah ada sejak tahun 1990. Ini menjadi latar belakang dan sampai sekarang tidak ada masalah. Tapi timbul masalah saat ada kekompakan penghuni dalam pemeliharaan. Ini bukan payung hukum, tapi manajemennya. Manajemen pun perlu pendewasaan.

Potensi kepemilikan asing pada unit properti di Indonesia, apakah menambah risiko bubble?

Kami melihat sisi positif (kepemilikan asing) lebih banyak. Kita lihat apa rela, uang dari Indonesia keluar untuk membeli properti di luar. Singapura sepertinya. Tapi uang asing tidak masuk ke properti kita. Ini merasa kurang adil.

Dari sudut pandang itu, kami dukung kepemilikan asing. Kalau risiko bubble harus dikontrol dengan policy-policy tertentu. Tapi secara prinsip sayang sekali uang kita keluar, tapi nggak ada yang masuk.

Infrastruktur jalan, serta transportasi umum sering menjadi kendala pertumbuhan properti di suatu kawasan. Bagaimana developer menanggapi hal tersebut?

Yang paling bijak, developer itu harus support perkembangan secara alamiah. Yaitu demografi, persebaran penduduk seperti yang kita tahu Jakarta. Memang ada problem perkembangan infrastruktur tidak secepat properti.

Jadi kami sangat mendukung pemerintah dalam memecahkan kendala infrastruktur. Seperti jalan layang yang ada di DR Satrio, juga rencana MRT yang katanya akan dimulai 2012.

Infrastruktur menjadi bagian pemerintah. Mereka yang harus ambil inisiatif, mengakomodir, dan melaksanakan proyek-proyek infrastruktur. Kemampuan kami terbatas pada lingkungan properti yang berkaitan. Misal, Ciputra World I, kami memiliki jalan samping dan belakang. Ini kontribusi kami. Tanahnya kami berikan untuk jalan. Tapi dalam skala besar menjadi tugas pemerintah.

--

Membedah Cara Kerja Debt Collector
Herdaru Purnomo - detikFinance


Wisnu Wibowo (Foto: Herdaru/detikcom)
Jakarta - Debt collector kini sedang menjadi sorotan menyusul tewasnya nasabah Citibank, Irzen Octa. Perilaku kasar yang kerap kali ditunjukkan para debt collector itupun menuai kecaman luas.

Padahal sebenarnya, tak semua jasa penagih atau debt collector tidak demikian. Dan tidak semua kategori utang lantas ditagih oleh para debt collector, melainkan ada tahapan-tahapannya.

Mereka pun kini sedang gelisah karena ada desakan agar bank dilarang menggunakan jasa debt collector dari pihak ketiga. Jika kebijakan itu benar-benar dibuat, maka dikhawatirkan bisa menimbulkan ribuan pengangguran baru.

Bagaimana sebenarnya kinerja para debt collector itu? Tepatkah kebijakan untuk menghapuskan penggunaan jasa debt collector?

Berikut wawancara detikFinance dengan Sekjen Asosiasi Bisnis Alihdaya Indonesia Wisnu Wibisono di Kantornya, Jalan Warung Jati Barat, Mampang, Jakarta, Rabu (4/5/2011).

Perkembangan bisnis ditengah adanya pemberitaan soal debt collector?

Debt collector ini kan pada dasarnya bisnis as usual. Terkait pemberitaan ini bisnisnya pasti terpengaruh karena ada beberapa yang jadi takut memberikan bisnis debt collector ke outsourcing. Penurunan itu sudah dirasakan teman-teman di bisnis debt collector.

Debt collector kan ada dua, desk collector dan field collector di lapangan. Sekarang ini di lapangan sangat terpukul karena agak di rem bisnis ini. Kalau desk collection masih tetap karena dari sisi umur KK itu kan yang baru berapa hari dan maksimal sebulan yang ditangani oleh desk collector, bisnis ini hanya menngingatkan disampaikan lewat telepon bahwa tagihan sudah jatuh tempo ini masih berjalan dan sesuai aturan.

Nah untuk tagihan diatas satu bulan bahkan sampai 3-6 bulan ini masuk ke wilayah field collector ini kan ada aturannya harus sopan dan harus janjian ketemu dulu dan jam-jamnya harus di atur kapan boleh ketemu. Tapi banyak juga yang punya utang itu pada menghindar maka diperlukan untuk mengunjungi rumah, kantor dan segala macam.

Sebagai pelaku melihat kasus ini bagaimana? Kan ada kekerasan?

Sebenarnya itu kan jarang sekali terjadi, mungkin saya melihatnya ini masih diselidiki oleh Polisi bagaimana dan seperti apa tapi mungkin pada saat itu ada bersitegang sehingga memancing emosi kedua belah pihak. Orang lapangan kalau sudah emosi itu kan bisa lost control walaupun kita tidak memperbolehkan dan mengingkan hal itu terjadi. Ini juga sebaliknya bisa juga terjadi debt collector ini yang dianiaya. Kan kemarin ada kasus di Depok debt collector nagih malah tewas dipukuli.

Banyak nasabah mengeluhkan perlakuan debt collector bagaimana tanggapannya?

Memang diperlukan usaha dari semua pihak, kita sebagai pelaku akan melakukan training kepada pegawai lapangan kita sesuai dengan kaidah dan aturan yang berlaku. Kemudian juga user harus bisa memilih debt collector dan perusahaan debt collector yang punya standar dan prosedur yang baku. Dari sisi regulasi juga saat ini tidak terlalu jelas untuk perusahaan-perusahaan apa saja yang tidak bisa melakukan jasa usaha debt collector. Tidak ada naungannya kan siapa yang bisa melakukan usaha ini.

Kalau dari skema penagihan debt collector sebenarnya bagaimana? Teror-teror telepon itu bisa memang?

Kalau dari awalnya itu kan saya bilang pertama itu masuk ke desk collection atas laporan dari bank. Memang dari awal itu kan kerjasama bank dan perusahaan debt collector. Ini lebih bersifat call center kalau yang desk itu meremind mengingatkan fungsinya. Desk collector itu akan mengingatkan nasabah saat tidak dibayar jika melewati jatuh tempo, targetnya ini kan memang reminder saja. Dilihat berdasarkan kolektibilitasnya, kalau sudah dilakukan pembayaran ya sudah.

Tetapi kemudian jika sudah lebih dari 1 bulan itu belum ada kemajuan pembayaran itu dilihat dari historikal pembayaran nasabahnya biasanya kalau dia kesulitan maka akan disampaikan desk collection ke bank ada sebuah noted itu. Bank itu nanti akan menentukan rescheduling. Jadi jika seperti ini tidak akan masuk ke field collector.

Nah, yang tidak ada kabar tidak di-follow up nasabah maka desk collection itu akan membawa kasus ini ke bank lagi. Nanti bank akan membawanya ke debt collector. Bank melihat nantinya kenapa ada tagihan diatas satu bulan dan order ke field collector untuk mengecek. Ini bisa saja dilakukan perusahaan yang beda lagi.

Skema yang digunakan field collector?

Ada ukuran umur utang ini utang satu bulan dua bulan dan tiga bulan nah ini dilakukan skemanya me reminder terlebih dahulu kemudian menunggu satu-dua minggu atau paling banyak 5 kali telepon tidak ada jawaban baru boleh membuat janji dengan orang yang bisa dihubungi. Kemudian ditindaklanjuti dengan datang ke rumahnya bisa ke kantornya bisa.

Kalau dengan janji itu susah? Jadi debt collector langsung datang gitu?

Biasanya itu yang sudah bermasalah diatas 3 bulan itu yang akan didatangi. Tapi kalau nasabah ini mengajukan keluhan tidak bisa bayar ya nasabah bisa adukan ke bank jadi debt collector tidak akan datang. Banyak juga kok yang seperti ini.

Kalau sudah debt collector field ini datang sudah parah ya?

Ini sudah masuk paling parah jika tidak bisa dihubungi. Maka ini dianggap akan diputihkan dan data-data ini akan dilempar ke Debt Collector.

Debt collector datang sendiri atau sama bank?

Datang sendiri mereka atas nama bank.

Outsourcing ini ada berapa pak punya perusahaan debt collector?

Ada member kami menjalankan debt collector dan banyaknya adalah yang desk collection bukan field collecor. Ada 7 - 10 perusahaan yang di desk collection dari 90 perusahaan. Nah sekitar 2-3 perusahan bergerak di field collector. Nah total desk dan field collector ada 20.000 lebih hanya di Jakarta.

Rata-Rata untuk bank atau jasa keuangan lainnya?

Lebih banyak di banknya.

Kasus ini debt collector bisa akan dihapuskan gimana pak?

Saya kira kalau itu dihapuskan justru akan timbul debt collector liar yang tidak bisa dikoordinir. Sekarang kita lebih mengatur regulasinya dan mengatur perusahaan apa saja yang bisa melakukan usaha debt colector. Harus ada naungannya juga. Kan ada tuh untuk Satpam itu afiliasi ke Polri, Law Firm ke Depkumham nah kalau ini kan debt collector ini belum ada yang membawahi atau terafiliasi harusnya BI. Outsorcing tenaga kerja itu naungannya juga ada ke Depnaker kan jadi ada departemen teknisnya. Debt Collector belum ada jadi agak sulit.

Jangan dihapuskan lah ini kan bisnis biasa diatur lebih ketat saja.

Sertifikasi untuk field collector bagaimana menurut bapak?

Itu bagus mereka jadi punya aturan standar dan bisa terdiversifikasi lebih lanjut. Dia sudah punya pakem dan kode etik jadinya.

Debt collector identik dengan orang yang seram, berbadan besar, hitam dan mengerikan bagaimana?

Mungkini ini dilihat lagi dari sejarahnya kita tidak bisa pungkiri bahwa debt collector itu jawara kemudian mereka itu pensiunan TNI. Jadi mereka memang identik dari dulu, kalau debt collector datang nasabah takut dan bayar seperti itu.

Imej itu akan diubah?

Iya ini yang harus diubah dan memang sudah ada perusahaan yang saat ini berjalan tidak lagi menggunakan debt collector seperti dahulu tampang serem seperti itu. Dia melihat orang-orang yang lebih sopan lebih mengedepankan bisa ngomong dengan baik secara persuasif. Dan dulu pun aturannya belum ada jadi orang-orangnya lebih ke arah yang keamanan itu.

Perusahaan-perusahaan debt collector bisa jamin tidak adanya kekerasan kedepan?

Harusnya itu seperti itu, diusahakan kedepan. Dan memang harusnya ada layanan sendiri di asosiasi jika ada debt collector yang pakai kekerasan jadi bisa di follow up oleh asosiasi. Kita menyiapkan untuk tempat pengaduan jika user bermasalah kedepan.

Sejauh ini berapa bank sudah melepas jasa pihak ketiga?

Sudah ada beberapa yang tidak lagi menggunakan jasa pihak ketiga. Tapi direkrut jadi pegawai bank jadi debt collector internal. Karena ada hal lain yang dipertimbangkan. Harusnya bank kan memang minimal ada yang membina kerjasamanya dengan debt collector, belum ada kan dulunya pihak bank yang mengurusi langsung debt collector jadi hanya menyerahkan saja ke pihak ketiga.

Seperti apa harapan kedepan dengan kasus ini terjadi?

Pengangguran di Indonesia kan banyak bisa sampai 9-10 juta, nah sebagai tempat penampungan mereka untuk bekerja ini debt collector bagus. Aturan dan regulasi saja yang diperkuat lewat aturan BI dan perusahaan perusahaan mana yang berhak dan bisa melakukan jasa penagih ini. Di list saja di daftarkan. Kalau ada asosiasinya ya itu dipakai sertifikasinya, kemudian terhadap orangnya juga dilakukan pembinaan terhadap debt collector ini agar ada spesifikasi khusus.

--
Hillary Clinton Dibesarkan oleh Seorang Wirausahawan

Jakarta - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton mengaku sangat menghargai profesi wirausaha karena merupakan profesi yang memerlukan bekerja keras dan pantang menyerah. Ia sendiri punya jiwa wirausaha yang diturunkan dari ayahnya.

Hal itu diungkapkan wanita bernama lengkap Hillary Diane Rodham Clinton ini di sela-sela regional entrepreneurship summit, di Nusa Dua Bali, Sabtu (23/7/2011).

"Ayah saya adalah wirausahawan. Dia punya pabrik percetakan kecil, yang memperkerjakan tak hanya karyawan tapi juga istri dan anaknya. Meskipun tidak bisa memiliki banyak uang dan koneksi, ia pekerja keras yang bisa menghidupi keluarganya dan menyekolahkan anak-anaknya dengan baik," katanya

Atas dasar itulah ia sangat menghormati profesi wirausahawan. Selain dinilai sebagai profesi yang suka bekerja keras, wirausahawan juga seringkali berani mengambil risiko.

"Saya melihat banyak negara di dunia dan melihat kondisi yang sama. Mereka mulai dari mikro, para pengungsi dari burma, sangat percaya diri mempresentasikan bisnisnya melalui rekaman kameranya sendiri, menceritakan diri dan anak-anaknya," ungkapnya.

Maka dari itu, ia juga sangat mendukung sebuah acara yang bisa mengumpulkan sangat banyak para wirausahawan sehingga bisa saling bertukar ide dan pandangan seperti yang sedang berlangsung di pulau dewata seperti saat ini.

"Itulah gunanya summit seperti ini. Kita bicara soal wirausaha sama seperti bicara soal impian kita. Kita semua percaya bahwa kesempatan itu ada," ujarnya.

--
Tips Kelola Reksa Dana Saat Pasar Bullish

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus berfluktuasi meski mengalami tren peningkatan. Bahkan pekan lalu Indeks telah tembus level 3.900 dan hampir menyentuh 4.000, kemudian melemah akibat aksi ambil untung (profit taking) dari para investor.

Hal ini mengakibatkan pasar reksa dana berbasis saham atau equity juga mengalami pergolakan. Lalu apa yang harus investor lakukan dalam menyikapi volatility market yang begitu impresif ini?

Menurut Manager Mutual Funds Sales PT Schroder Investment Management Indonesia, B.E. Iriawan Djaja - Endra (Bonny), pasar modal dalam jangka pendek akan mengalami volatility. Untuk itu, invesator yang memiliki reksa dana dengan underlying asset saham disarankan mengurangi portofolio mereka. Untuk kemudian dana investasi ditempatkan pada instrumen dengan risiko yang lebih rendah, seperti obligasi.

"Investor bagaiman dalam menyikati volatility ini? Dengan equity lebih besar, maka kurangi. Ambil capital dengan asset class yang lebih rendah, obligasi. Ini semacam switching," ujar Bonny saat berbincang dengan detikFinance di Jakarta, Rabu (6/7/2011).

Ia menjelaskan, tidak ada acuan berapa pengurangan portofolio reksa dana saham. Pasalnya masing-masing investor memiliki risk profil yang berbeda.

Namun sebagai acuan, Investor A memiliki profil risiko tinggi dengan demikian ia masuk dalam kategori invetor agresif. Dengan kenaikan IHSG yang terus terjadi hingga level 3.900 maka risiko investor semakin meningkat.

"Investor dari sebelumnya agresif dan porsi 40%-80%, maka risikonya naik menjadi 90%. Ini harus dikurangi dan dialihkan ke obligasi," ucapnya.

Namun, Schroder Investment Management Indonesia masih menatap positif pasar reksa dana di 2011, apalagi investasi dengan periode jangka panjang. Meskipun pada jangka pendek tetap terjadi volatilitas, namun jika ditarik garis lurus pasar reksa dana akan mengalami peningkatan.

Volatilitas ini lebih disebabkan oleh faktor eksternal. Yaitu belum stabilnya ekonomi dunia, khususnya Yunani yang tengah berada diambang default.

"Volatility bertambah besar karena risiko di global market. Secara jangka panjang outlook masih positif. Untuk itu kami bersama teman-teman selalu menyarankan untuk berinvestasi secara berkala. Karena kita tidak mengetahui market ke depan. Kita bisa masuk di saat market sedang terkoreksi," tegasnya.

Meski optimis, Bonny mengaku pertumbuhan reksa dana tahun lalu sulit terulang, dimana posisi nilai aktiva bersih pada akhir 2010 menembus angka Rp 170,928 triliun, atau naik 46% dari posisi tahun 2009, Rp 116,73 triliun.

Berbagai faktor pendukung yang mengangkat pasar modal, dan reksa dana tahun lalu, tidak lagi menghinggap di 2011. "Akan ada pertumbuhan tapi tidak seperti tahun lalu," tegasnya.

Berdasarkan catatan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), Nilai aktiva bersih (NAB) produk investasi reksa dana hingga semester I-2011 mencapai level Rp 152,546 triliun, atau naik tipis dari posisi Mei, Rp 151,176 triliun.

Dimana sepanjang Januari-Juni 2011 jumlah unit reksa dana mencapai 84,894 miliar. Jika dibandingkan posisi Mei, dengan unit reksa dana 85,148 miliar maka terjadi penurunan.

--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan beri komentar